Liputan6.com, Jakarta - Bergaya sambil menyelamatkan Bumi, kenapa tidak? Di antara banyak aksi, yang tersimpel tentu selalu tentang mengarahkan pilihan pada jenama-jenama fesyen yang memboyong spirit keberlanjutan, seperti brand tas Korea Selatan, PLEATSMAMA.
Pada November 2017, merek ini digagas dengan kesadaran akan kenyataan pahit di industri fesyen, yakni tingginya angka limbah pakaian, serta benang-benang yang tidak terjual dan terpakai. Berangkat dari isu tersebut, perjalanan PLEATSMAMA dimulai dengan mencari benang daur ulang untuk mengubah limbah jadi produk tas, sekaligus mengembangkan desain yang unik.
Advertisement
Akhirnya pada 2018, PLEATSMAMA resmi merilis tas pleats rajut pertama berbahan benang ramah lingkungan yang diproduksi secara lokal di Negeri Ginseng. CEO PLEATSMAMA, Wang Jong Mi, menyebut bahwa eksistensi mereknya bertujuan memberi "kehidupan kedua" bagi limbah yang semula dianggap tidak lagi bermanfaat.
Advertisement
"Selama sekitar enam tahun, kami berkomitmen tulus terhadap lingkungan dan konsumen-konsumen kami. Kami ingin terus menghadirkan brand yang lekat dengan konsumen dan memiliki makna tersendiri bagi orang yang memakainya," kata Wang saat acara peluncuran mereknya di BOBO TOKYO Grand Indonesia, Jakarta, Kamis, 12 Desember 2024.
Ia menyambung, "Di Korea Selatan, PLEATSMAMA telah jadi 'tetangga' yang dapat Anda ajak berbagi kebaikan, dan sekarang, kami sangat gembira bisa jadi tetangga Anda di sini, di Indonesia." Menyambung itu, Global Sales Manager PLEATSMAMA, Bekky Hong, menjabarkan langkah-langkah pembuatan tas ramah lingkungan tersebut.
Berbahan Limbah
Bekky berbagi, "Produksi tas kami berawal dari mengumpulkan sampah botol plastik (PET), kemudian dibersihkan dan diubah jadi pleats sebelum diproses jadi chips. Itu kemudian diolah kembali jadi benang yang akhirnya dipakai untuk membuat tas-tas kami."
Satu tas PLEATSMAMA dibuat dari setidaknya 16 botol plastik bekas. Dalam pengembangannya, mereka juga mendaur ulang jaring ikan, pakaian bekas, dan alas tidur sebagai material tas, yang seluruhnya dikumpulkan secara lokal di Korea Selatan.
Dengan cara ini, mereka bermaksud mengurangi emisi karbon dan sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, sekaligus menghemat sumber daya. Berbagai upaya eksperimen juga dilakukan, termasuk menggunakan metode pewarnaan dope dyeing, yakni material lokal yang tidak menghasilkan limbah cair.
"Jadi, proses produksinya tidak menghasilkan limbah sama sekali," menurut Wang. Bekky menambahkan, "Sekarang, proses pewarnaan alami kami belum dilakukan dengan (memanfaatkan) tanaman. Tapi, kami terus mencari cara-cara baru untuk menghasilkan warna dengan natural, tanpa berdampak buruk pada lingkungan."
Advertisement
Koleksi Tas Andalan
PLEATSMAMA membawa sejumlah koleksi signature saat meresmikan kehadiran mereka di Jakarta. Pada Lifestyle Liputan6.com, Bekky merekomendasikan beberapa tas untuk dipilih sesuai kebutuhan. "Jadi untuk tas sehari-hari, kami merekomendasikan two-way bags karena bisa membawa banyak barang," sebut dia.
"Tergantung pada barang yang Anda bawa di dalam tas," ia melanjutkan. "Anda dapat memakainya sebagai sling bag atau tote bag." Ia juga merekomendasikan tas bahu yang merupakan "produk basic" yang mudah dibawa dan dipadu-padankan dengan outfit sehari-hari.
"Jika mencari daily bag, tapi Anda bukan tipe orang yang bawa barang banyak, saya ingin merekomendasikan bow backpack, karena bentuk tas ini sebenarnya terlihat paling bagus saat pemakainya tidak membawa banyak barang."
Produk barunya, Bekky menambahkan, ada ruffle shoulder bag dan mini tote bag yang dibuat dari limbah jaring ikan. "Limbah jaring ikan pembuat tas ini kami kumpulkan dari Laut Utara Korea," ucap dia.
Tren Tas Tahun Depan
Tahun depan, PLEATSMAMA akan mengembangkan produk mereka dengan mengambil inspirasi dari banyak hal. "Dari alam, dari berbagai daerah," ujar dia. "Yang jelas, kami tidak semata-mata mengikuti tren, karena umur (produk sesuai tren) pendek dan tidak akan dilirik lagi."
"Kami ingin menghadirkan produk tas yang trendi, tapi juga sesuatu yang dapat dikenakan sebagai barang sehari-hari. Lalu untuk tahun depan, saya pikir, kami akan memiliki (tas dalam) bentuk baru," bebernya.
Bekky juga menjanjikan tas dengan lebih banyak warna tahun depan, dan yang paling penting, menurutnya, bahan yang berbeda. "Saat ini, kami sedang meneliti dan mempelajari lebih banyak biomaterial, karena tas kami pun sebenarnya berpotensi jadi limbah," sebut dia.
Ia menambahkan, "Maka itu, kami sedang mencari sesuatu yang membuat tas kami, yang mungkin sudah tidak lagi dipakai, bisa digunakan kembali (diolah jadi material baru)."
Senada dengan itu, Wang berkata, "Kami terus mencoba mengadopsi berbagai upaya mengurangi emisi karbon dan meminimalisir limbah dalam setiap proses produksi. Bahan packaging kami pun ramah lingkungan, dengan mengurangi penggunaan kantong plastik dan tinta cetak yang berlebihan."
"Kami harap, misi kami dapat diterima dengan baik dan bersama-sama, mari kita berikan kehidupan baru pada apa yang telah dibuang," tandasnya.
Advertisement