UNWTO Ubah Nama Jadi UN Tourism, Tekankan Pentingnya Bumi dan Manusia di Sektor Pariwisata di Dunia

Perubahan nama UN WTO menjadi UN Tourism berlangsung di sela acara FITUR Madrid 2024 pada 24 Januari 2024.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 02 Feb 2024, 08:01 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2024, 08:01 WIB
WTO Ganti Nama Jadi UN Tourism, Tekankan Pentingnya Manusia dan Bumi di Sektor Pariwisata di Dunia
Logo UN Tourism. (dok. UN Tourism)

Liputan6.com, Jakarta - The World Tourism Organization (WTO) resmi berganti nama menjadi UN Tourism pada 24 Januari 2024 di sela acara FITUR Madrid 2024. Rebranding organisasi itu bertujuan menegaskan status mereka sebagai pemimpin pariwisata global untuk pembangunan, mendorong perubahan sosial dan ekonomi untuk memastikan 'manusia dan planet' jadi fokus utama.

Perubahan ini menyoroti transformasi mendalam dan penemuan kembali UN Tourism dalam beberapa tahun terakhir, karena pariwisata menjadi lebih tangkas dan akuntabel. WTO menggandeng Interbrand, sebuah agensi branding, dalam proses transformasi tersebut. Selain mengganti nama, mereka juga mempertajam narasi agar selaras dengan misi dan prioritas utama badan PBB di bidang pariwisata itu.

Mengutip rilis UN Touris, Jumat ada tiga pesan utama yang ingin disampaikan, yakni PBB sebagai organisasi altruistik global, gagasan untuk menghubungkan manusia di seluruh dunia, dan konsep proaktif dan gerakan. Dengan beralih dari akronim, UN Tourism ingin dipandang lebih mudah didekati dan menarik perhatian.

"Seiring dengan kemajuan masyarakat di masa depan, sektor pariwisata, seperti halnya banyak sektor lainnya, perlu bertransformasi agar dapat berfungsi sebagai katalisator kemakmuran dalam skala universal," kata Sekretaris Jenderal UN Tourism Zurab Pololikahsvili secara tertulis, dikutip Jumat (2/1/2024).

Ia menyatakan bahwa tujuan utama yang merupakan esensi dasar dari UN Tourism adalah meningkatkan kesejahteraan individu, menjaga lingkungan alam, merangsang kemajuan ekonomi, dan membina keharmonisan internasional. "Organisasi ini mengambil peran untuk mendorong kekuatan berkelanjutan yang kini menjadi hal penting bagi banyak perekonomian," sambung Pololikashvili.

Disambut Baik Indonesia

WTO Ganti Nama Jadi UN Tourism, Tekankan Pentingnya Manusia dan Bumi di Sektor Pariwisata di Dunia
Logo UN Tourism. (dok. UN Tourism)

UN Tourism juga memiliki tagline baru, 'Bringing the world closer', yang menginspirasi bentuk logo supercontinent (superbenua) berbentuk figur manusia yang sedang beraksi. Perubahan dari logo sebelumnya yang berbentuk bola bumi merupakan refleksi penekanan organisasi pada sifat dinamis pariwisata dan prioritas pada sumber daya manusia (SDM).

Perubahan nama tersebut disambut baik Indonesia. "Hal ini sejalan dengan arah pengembangan pariwisata Indonesia yang juga berorientasi pada ‘people and planet’ dengan fokus pada sustainability, productivity, dan inclusivity," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 1 Februari 2024.

"Sehubungan dengan rebranding tersebut, Kemenparekraf menginformasikan kepada stakeholder terkait untuk menyesuaikan logo dan branding dalam semua program dan kegiatan yang terkait UN Tourism," imbuh Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Martini M. Paham.

 

 

Branding baru ini akan diimplementasikan secara bertahap selama beberapa bulan ke depan, mulai dari digital channels seperti website, akun sosial media, dan newsletter, dan dilanjutkan pada ruang fisik seperti kantor-kantor, event, dan elemen fisik lainnya.

 

Konsep Pariwisata Hijau

Plataran Menjangan Raih ASEAN Green Hotel Award 2024, Perkuat Peran dalam Pariwisata Berkelanjutan
Lanskap Plataran Menjangan. (dok. Plataran Indonesia)

Saat ini, UN Tourism telah memiliki 160 negara anggota dan lebih dari 500 anggota afiliasi. UN Tourism memiliki kantor pusat di Madrid, Spanyol. UN Tourism juga memiliki kantor regional di Riyadh (Arab Saudi), di Nara (Jepang) yang mencakup kawasan Asia dan Pasifik, dan kantor regional untuk kawasan Amerika di Rio de Janeiro, Brazil, dan Afrika di Moroko yang akan segera beroperasi.

Sejalan dengan fokus UN Tourism tentang pariwisata berkelanjutan, Indonesia saat ini mengusung konsep pariwisata hijau sebagai landasan transformasi industri pariwisata dan ekonomi kreatif di masa depan. Menurut Sandiaga dalam program Climate Talk Liputan6.com: Melangkah ke Pariwisata Hijau, Sudah Siapkah Kita?" yang digelar daring pada Jumat, 15 Desember 2023, pariwisata hijau berpegang teguh pada prinsip keberlanjutan, keseimbangan ekologis, dan regenerasi alam.

"Kita bukan hanya menyumbang sekitar 10 persen secara dampak terhadap perekonomian dunia, tapi juga kita ternyata menyumbangkan 8 persen dari emisi karbon yang punya dampak besar terhadap perubahan iklim dan isu-isu yang sekarang kita mitigasi," kata Sandi.

Ia mengaku pihaknya juga berupaya mengurangi emisi karbon melalui tata kelola yang jauh lebih baik dengan program-program penciptaan green job atau peluang usaha. Peluang kesempatan kerja di ekonomi hijau atau pariwisata hijau ini yang diharapkan dapat berdampak sosial bagi masyarakat.

Didorong Gen Z dan Milenial

Turis Kembali Padati Barcelona
Turis berjalan di sepanjang Jalan Bisbe di Barcelona, ​​​​pada 11 Mei 2022. Pengunjung sekali lagi memadati jalan-jalan sempit di kawasan Gothic Barcelona yang sempit saat perjalanan global bangkit kembali dari pandemi COVID-19, menghidupkan kembali kekhawatiran atas pariwisata massal di kota pelabuhan Spanyol. (LLUIS GEN / AFP)

Tren pariwisata hijau disebutnya kian menguat. "Kami melihat tren ini berbasis data karena pola pengambilan kebijakan pemerintah, terutama Kemenparekraf adalah melalui data-driven policy atau penggunaan analisis big data," lanjutnya.

"Dari hasil penggunaan big data, dapat dipastikan bahwa future traveller atau yang bergerak untuk berwisata di masa depan adalah Gen Z dan milenial dan isu utama bagi mereka adalah isu lingkungan hidup, isu keberlanjutan, dan environmental sustainability," tambah Sandi.

Sandiaga juga menegaskan bahwa pariwisata Indonesia harus berubah dari hanya menghitung kuantitas menuju penghitungan berbasis kualitas. "Oleh karena itu, data tersebutlah yang menentukan tren ini menguat," terangnya.

Terkait proses kurasi pelaku usaha yang menerapkan pariwisata hijau, dikatakan Sandi, ini terjadi dalam kolaborasi pentaheliks. "Bukan hanya pemerintah, tapi juga para pegiat dari institusi pendidikan, mahasiswa, para ahli, juga dari dunia usaha, komunitas, dan juga media. Kolaborasi pentaheliks ini bisa mengurasi," lanjutnya.

Ia menyatakan contoh konkret pariwisata hijau adalah desa wisata. Salah satu percontohannya ketika berkunjung ke daerah Bandung dan sekitarnya adalah Desa Wisata Alamendah.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya