Liputan6.com, Jakarta - Teuku Jordan Zacky baru saja diumumkan sebagai National Director Miss Universe Indonesia. Menyandang jabatan baru, pria yang lebih dikenal sebagai Teuku Zacky itu pun kini mendapat julukan baru, Daddy Universe. Bahkan, nama panggilannya juga berubah dari Zacky menjadi Jordan.
Tanpa mendetailkan alasan perubahan tersebut, Jordan menjelaskan bahwa dirinya butuh sekitar dua bulan untuk mempertimbangkan tawaran menggantikan Poppy Capella sebagai national director sebelumnya. Salah satunya karena ia memiliki tugas lain yang juga menuntut perhatiannya. Namun setelah diyakinkan bahwa ada tim yang membantunya, Jordan bersedia menerima tugas tersebut.
Baca Juga
"Ada satu kalimat (yang bikin saya yakin) untuk Indonesia... Saya banyak idealisme-idealisme kenegaraan yang ingin saya sisipkan ke program Miss Universe," ucapnya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, 18 Juli 2024.
Advertisement
Setelah terpilih, prioritas utamanya saat ini adalah menggelar pemilihan Miss Universe Indonesia 2024. Pihaknya tak punya banyak waktu menyiapkan hal itu mengingat pada November 2024, ajang Miss Universe sudah digelar di Meksiko. Bila Indonesia ingin mengirim perwakilannya, itu berarti hanya ada sekitar empat bulan untuk menyelesaikan semua tahapan berdasarkan pedoman global Miss Universe Organization.
Belum lagi pihaknya juga harus menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk terlibat dalam kepanitiaan. Pihaknya tak ingin mengulang skandal pelecehan seksual yang dialami sejumlah kontestan Miss Universe Indonesia pada tahun lalu.
"Itu juga menjadi concern kita untuk meyakinkan agar tidak terjadi lagi di luar kontrol mereka. Di ajang tahun ini, saya membuat sistem zona nyaman untuk para peserta. Komitmen bukan hanya dari saya, tapi juga kru, dari tim yang berhadapan dengan para kontestan ini," ucap Jordan.
Ketatkan Pengecekan Latar Para Panitia yang Terlibat
Terkait hal itu, Jordan mengungkapkan upaya pengamanan dimulai dari menyeleksi orang-orang yang akan bersinggungan langsung dengan para kontestan. Pihaknya akan memperketat pengecekan latar belakang para panitia, termasuk membaca teliti biodata mereka.
"Saya juga sangat terbuka apabila ada organisasi yang bisa dukung agar lebih baik lagi," imbuhnya.
Mengutip kanal Showbiz Liputan6.com, kasus pelecehan seksual menimpa lima kontestan Miss Universe Indonesia 2023 saat menjalani body checking. Dalam kasus tersebut, pada Kamis, 7 Maret 2024, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan vonis 16 bulan penjara dan denda Rp100 juta subsider 3 bulan kurungan kepada COO Miss Universe Indonesia Andaria Sarah Dewia.
Vonis ini direspons pengacara korban, Mellisa Anggraini. Lewat akun Instagram terverifikasi, pada hari yang sama, ia mengungkapkan kekecewaannya karena vonis yang dijatuhkan hakim dinilai tak sebanding dengan dampak yang dialami para korban pelecehan seksual.
"Seluruh unsur pasal 14 dan 15 UUTPKS telah terpenuhi dimana terdakwa tidak merasa bersalah sama sekali dan Majelis Hakim hanya menghukum terdakwa dengan pidana penjara 1 tahun 4 bulan dan denda 100jt sub 3 bulan," tulisnya, tak habis pikir.
Advertisement
Panitia Miss Universe Indonesia Cari Kandidat 'Spek Dewa'
Di sisi lain, Jordan fokus mempersiapkan kontestasi di dalam negeri. Dalam waktu dekat, pihaknya akan segera membuka pendaftaran peserta Miss Universe Indonesia dengan mendigitalisasi sistem dan prosesnya. Bekerja sama dengan sebuah perusahaan, mereka akan mengadopsi sistem bernama DOW web3 yang memungkinkan interaksi lebih seamless dan terbuka antara kontestan dengan masyarakat.
"Selama ini, semua dukungan lewat social media, baik itu voting atau komen, tapi nanti pageant lover akan kita ajak kontribusi dalam prosesnya. Prosesnya seperti apa, nanti kita sampaikan kemudian, tapi dia bisa ikut tentukan busana apa, dan lain-lain dengan sistem DOW ini," jelas Jordan seraya menambahkan interaksinya akan melibatkan token kripto.
Secara umum, aturan kriteria peserta Miss Universe Indonesia mengacu pada pedoman global, seperti usia di atas 18 tahun, dengan status apapun, dan tinggi dan berat badan yang dibebaskan. Namun, panitia jelas punya kualifikasi pemenang tersendiri. Speknya terbilang ambisius, di antaranya memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sehat fisik dan mental, berwawasan luas, dan menguasai bahasa asing.
"Ada kriteria-kriteria lainnya, tapi itu yang diutamakan," ucap Jordan.
Bawa Misi 'Membudidayakan' Budaya Indonesia
Ia juga menyebut peserta yang diperbolehkan tidak pernah mengikuti kontes kecantikan tingkat nasional serupa, tetapi masih dimungkinkan bila yang bersangkutan hanya mengikuti ajang di tingkat lokal. Pihaknya juga meyakinkan tidak akan ada hand-pick (pemenang ditentukan secara de facto oleh komite, tanpa proses pemilihan), mengingat hal itu dilarang oleh organisasi Miss Universe.
"Setiap negara tidak diizinkan untuk hand pick. Minimal ada 15 finalis yang harus dipilih lagi dan disaring untuk dikirim ke ajang internasional," ujar Jordan.
Pemenang yang terpilih nanti diharapkan bisa benar-benar mewakili Indonesia yang tidak hanya mengenal budaya Indonesia, tetapi juga melestarikan atau 'membudidayakannya'. "Kalau memperkenalkan saja tidak cukup, tapi harus memperkenalkan dan membudidayakan agar tidak punah," sambung dia.
Di sisi lain, pihaknya juga berkejaran dengan waktu menyiapkan dewan juri yang kompeten untuk tidak hanya menentukan pemenang, tetapi juga memberi pembekalan bagi wakil Indonesia di ajang Miss Universe tahun ini. "Walau waktu kita mepet, tapi itu harus. Kita enggak mau kirim asal-asalan," katanya.
Advertisement