Liputan6.com, Jakarta - UNESCO dan Airbnb berkolaborasi dari Program Duta Budaya di Bali. Inisiatif itu berlatar dari upaya badan PBB tersebut melestarikan warisan budaya selama puluhan tahun. Di sisi lain, hasil studi Airbnb menunjukkan bahwa wisatawan di wilayah Asia-Pasifik sangat antusias untuk mengulik dan merasakan pengalaman budaya lokal.
"Kami percaya bahwa pariwisata dapat membangun koneksi yang lebih dalam dan apresiasi terhadap keragaman budaya. Kerja sama kami dengan UNESCO dalam Program Duta Budaya di Bali adalah bagian dari komitmen kami untuk mendukung perjalanan yang bertanggung jawab, mempererat hubungan antara tuan rumah lokal dan wisatawan, serta memperkaya pengalaman mereka dengan kearifan lokal dan budaya yang autentik," kata Amanpreet Bajaj, General Manager Airbnb di Asia Tenggara, India, Hong Kong, dan Taiwan.
Baca Juga
Dalam rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Rabu (4/12/2024), kedua pihak berharap para tuan rumah dan pemilik homestay lokal dapat menjadi duta budaya yang terampil lewat program tersebut. Dengan begitu, mereka dapat memperkenalkan kekayaan tradisi, warisan budaya, dan keindahan alam Bali kepada wisatawan melalui edukasi dan cara bercerita yang menarik.
Advertisement
Pada tahap awal, UNESCO bekerja sama dengan Via Via Travel selaku mitra kerjanya memetakan budaya secara menyeluruh di lima wilayah Bali, meliputi Tabanan, Gianyar, Bangli, Buleleng, dan Badung selama Agustus hingga Desember 2024. Pemetaan ini mencakup beberapa aspek, seperti kuliner lokal, seni dan kerajinan, tradisi, serta situs bersejarah.
Apa yang Akan Dilakukan dengan Hasil Pemetaan Budaya Bali?
Proses itu memastikan bahwa program tidak hanya menonjolkan ciri khas Bali yang paling terkenal, tetapi juga mengangkat harta budaya yang perlu lebih dikenal oleh publik. Itu karena UNESCO menilai warisan budaya Bali mencerminkan perjalanan panjang tradisi, kreativitas, dan perjuangan yang berlangsung berabad-abad.
Hasil pemetaan budaya nantinya akan dibagikan kepada 75 pemilik homestay Airbnb dan 50 UMKM pariwisata melalui lokakarya online dan sesi pendampingan kelompok secara khusus. Lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kepercayaan diri para pemilik homestay dan UMKM untuk memperkenalkan kekayaan budaya Bali kepada para pengunjung.
"Melalui kemitraan dengan Airbnb ini, kami bertujuan untuk memastikan bahwa warisan tak ternilai ini dibagikan dengan cara yang tepat dan bertanggung jawab, sehingga pada akhirnya dapat membangkitkan kebanggaan terhadap budaya lokal serta mendukung pariwisata berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi komunitas lokal," ujar Maki Katsuno-Hayashikawa, Direktur dan Perwakilan Kantor Regional UNESCO Jakarta.
Advertisement
Disambut Baik Pemilik Homestay
Program itu direspons positif Ayu Martiasih, ketua komunitas tuan rumah Airbnb di Bali. "Program ini menekankan peran penting kami, yaitu sebagai duta budaya lokal, dan akan memberikan kepercayaan diri lebih bagi tuan rumah dalam memperkenalkan warisan dan tradisi unik Bali kepada para wisatawan," ujarnya.
Selanjutnya pada 2025, UNESCO dan Airbnb akan merilis panduan komprehensif untuk pemilik homestay dan UMKM. Panduan untuk wisatawan juga akan tersedia bagi mereka yang tertarik untuk melestarikan aset budaya dan sejarah di Asia-Pasifik. Panduan ini akan menjadi alat penting dalam mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan melestarikan warisan budaya Bali.
Di sisi lain, pariwisata Bali menghadapi situasi yang menantang karena isu overtourism di Bali selatan dan krisis sampah. Hal itu bahkan menyebabkan Bali masuk dalam Fodor's No List 2025, yakni daftar tempat wisata yang dinilai tidak layak dikunjungi karena sudah kelebihan beban pariwisata.
Meski begitu, Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa menampik tudingan itu. "Sebenarnya Bali itu tidak kelebihan turis, Bali itu memang ada masalah di distribusi wisatawan yang saat ini berpusat di Bali Selatan ya," katanya di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 28 November 2024, dikutip dari Antara.
Pemerataan Sebaran Turis di Bali
Ni Luh menyatakan pemerintah sudah menyiapkan paket wisata Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara atau 3B dalam upaya untuk meratakan sebaran turis di Pulau Bali, yang hingga saat ini dinilai masih terkonsentrasi di wilayah Bali Selatan. Melalui paket wisata tersebut, pemerintah mempromosikan bagian wilayah Bali yang memiliki daya tarik wisata tetapi belum banyak dikunjungi kepada wisatawan.
"Jadi, para turis bisa kita distribusikan lewat Jawa, Banyuwangi, itu langsung ke Bali Barat dan Bali Utara," kata Ni Luh.
Ia kembali menekankan bahwa Bali masih layak dikunjungi turis. Menurut dia, masuknya Bali dalam Fodor’s No List 2025 tidak akan banyak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.
"Bali masih sangat layak dikunjungi, Bali masih luar biasa. Saya rasa itu tidak akan berpengaruh," kata Ni Luh.
Dia menyampaikan bahwa Bali merupakan salah satu provinsi yang menerima banyak penghargaan di bidang pariwisata pada 2024, termasuk penghargaan Desa Wisata Terbaik dari UN Tourism pada 2024 untuk Desa Wisata Jatiluwih. Bahkan, pemenang Desa Wisata ADWI Terbaik 2024 juga jatuh pada Bali, tepatnya Desa Wisata Les di Buleleng, Bali.
Advertisement