Gelisah Langkah Petani Kopi Hadapi Krisis Iklim di Depan Mata

Langkah antisipasi menghadapi krisis iklim dilakukan oleh produsen kopi Nespresso terhadap para petani kopi mereka dengan memberikan program asuransi.

oleh Henry diperbarui 12 Okt 2024, 08:35 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2024, 08:31 WIB
Petani kopi sedang menyortir dan membersihkan ceri kopi yang baru dipetik (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Petani kopi sedang menyortir dan membersihkan ceri kopi yang baru dipetik (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor pertanian termasuk tanaman kopi sangat terdampak terhadap terjjadinya perubahan iklim atau krisis iklim yang tidak menentu. Krisis ik;im menimbulkan cuaca ekstrem, curah hujan yang tidak menentu, longsor, panas berkepanjangan dan kondsi cuaca lainnya yang bisa menyulitkan para petani menetukan masa tanam dan masa panen bagi tanaman mereka. Lalu, bagaimana kegelisaha dan langkah para petani kopi menghadapi kondisi ekstrem tersebut?

Langkah antisipasi ternyata sudah dilakukan oleh produsen kopi Nespresso terhadap para petani kopi mereka dengan memberikan program asuransi. Dalam keterangan tertulisnya pada Liputan6.com, Kamis, 10 Oktober 2024, Nespresso bermitra dengan Blue Marble, perusahaan asuransi yang ahli dalam asuransi parametrik. Para petani Nespresso menghadapi perubahan iklim melalui asuransi parametrik yang ditawarkan dalam kemitraan dengan Blue Marble.

Skema asuransi ini menggunakan model asuransi parametrik, yang berarti pembayaran klaim ditentukan berdasarkan peristiwa cuaca yang telah ditentukan sebelumnya, seperti kekeringan dan curah hujan tinggi. Bagi mereka, pendekatan ini memungkinkan pencairan klaim lebih cepat karena sistem ini tidak memerlukan penilaian kerusakan yang memakan waktu panjang. Blue Marble menggunakan data satelit dan stasiun meteorologi untuk memantau cuaca di daerah perkebunan kopi.

Jika kondisi cuaca melebihi ambang batas yang sudah ditetapkan oleh pihak asuransi, pencairan klaim akan dilakukan secara otomatis diberikan kepada petani yang terkena dampak dari cuaca yang tak terduga.

Dengan menerima pembayaran tepat waktu, petani dapat pulih lebih cepat dari peristiwa perubahan cuaca yang merugikan, berinvestasi kembali di pertanian mereka, serta memastikan stabilitas dan kesejahteraan mereka. Hal ini membantu mengurangi risiko dari peristiwa cuaca ekstrem yang dapat menghancurkan hasil perkebunan dan mengurangi pendapatan.

Sampai saat ini, pengadaan kopi Nespresso berasal dari dua lahan di Indonesia, yaitu Aceh dengan melibatkan 4.000 petani dan Sunda Hejo (Jawa Barat) dengan melibatkan 1.400 petani. Nespresso mulai beroperasi di Jawa pada 2015.

 

Pengaruh Iklim Tropis Indonesia

Petani kopi dan Agronomist Nespresso
Petani kopi dan Agronomist Nespresso.  foto: Nespresso

Melalui kemitraan dengan PT. Olam Indonesia dan Paguyuban Tani Sunda Hejo untuk mendapatkan kopi berkualitas tinggi dan mengimplementasikan Program AAA. Melalui program ini, Nespresso melanjutkan tradisi yang ada di klaster “Sunda Hejo” hingga saat ini. “Arabika Jawa dikenal dengan bentuk yang seimbang, menggabungkan rasa manis dan keasaman yang lembut.

"Hal ini dipengaruhi oleh iklim tropis Indonesia, hutan hujan yang teduh, curah hujan yang tinggi, dan tanah vulkanis,” terang Dadang Hendaryah selaku Nespresso’s AAA Agronomist dari Jawa Barat.

Rasa kopinya jernih dan citrus, dengan keasaman yang nikmat, serta sentuhan rasa jeruk mandarin dan kulit melon. Memiliki medium-body dengan cita rasa cokelat dan red fruit yang manis. Kopi ini juga menawarkan rasa pahit yang halus, serta sedikit aroma blackberry yang menggugah selera.

Sementara itu, Kapsul Origin Indonesia memiliki 100 persen kopi Arabika dari Aceh Tengah, sebuah wilayah di bagian utara Pulau Sumatra. "Dampak dari iklim di Indonesia yang sangat lembap, komunitas petani kopi mempraktikkan cara pemrosesan yang unik di Indonesia yaitu “penggilingan basah. Ini metode yang unik karema hanya dilakukan di Aceh," kata Mentari Amanda selaku Nespresso’s AAA Agronomist di Aceh.

 

Memangkas Pohon Kopi

Alami Kekeringan Parah, Begini Penampakan Danau Aleixo di Amazonas Brasil
Faktor penggundulan hutan yang kian marak di Brasil juga berkontribusi dalam perubahan iklim. Dengan lebih sedikit pohon, maka penguapan dan transpirasi berkurang, sehingga akan lebih sedikit air yang dilepaskan ke atmosfer. (MICHAEL DANTAS/AFP)

"Sama seperti metode lainnya, buah kopi dipanen seperti biasa dalam proses penggilingan basah, kemudian dihaluskan dengan mesin pengupas manual, difermentasi dalam karung semalaman dan dibilas hingga bersih pada keesokan harinya," sambungnya.

Menghadapi krisis iklim, menurut Dadang, bisa dilakuk berbagai cara seperti dengan ada memangkas pohon naungan yang di sekeliling tanaman kopi. Selain itu, jika curah hujan rendah, ranting tanaman kopi jangan dipotong. Tapi jika curah hujan tinggi maka batangnya sebaiknya dipotong supaya terkena sinar matahari lebih banyak.

"Cara lainnya adalah bagaimana memperkuat tanaman kopi supaya lebih tahan terhadap perubahan cuaca dan iklim. Kalau akar tanamannya sudah kuat biasanya akan lebih tahan terhadap cuaca ekstrem," timpal Mentari.

Selain petani Nespresso, bagaimana nasib petani kopi lainnya dalam menghadapi krsis iklim, apakah pemerintah ikut berperan dalam menbantu mereka jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan? Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan perlindungan bagi petani kopi bila tanaman rusak karena bencana alam dan faktor cuaca lainnya.

Menurut Plt. Direktur Jenderal Perkebunan Heru Tri Widarto dalam keterangannya pada Liputan6.com, Jumat, 11 Oktober 2024, program tersebut untuk pengembangan kopi di sektor hulu d iantaranya adalah melalui Kegiatan Peremajaan, Perluasan dan Intensifikasi. Adapun kriteria untuk mendapatkan bantuan peremajaan adalah sebagai berikut.

1. Sebagian atau seluruh populasi tanaman mati;

Ilustrasi pohon kopi
Ilustrasi pohon kopi (wojoan/pixabay.com)

2. Sebagian atau seluruh populasi tanaman sudah tua yang berumur lebih 20 tahun;

3. Sebagian atau seluruh populasi tanaman rusak;

4. Sebagian atau seluruh populasi tanaman berasal dari benih asalan;

5. Populasi tanaman rusak/ terserang hama dan penyakit dengan tingkat kerusakan berat;

6. Produktivitas kebun rendah (kurang dari 500 kg/hektare). 

 

Oleh karena itu terkait perlindungan bagi petani kopi bila tanaman rusak karena bencana alam dan faktor cuaca dapat diatasi melalui program peremajaan. Dari Tahun 2021-2024 telah dilakukan kegiatan peremajaan seluas 24.350 hektare.

Pihak Kementerian Pertanian juga memberikan arahan pada para petani kopi dalam menghadapi krisis iklim seperti bencana banjir atau musim kemarau yang berkepanjangan. Usaha-usaha tersebut antara lain:

1. Sosialisasi dan Penderasan Informasi terkait Pedoman Budidaya yang tanggap perubahan iklim

2. Pelatihan Budidaya Kopi bagi petani untuk mengatasi dampak negatif dari perubahan iklim.

3. Mitigasi dampak negatif perubahan iklim La Nina maupun El Nino dapat dilakukan dengan adaptasi tehnik budidaya spesifik lokasi

4. Perlu dilakukannya adaptasi Teknik budidaya kopi untuk mitigasi perubahan iklim maupun penyesuian dalam penilaian kesesuaian lahan.

5. Penggunaan Bahan tanam Unggul yang toleran terhadap perubahan iklim.

 

Infografis proses pengolahan kopi di Indonesia
Infografis proses pengolahan kopi di Indonesia.  (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya