Liputan6.com, Jakarta - Di tahun 2023 lalu jumlah wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) sudah meningkat pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tapi di sisi lain, wisata belanja ternyata tidak terlalu terkena dampak bertambahnya jumlan wisatawan.
Padahal wisata belanja atau shopping tourism jadi salah satu cara yang dipakai sejumlah negara untuk memulihkan ekonomi mereka usai hantaman pandemi COVID-19. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia tidak serta merta mendorong pertumbuhan wisata belanja di dalam negeri seperti yang terjadi di negara tetangga Indonesia,Thailand dan Singapura.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belania Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja, pperjalanan Indonesia untuk bisa menyaingi Thailand, maupun Singapura masih sangat panjang. Pasalnya, banyak hambatan yang perlu dibereskan pemerintah.
Advertisement
"Indonesia saya rasa perjalanannya masih panjang untuk di sektor wisata belanja. Jumlah wisata yang datang berapa banyak, tapi itu ternyata tidak mendorong wisata belanja (di dalam negeri),” ucapnya di acara Rakernas APPBI 2024, di The Langham Hotel, Jakarta, Rabu, 31 Januari 2024.
Salah satu penyebabnya, tidak terintergrasinya kawasan wisata dengan pusat belanja serta faktor pendukung lainnya di sektor pariwisata seperti transportasi menjadi salah satu kendala Indonesia mengembangkan wisata belanja. "Banyak yang tidak terintegrasi antara destinasi wisata dengan destinasi belanja dan lain-lainnya. Seluruh faktor di sektor pariwisata itu tidak terintegrasi, itu salah satu kendala kita," ungkapnya.
Alphonzus menambahkan, kendala lain yang dihadapi adalah masih kurangnya untuk titik-titik destinasi belanja. Misalnya, jika wisatawan datang ke Singapura mereka akan mengunjung Orchid. Begitu pula jika wisatawan datang ke Jepang akan mengunjungi Shibuya, di Tokyo.
Sedangkan di Indonesia, terutama Jakarta spot-spot destinasi belanja kurang begitu dikenal. “Kalau Singapur misalkan dia punya Orchid terkenal di seluruh dunia, wisatawan datang pasti cari Orchid. Ke Tokyo carinya Shibuya. Di Indonesia enggak ada kan. Bahkan di Jakarta pun tidak ada destinasi-destinasi seperti itu,” terangnya.
Produk Lokal Naik Kelas
"Kalau wisatawan dari daerah lain atau turis asing, mereka banyak yang berwisata ke Kota Tua, di sana mereka cari kuliner sekaligus belanja oleh-olehnya dj sana. Padahal ada banyak tempat belanja yang bisa dijadikan destinasi wisata seperti Sarinah yang menjual produk-produk lokal dan UMKM," sambungnya.
Meski begitu, Alphonzus menilaio Indonesia sangat bisa mengembangkan wisata belanja di dalam negeri bahkan potensinya cukup besar. Namun, hal itu perlu kolaborasi dari semua pihak tidak hanya pelaku usaha di sektor pariwisata tetapi juga pemerintah untuk mewujudkannya.
"Saya kira ini PR bersama. Tapi kan ini untuk membuat hal-hal tadi kan lintas sektor yang harus dikendalikan oleh pemerintah saya kira. Pemerintah harus pegang perenan utama untuk bisa merangkul semua sektor yang ada di pariwisata untuk jadi satu kesatuan seperti tadi,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, optimistis APBBI bisa membawa produk dan brand lokal naik kelas .Hal ini disampaikan Sandiaga dalam sebuah video singkat di acara Rakernas APPBI 2024.
"Selamat atas rakernas APBBI 2024. Acara ini bisa menjadi ajang diskusi untuk memajukan produk lokal kita serta menjadi momentum bertukar gagasan, Saya berharap acara ini bisa meningkatkan penjualan produk lokal," kata Sandiaga Uno.
Advertisement
Prediksi Kunjungan di Pusat Perbelanjaan pada Imlek dan Lebaran
Mengusung tema Elevate The Local Brand, Rakernas APPBI 2024 ini membahas berbagai rancangan setahun ke depan tentang pemasaran merek lokal.Dalam kesempatan itu, APPBI juga memprediksi kunjungan di pusat perbelanjaan pada libur Tahun Baru Imlek 2024 meningkat 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.
Alphonzus Widjaja Dirinya menilai, menjelang perayaan tahun baru masyarakat Tionghoa ini, terdapat beberapa hari libur lain atau long holiday yaitu pada Kamis, 8 Februari 2024 perayaan Isra’ Mikraj, Jumat, 9 Februari 2024 cuti bersama serta Sabtu, 10 Februari Tahun Baru Imlek disusul hari Minggu.
Sementara pada hari libur yang panjang ini, masyarakat kelas menengah ke atas biasanya bepergian ke luar negeri, sementara kelas menengah ke bawah akan berwisata ke daerah lain. "Kalau yang kelas menengah ke bawah karena infrastruktur jalan tol di Indonesia sudah bagus apalagi di Jawa-Bali sudah begitu nyaman akan banyak yang jalan-jalan lagi,” ujarnya.
Sedangkan untuk momentum Ramadhan dan Idul Fitri diprediksi akan meningkat 20-30 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Pihaknya pada 2024 ini pun menargetkan adanya peningkatan kunjungan sebesar 20-30 persen dari kunjungan pada tahun lalu.
Peningkatan ini diproyeksikan bakal terjadi, karena pada 2023 masyarakat antusias untuk bepergian sebagai imbas Pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan. “Pada 2024, wisata tidak akan seluas biasa seperti 2023. Akan mulai normal, tapi bukan turun ya, 2023 kan luar biasa fenomena wisata sehingga kami tidak harus berbagi lagi dengan wisata, jadi ada peningkatan,” jelasnya.
Barang Impor Ilegal Membanjiri Indonesia
Belum lama ini, Alphonzus Widjaja, mengatakan stagnasi pertumbuhan ritel tersebut diperkirakan imbas dari penerapan pembatasan impor, sehingga akan membuat barang impor ilegal membanjiri Indonesia.
"Kami memprediksi setelah idul fitri jika tidak diatasi (barang impor ilegal dan pembatasan impor), maka akan terjadi stagnasi pertumbuhan ritel Indonesia. karena ramadhan dan idul fitri high season puncaknya penjualan ritel di Indoensia, setelah itu akan stagnasi itu yang kami prediksi," kata Alphonzus dalam konferensi pers Revisi Kebijakan & Pengaturan Impor APRINDO dan APPBI, d, Jakarta Selatan, 18 Januari 2024, mengutip kanal Bisnis Liputan6.com.
Oleh karena itu, APPBI mengusulkan kepada Pemerintah agar membatalkan rencana pembatasan impor dan mengatasi impor barang ilegal masuk ke dalam negeri.
"Usulan kami kepada Pemerintah produk lokal ini harus didukung diberikan kemudahan bukan dibatasi impor, kalau produk ilegalnya tidak dicegah dan diatasi maka akan terjadi ancaman. Situasi ini menjadi keprihatinan supaya pemerintah bisa membatalkan rencana pembatasan impor," tegasnya.
Sebab, memasuki tahun 2024 banyak retailer-retailer yang membatalkan membuka usaha ritel baru di pusat perbelanjaan, dikarenakan mereka kesulitan mendapatkan barang merek global imbas pembatasan impor.
"Saat memasuki tahun 2024 ini banyak retailer-retailer yang membatalkan membuka usaha retail baru. Padahal untuk mengembalikan usaha itutidak bisa mengandalkan toko-toko yang ada, untuk mendapatkan pertumbuhan yang signifikan harus dilakukan dengan membuka toko-toko yang baru," terangnya.
Advertisement