Liputan6.com, Jakarta - "Where is Hind?" alias "di mana Hind?" telah dipertanyakan sejumlah warganet sejak beberapa hari lalu. Ini mengacu pada bocah enam tahun bernama Hind yang minta diselamatkan dari rentetan tembakan yang diduga dilepaskan tentara Israel.
Melansir The National, Jumat (2/2/2024), suara tembakan terdengar di sekitar Hind dalam klip audio yang dibagikan secara luas oleh Bulan Sabit Merah Palestina. Di rekaman itu, Hind diduga berusaha berlindung dari rentetan tembakan, sementara anggota keluarganya terbaring tewas di sampingnya di dalam mobil mereka di kota Gaza.
Kakak perempuan Hind, Layan, dengan panik menelepon paramedis untuk meminta bantuan saat suara tembakan terdengar di latar belakang. Layan mengatakan bahwa tank-tank Israel mendekati mobil tersebut, sebelum mengirimkan teriakan tajam ke tim RRT di Ramallah.
Advertisement
"Halo? Halo?" kata petugas ruang operasi pusat di ujung telepon. Saat tim menelepon kembali, suara di telepon tersebut memperdengarkan anak perempuan yang lebih muda, yang ternyata Hind. Ia tetap berbicara di telepon selama dua jam, sementara paramedis di Gaza menunggu diberi wewenang untuk mulai bergerak menuju lokasi.
"Ayo jemput aku. Berapa jauh rumahmu dariku?" Hind dengan polosnya bertanya pada koordinator respons Rana Al Faqeh. "Hari mulai gelap," katanya sambil menunggu. "Aku takut pada kegelapan."
Sampai artikel ini ditulis, nasib Hind masih belum diketahui, begitu pula pengemudi dan paramedis yang meninggalkan pangkalan RRT di Rumah Sakit Al Ahli Arab, menggunakan satu-satunya ambulans yang masih beroperasi di kota Gaza.
Â
Campur Aduk Emosi
"Kami duga mereka baru saja ditangkap," kata Osama Al Kahlout, kepala ruang operasi RRT di Gaza selatan, pada The National. Menembak langsung warga sipil adalah kejahatan perang, menurut hukum internasional.
Percakapan itu menyakitkan untuk diceritakan kembali pada para pekerja darurat yang berbicara dengan Hind. Al Faqeh mengatakan, anak itu akan menangis, menjerit, mendapatkan kekuatan, lalu terdiam.
"Apakah ada tembakan di sekitarmu?" Al Faqeh sempat bertanya. "Ya! Selamatkan aku," Hind memohon. "Aku ingin menyelamatkanmu, tapi kuasa itu tidak ada ditangku saat ini," jawab Al Faqeh.
"Emosi saya sangat campur aduk," Al Faqeh bercerita. Mendengar suara gadis kecil itu dan tidak bisa berbuat apa-apa selain tetap terhubung adalah pengalaman yang menyakitkan, jelasnya dalam sebuah wawancara yang dibagikan RRT.
Omar Al Qam, responden lain yang berbicara dengan Layan, mengatakan kondisi emosinya berada di titik terendah setelah menerima panggilan tersebut. "Berada dalam situasi di mana seseorang meminta bantuan Anda dan tidak bisa berbuat apa-apa ... itu sungguh menyedihkan," katanya.
Advertisement
Seruan Kembalinya Pemukiman Warga Israel di Gaza
Di tengah "kondisi bertaruh nyawa" warga Palestina yang seolah tiada akhir, para delegasi di sebuah konferensi Israel justru menyerukan kembalinya pemukiman mereka di Gaza. Mereka diberikan board games yang tampaknya memungkinkan para pemain memetakan lokasi mereka akan membangun rumah di daerah kantong tersebut setelah ditaklukkan.
Permainan yang diberi judul, "Ayo Bangun Rumahmu di Gaza!" menunjukkan tata letak Gaza yang dipisahkan jadi beberapa wilayah berbeda dengan nama Ibrani dan penjelasan arti di balik masing-masing area tersebut, lapor Middle East Eye, dikutip Kamis, 1 Februari 2024.
Hal ini terlihat pada konferensi Victory Of Israel, sebuah acara yang diselenggarakan di Yerusalem pada Minggu, 28 Januari 2024, oleh politisi sayap kanan Israel, aktivis, dan tokoh agama yang menyerukan pembangunan pemukiman Israel di Gaza setelah perang berakhir. Konferensi tersebut dihadiri 11 menteri kabinet dan 15 anggota koalisi parlemen.
"Para pemain" board games diajak menempatkan balok-balok kayu berbentuk rumah, dengan nama mereka tertulis di stiker, di area yang ingin mereka tinggali. Di antaranya ada "Area Pahlawan Gaza," yang dikatakan akan didirikan di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Shujaiya.
"Nama tersebut berasal dari umat Islam yang berperang melawan Tentara Salib di wilayah Gaza. Nama tersebut juga dapat dikaitkan dengan pejuang (tentara Israel) yang bertempur di kota tersebut," katanya.
Tidak Patuh Perintah ICJ?
Konferensi ini diadakan hanya beberapa hari setelah Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan keputusan mengenai tuntutan Afrika Selatan terkait kasus dugaan genosida di Gaza oleh militer Israel, yang bukti-buktinya diperdengarkan pada awal Januari 2024.
Pengadilan memberi Israel enam perintah mengenai pengepungan dan pemboman Gaza. Salah satunya adalah Israel "harus mengambil tindakan sesuai kewenangannya untuk mencegah dan menghukum hasutan langsung dan publik untuk melakukan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza."
Itay Epshtain, penasihat khusus Dewan Pengungsi Norwegia yang berbasis di Israel, berbagi video di mana Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich terlihat bergandengan tangan, menari bersama di konferensi tersebut.
Pengacara hak asasi manusia tersebut mengatakan bahwa gambar tersebut "akan jadi bagian dari bukti kuat ketidakpatuhan" terhadap perintah ICJ untuk mengambil semua tindakan sesuai kewenangan dalam mencegah tindakan genosida dan menghukum tindakan penghasutan.
Menurut Afrika Selatan, Israel dinilai mengabaikan keputusan pengadilan tinggi PBB dengan membunuh ratusan warga sipil lagi dalam hitungan hari di Gaza, lapor AP. Sejak keputusan ICJ, Israel terus melanjutkan serangan militer, yang dikatakan ditujukan pada Hamas, namun ratusan warga Palestina telah terbunuh, menurut angka dari Kementerian Kesehatan di Gaza.
Advertisement