Liputan6.com, Jakarta - Di usianya yang ke-8 tahun, Max Alexander dinobatkan pemegang Guinness World Records sebagai desainer busana runway termuda di dunia. Pertunjukan terakhirnya digelar pada 10 September 2024 di New York Fashion Week (NYFW).
Mengutip People, Rabu (25/9/2024), Max mulai menunjukkan ketertarikan pada merancang pakaian sejak dia meminta manekin kepada ibunya, Sherri Madison, pada usia 4 tahun. Sejak itu, dia menjahit lebih dari 100 gaun couture khusus, menjadi pembawa acara peragaan busana, dan mendandani sejumlah selebriti dunia, seperti Sharon Stone dan Debra Messing.
"Saya pikir saya akan berusia 10 tahun pada saat hal itu (cetak Guiness World Records) terjadi, atau mungkin lebih," kata bocah pria yang ditemui saat mengenakan blazer abu-abu, celana pendek bermanset, kalung mutiara, dan sandal flat gladiator keluaran Gucci.
Advertisement
Max yang meyakini dirinya adalah pendiri rumah mode di kehidupan sebelumnya itu membangun gayanya sendiri dengan setiap kreasi baru. Selama acara NYFW di Hotel Conrad New York Downtown, Max meluncurkan koleksi terbarunya yang terdiri dari enam gaun yang belum pernah dirilis sebelumnya.
Dalam unggahan Instagram pribadinya @couture.to.the.max, 14 September 2024, ia menjelaskan bahwa setiap gaun yang dibuatnya memiliki cerita. Bunga pada gaun bermotif bunga pelangi berasal dari pembuat bunga sutra tertua di New York. Sementara, gaun kantong biji kopi terbuat dari daur ulang karung kopi. Sementara, gaun emasnya memanfaatkan kain khusus yang didapatkannya di Kyoto, Jepang.
Â
Punya Semangat Keberlanjutan
Dari sederet koleksi itu, Max mengungkapkan bahwa gaun bermotif bunga lah yang menjadi favoritnya. Gaun itu merombak gaun pengantin lawas dengan melapisinya dengan jaring warna-warni dan organza. Ia menghiasi gaun tersebut dengan rangkaian bunga kain berwarna pelangi yang menutupi korset leher tinggi dan roknya.
Desainer cilik itu memiliki kepekaan atas isu keberlanjutan. Dia menolak produksi fast-fashion yang membuang-buang material, alih-alih menggunakan tekstil lawas untuk koleksi terbarunya. Tak heran bila ia ditunjuk menjadi Duta Program Pendidikan Estetika Stitching Dreams - FICFF.
"Sebagai seorang desainer yang bersemangat dan memberdayakan kreativitas dan keberlanjutan, Max mewujudkan semangat misi kami di Fashion in a Conscious Future Foundation," puji organisasi itu dalam sebuah unggahan 23 September 2024.
Namun, itu bukan berarti ia menolak diajak belanja kain baru bersama. Bahkan, ibu Max memberi tahu People soal toko khusus menjahit terkenal, Mood Fabrics, sebagai tempat yang paling membahagiakan di dunia versi Max.
"Saya bertanya kepadanya sebelumnya, 'Apakah kamu ingin pergi ke Disneyland? Kita harus pergi,'" kenang Madison. "Dia seperti, 'Tidak bisakah kita pergi ke Mood saja?'"
Advertisement
Proses Mengembangkan Kreativitasnya
Baik saat dia merasakan keajaiban di Mood atau berbelanja kebutuhan dasar di Joann Fabric and Craft, Max membiarkan naluri membimbingnya saat memasuki toko. Dia mengatakan bahwa dia kadang-kadang datang dengan sebuah visi, namun dia dengan senang hati membiarkan kain tersebut membangkitkan kreativitas juga.
Di luar ruang ritel, Max memberi tahu People bahwa lingkungannya mendorongnya untuk berkreasi. Dia mengambil inspirasi dari alam, namun dia membentuk ide-idenya dengan mempertimbangkan setiap koleksi, dan setiap koleksi mengikuti konsep umum.
"[Saya memulai dengan] hanya memikirkan tema koleksinya, tema apa yang saya inginkan. Lalu, saya akan mulai membuat gaun apa pun yang menurut saya cocok. Katakanlah saat ini musim gugur, saya akan membuat mantel," Max menjelaskan prosesnya. Dia menambahkan, "Misalnya Anda memiliki baju renang dan puffy jacket. Itu tidak bisa dipadukan. Anda ingin baju renang dan mungkin baju renang lain yang berbeda."
Menurut gaya yang cerdas, setiap item harus menambahkan elemen kunci pada gambaran lebih besarnya. Ketika membayangkan sebuah gaun baru, dia berpikir, "Saya perlu menambahkan ini ke koleksi saya agar lengkap."
Rencana Berikutnya Setelah NYFW
Dengan berlalunya NYFW, Max tidak yakin apa yang akan dia kerjakan selanjutnya. Ibunya kemudian mengingatkannya bahwa ada anggota keluarga yang memberi mereka lebih banyak kantong biji kopi, pikiran Max langsung tergelitik pada rencana berikutnya.
"Oh ya, kita mungkin membuat gaun kopi yang ketiga," katanya sambil menatap Madison, yang memainkan peran sebagai orangtua yang suportif dan penjahit pembantu. Jika Max menyematkan sesuatu di pagi hari sebelum berangkat sekolah, ia sering meminta bantuan ibunya untuk menyelesaikannya jahitannya.
Madison juga mengingatkan Max bahwa ada anggota keluarga lain yang meminta dibuatkan jaket dari karung biji kopi. "Ingat aku punya yang biru? Aku harus membuatkan jaket biru untuknya," jawabnya.
Roda-roda seakan berputar di benaknya. Mungkin seluruh koleksinya ada di kepalanya, tapi anak berusia 8 tahun itu menyikapinya dengan santai dan penuh percaya diri, seperti inspirasi yang terus berkobar. "Ya," dia membenarkan. "Aku hanya memikirkan sesuatu secara acak."
Advertisement