Momen Kocak Pendeta Ganti Telur Paskah dengan Kinder Joy, Sebut Toleransi karena Perburuan Takjil

Pendeta itu bergurau dengan mengatakan bahwa ia mendengat umat Muslim akan memborong semua telur sebelum paskah sebagai upaya "balas dendam" dari perburuan takjil.

oleh Rusmia Nely diperbarui 02 Apr 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2024, 15:00 WIB
Momen Kocak Pendeta Ganti Telur Paskah dengan Kinder Joy, Undang Gelak Tawa Netizen
Tangkapan layar dari video pendeta yang mengganti telur Paskah dengan Kinder Joy. Hal tersebut mengundang gelak tawa netizen. (dok. Instagram @stephanierachel.k/https://www.instagram.com/reel/C5LA3XpLkAL/Rusmia Nely)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah momen kocak dibagikan akun Instagram @stephanierachel.k pada Minggu, 31 Maret 2024. Video pendek dalam format reels tersebut menunjukkan seorang pendeta perempuan yang tengah memberikan khotbah Hari Paskah. Tapi siapa sangka, di tengah-tengahnya, ia mengeluarkan alat peraga berupa camilan anak, Kinder Joy.

"Saudara hari ini, untuk toleransi agama dan menyenangkan hati mereka yang sudah kita ikuti war takjil-nya, hari ini kita mau merayakan Paskah dengan Kinder Joy," katanya bergurau sambil mengangkat sebuah Kinder Joy di depan jemaah ibadah Paskah.  

Pendeta Stephanie Rachel Kristianto yang berafiliasi dengan Gereja El Bethel Bali tersebut juga mengatakan bahwa ia bersyukur dengan toleransi umat beragama di Indonesia setelah melihat fenomena war takjil yang tidak hanya diikuti Muslim saja.

Karena begitu, ia mendengar bahwa umat Muslim akan memborong semua telur sebelum paskah sebagai upaya "balas dendam." Sebagai bentuk toleransi, Stephanie mengatakan bahwa umat Kristiani akan mengganti telur Paskah di tahun ini dengan Kinder Joy, yang secara bentuk memang mirip telur.

Sontak video lucu tersebut mengundang perhatian warganet. Unggahan yang sudah mendulang hampir 100 ribu suka dan 1,6 juta pelihat itu dipenuhi ribuan tanggapan dari pengguna Instagram.

"Beneran pake Kinder Joy😭😭😭," sebut salah seorang warganet, tidak menyangka bahwa sang pendeta akan benar-benar membawa camilan berbahan dasar cokelat tersebut. "Wajar kan ya telur diborong Islam, soalnya buat bikin kue nastar sama bolu buat lebaran🗿," kelakar pengguna lain.

Sebut Telur Bukan Esensi Paskah

Ilustrasi Jumat Agung, Paskah, Kristiani
Ilustrasi Jumat Agung, Paskah, Kristiani. (Photo by Wim van 't Einde on Unsplash)

Selain berkhotbah dengan gurauan soal Kinder Joy dan telur Paskah, dalam video tersebut, Pendeta Stephanie menekankan pada jemaatnya bahwa telur bukanlah esensi Paskah.

"Hari ini kita merayakan, enggak peduli dengan telur benaran, enggak peduli dengan telur Kinder Joy, dengan apapun, eggak peduli, karena bukan itu esensinya. Intinya adalah Yesus sudah bangkit di hari yang ketiga buat setiap kita," sebutnya.

Penceramah asal Bali itu melanjutkan, "Mau merayakan pakai apapun, I don't care. Kita tahu kita sudah hidup dalam kemenangan yang Dia berikan buat setiap kita."

Melansir situs web Kementerian Agama, Senin, 1 April 2024, dapat dikatakan bahwa Jumat Agung adalah inti dari Paskah. Jumat Agung yang datang tiga hari sebelum Paskah, bertepatan dengan disalibnya Yesus, adalah perayaan inti dari seluruh rangkaian peribadatan umat Kristiani. Tanpa kematian di hari Jumat yang Agung itu, tidak mungkin ada kebangkitan yang mulia di hari Paskah.

Perayaan Paskah Identik dengan Telur

Telur Paskah
Ilustrasi telur paskah (Photo by Annie Spratt on Unsplash)

Paskah memang identik dengan telur warna-warni. Dilansir dari kanal Citizen6 Liputan6.com, asal-usul telur sebagai simbol dari Paskah dimulai pada abad kedua penyebaran agama Kristen. Ketika itu, orang-orang Kristen mendatangi suku Teutonic di Roma Utara untuk menyebarkan agama mereka.

Guna memudahkan infiltrasi ke dalam masyarakat Teutonic, para penyebar agama ini mengadopsi budaya-budaya mereka dan mentransformasikannya jadi ajaran Kristen. Salah satunya adalah Festival Easter yang jatuh di hari yang sama dengan hari dibangkitkan kembali Yesus.

Di lain sisi, bangsa Romawi memiliki pepatah yang berbunyi, "Semua kehidupan berasal dari telur," maka hal ini diadaptasi oleh banyak kebudayaan. Menurut banyak kebudayaan, telur dianggap sebagai lambang kelahiran dan kebangkitan.

Tak heran di banyak budaya, Paskah ditandai dengan pertukaran telur, yang dianggap sebagai simbol kehidupan baru. Umat Kristen mengadopsi tradisi telur Paskah dan menggunakannya untuk mewakili kehidupan baru yang berasal dari kebangkitan Yesus Kristus.

Perubahan Iklim Sebabkan Kenaikan Harga Telur Paskah

Penyebab Perubahan Iklim
Ilustrasi Penyebab Perubahan Iklim Credit: pixabay

Sayangnya, kanal On Off Liputan6.com merangkum, pemanasan global ternyata memengaruhi harga dari Telur Paskah. Bahan utama yang dipakai untuk membuat telur Paskah adalah cokelat.

Sebagian besar cokelat dunia diekspor dari wilayah Afrika Barat. Namun, gelombang panas telah merusak tanaman dan mengurangi hasil panen secara besar-besaran pada Februari 2024. Di Inggris, menurut BBC, harga telur Paskah melonjak hingga hampir 6,7 ribu pound sterling (sekitar Rp135 juta) per ton untuk Paskah tahun ini. 

Pohon kakao sangat rentan terhadap perubahan iklim. Mereka hanya dapat tumbuh di daerah sempit sekitar 20 derajat garis lintang di sekitar khatulistiwa. Menurut studi yang dilakukan kelompok World Weather Attribution, yang berbasis di Imperial College London, suhu yang sangat tinggi ini disebabkan emisi gas rumah kaca.

Para ahli mengatakan, perubahan iklim telah membuat panas ekstrem jadi 10 kali lebih besar. Konsekuensinya, berbagai jenis telus Paskah populer mengalami kenaikan harga hampir 50 persen dari harga biasanya.

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim
Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya