Liputan6.com, Jakarta - Seorang bocah perempuan berusia 11 tahun bernama Summah Williams mengalami masalah kulit tak biasa. Ia alergi terhadap keringat dan air matanya sendiri, menyebabkan kesakitan yang parah.
Bocah asal Queensland, Australia itu terpaksa dirawat di rumah sakit sejak akhir 2022 setelah kulitnya mengering dan pecah-pecah hingga memerah. Di bawah lapisan kulit yang mengelupas itu juga meradang.
Baca Juga
Awalnya, sang ibu, Karyn Zimny mengira putrinya hanya menderita sengata matahari yang parah. Namun, putrinya yang biasanya sehat menggigil karena panas dan kulitnya gatal sepanjang malam. Ia pun semakin khawatir hingga membawanya ke rumah sakit.
Advertisement
"Ketika kami pergi ke rumah sakit, dia terkena infeksi Staphylococcus dan ketika dia diberi antibiotik, seluruh wajah dan tubuhnya mengelupas seperti ular, dari ujung kepada hingga ujung kaki. Bak mandinya penuh dengan kulit," tutur Zymny, dikutip dari news.co.au, Senin (22/1/2024). Belakangan, ia didiagnosis eksim yang berkembang menjadi alergi keringat dan air mata.
Williams yang hobi menari terpaksa merelakan rutinistasnya. "Ketika dia memandang semua teman-teman menarinya yang lain, dia menjadi kecewa dan bertanya, 'Mengapa aku tak memiliki kulit seperti mereka?' Sungguh memilukan," ujar Zymny.
Summah saat ini sedang mencoba perawatan suntikan baru yang bernama Dupixent. Namun, wajahnya masih mengalami iritasi yang menyakitkan. Diketahui bahwa Australia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus eksim anak tertinggi di dunia. Kondisi panas ekstrem pada musim panas seperti sat ini meningkatkan risiko masalah kesehatan pada anak.
Penjualan Krim Eksim Meningkat
Kepala eksekutif merek perawatan kulit MooGoo, Melody Livingstone, mengatakan bahwa sejumlah orangtua membanjiri kolom pertanyaan tentang cara untuk meredakan masalah kulit anak-anak mereka. Para orangtua juga memborong produk yang diperlukan. "Kami sulit memenuhi permintaan," katanya.
"Krim eksim Irritable Skin Balm kami telah mengalami peningkatan penjualan lebih dari 70 persen sejak tahun lalu, dan pesanannya meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu."
Asosiasi Eksim Australia mengatakan eksim berdampak pada 30 persen anak-anak dan 10 persen orang dewasa dengan tingkat yang berbeda-beda, dan banyak yang mengaitkan cuaca sebagai penyebab utama kambuhnya penyakit ini. Saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan eksim, psoriasis, atau dermatitis, sehingga mengendalikan gejalanya sangat penting bagi mereka yang mengidap penyakit ini.
Gejala utama yang dirasakan pasien penyakit eksim adalah rasa gatal berlebih pada kulit dibarengi dengan kulit memerah, bersisik serta pecah-pecah, hingga timbul gelembung-gelembung kecil yang mengandung air atau nanah. Rasa gatalnya yang hebat membuat pasien penyakit eksim tak dapat menahan diri untuk tidak dapat menggaruk. Padahal ketika digaruk, kulit akan luka dan mudah terkena infeksi.
Advertisement
Efek Perubahan Iklim
Profesor Dermatologi dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat, yang juga salah satu pendiri kelompok ahli perubahan iklim dari American Academy of Dermatology, Misha Rosenbach, menyebut eksim atau eczema adalah salah satu masalah kulit yang muncul akibat perubahan iklim. Permasalah kulit itu bisa menyerang segala umur dengan gejala gatal dan ruam.
Penderita eksim biasanya memiliki sistem kekebalan tubuh (imunitas) yang bereaksi secara berlebihan terhadap iritasi ringan ataupun alergen (zat pemicu alergi). Kondisi ini bisa mengganggu tidur serta kehidupan secara keseluruhan.
Eksim bisa kambuh karena berbagai faktor, termasuk paparan atau zat tertentu. Namun, faktor lingkungan juga menyebabkan seseorang dengan eksim alami kekambuhan. Udara yang kering atau panas maupun polusi udara bisa menyebabkan kulit kering dan gatal sehingga keluhan eksim.
"Kondisi eksim bisa diperparah dengan asap api," kata Rosenbach. Penjelasannya mengacu pada studi yang diterbitkan dalam JAMA Dermatology menunjukkan hubungan antara peningkatan eksim di California selama California Camp Fire pada 2018.
Selain eksim, para pakar dermatologi juga mengingatkan risiko kanker kulit seiring terjadinya perubahan iklim. Jika suhu Bumi terus memanas, besar kemungkinan makin banyak kasus kanker kulit di masa depan. "Ketika suhu lebih panas di suatu wilayah, orang lebih banyak berada di luar, mengenakan lebih sedikit pakaian hampir sepanjang tahun, dan itu membuat kulit lebih banyak terkena paparan sinar matahari," jelas Rosenbach.
Hati-Hati Membeli Krim Eksim
Krim eksim menjadi salah satu yang dicari untuk meredakan gejala gatal yang tak tertahankan. Namun, Anda wajib berhati-hati membelinya, terutama yang beredar bebas tanpa resep dokter. Jika tidak, bisa membahayakan kesehatan seperti krim eksim yang ternyata mengandung arsenik lebih dari batas yang diizinkan.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu, 22 November 2023, krim bernama Euzema Confidence Revival Cream adalah salah satu dari empat produk yang mengandung bahan-bahan yang dilarang. Hal tersebut diungkapkan oleh Otoritas Kesehatan Singapura (HSA) pada Selasa, 21 November 2023.
Setelah menggunakan krim eksim tersebut selama setahun, seorang pria berusia 30-an mengalami reaksi kulit yang disebut purpura, yaitu munculnya bintik-bintik merah keunguan akibat pendarahan kecil di bawah kulit. Dokter yang memeriksa pria itu menduga reaksi pada kulitnya disebabkan oleh realgar, mineral yang mengandung arsenik yang tertera pada label krim. Dokter itu lalu melaporkannya ke HSA.
Pria itu membeli krim tersebut dari situs ritel yang berbasis di Malaysia dan juga dijual di platform e-commerce Carousell. Situs web Euzema mengklaim bahwa dengan menggunakan produk tersebut, penggunanya akan sembuh total dari eksim karena formulanya yang ampuh.
Krim tersebut juga mengklaim bahwa produknya bebas steroid, mengandung 100 persen herbal alami, dan tidak berefek samping.Tes HSA menunjukkan, bahwa produk tersebut mengandung arsenik lebih dari 430 kali lipat dari batas yang diperbolehkan. Krim tersebut juga mengandung betametason, steroid kuat, dan asam salisilat dalam kadar yang sangat tinggi.
Advertisement