Liputan6.com, Jakarta - Setelah memastikan kembali ke pasar Indonesia, PT PepsiCo Indonesia Foods and Beverages (PepsiCo Indonesia) mulai memasarkan makanan ringan andalan mereka. Salah satu yang kini sudah bisa dibeli konsumen Indonesia adalah Cheetos melalui Alfamart, Alfagifts, dan Alfamidi.
Setelah keripik jagung renyah itu, Lay's dan Doritos akan menyusul terjun ke pasar Indonesia. "Produk PepsiCo hadir di pasar Indonesia untuk dinikmati para konsumen. Merek ikonik yang sudah dinikmati lebih dari satu miliar kali di lebih dari 200 negara dan wilayah di seluruh dunia kini dapat dijumpai lagi," bunyi penggalan lembar fakta yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Kamis (13/3/2025).
Advertisement
Pihaknya menyambung, "Dimulai dari produksi Cheetos, lalu akan disusul Lay's and Doritos. Di Indonesia, PepsiCo berinvestasi senilai 200 juta dolar Amerika melalui fasilitas manufaktur makanan ringan pertama di Cikarang, Jawa Barat, yang berdiri di atas lahan seluas 60 ribu meter persegi dan telah beroperasi sejak Januari 2025."
Advertisement
"Fasilitas ini akan mengandalkan 100 persen energi terbarukan dan menggunakan 100 persen air daur ulang, dengan pendekatan net water positive sejak hari pertama operasional. Kehadiran PepsiCo diharapkan dapat turut memberi multiplier effects untuk pertumbuhan ekonomi negara beberapa tahun ke depan melalui pemberdayaan petani lokal, menciptakan lapangan kerja, serta penguatan rantai pasok dalam negeri."
Sebelumnya, upacara peletakan batu pertama pabrik PepsiCo telah berlangsung pada 30 Agustus 2023, yang disaksikan Menteri Investasi/Kepala BKPM saat itu, Bahlil Lahadalia, Gubernur Jawa Barat saat itu, Ridwan Kamil, dan Atase Perdagangan Amerika Serikat untuk Indonesia, Melissa Marszalek.
Acara tersebut juga dihadiri CEO Asia Business Unit PepsiCo, Parinya Kitjatanapan (Eric), dan CEO PepsiCo Indonesia, Asif Mobin. Saat itu, Eric mengungkap bahwa keputusan PepsiCo kembali berinvestasi di Indonesia salah satunya didasari potensi pasar yang besar.
Kembali ke Indonesia
Eric berkata, "Indonesia merupakan pasar terbesar di dunia, dengan 48 persen populasinya mewakili Asia Tenggara. Itu merupakan alasan utama kami kembali ke Indonesia. Yang kedua, pemerintah di sini telah melakukan pekerjaan yang bagus dalam menciptakan lingkungan investasi agar kami bisa kembali ke sini."
Perusahaan itu sempat hengkang dari Indonesia setelah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) memborong saham Fritolay Netherlands Holding BV, afiliasi PepsiCo, pada 17 Februari 2021 sebanyak 49 persen. Total kepemilikan saham ICBP di perusahaan patungan PT Indofood Fritolay Makmur jadi 99,99 persen.
Dengan begitu, baik Fritolay, PepsiCo, maupun pihak afiliasi lain dilarang memproduksi, mengemas, menjual, memasarkan atau mendistribusikan produk makanan ringan apapun di Indonesia, lapor kanal Saham Liputan6.com, 7 Agustus 2021.
General Manager Corporate Communication PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Stefanus Indrayana, mengatakan, IFL akan mengakhiri perjanjian lisensi dengan Pepsico dengan masa transisi enam bulan, terhitung sejak tanggal transaksi.
"Setelah 18 Agustus (2021), produksi, pengemasan, pemasaran, penjualan dan pendistribusian produk-produk makanan ringan dengan merek milik PepsiCo dihentikan di Indonesia,” ujar Stefanus. Hal ini juga disampaikan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 Februari 2021.
Advertisement
Sejarak Makanan Ringan Populer
Pendiri Lays, Herman W. Lay, pertama kali menjual camilan keripik kentangnya "Lays" pada 1930-an. Ia menjualnya dengan berkeliling menggunakan mobil di sekitar wilayah, Tennessee, AS.
Pada 1944, Lays jadi salah satu merek makanan ringan pertama yang mengiklankan produknya di TV. Namun di saat bersamaan, muncul pesaing Lays yang kemudian dikenal sebagai Fritos. Setelah bersaing hampir 30 tahun, Lays dan Fritos bergabung membentuk Frito-Lay pada 1961.
Empat tahun kemudian, perusahaan tersebut bergabung lagi dengan Pepsi-Cola untuk membuat PepsiCo. Setelah bergabung, Lays semakin popular di AS. Laku keras, Lay's akhirnya memperluas jangkauannya ke berbagai negara. Di berbagai negara yang ditujunya, Lays memiliki rasa yang bervariasi dari satu negara ke negara lain.
Sementara itu, doritos berawal dari liburan keluarga Arch West, mantan eksekutif periklanan dan wakil presiden pemasaran di Frito-Lay, ke California selatan. Kala itu, ia makan keripik tortilla dari sebuah kios. Ia kemudian menganggap keripik akan menjadi "hal besar berikutnya" bagi perusahaan.
Dia lalu kembali bekerja dan mengajukan ide. West biasa merayu rekan-rekan eksekutifnya, dan berhasil menempatkan Doritos di rak-rak toko pada 1964.
Bagaimana dengan Cheetos?
Cheetos ditemukan pada 1948 oleh pendiri Fritos, Charles Elmer Doolin, di Dallas, Texas. Namun, Doolin belum memiliki sumber daya untuk membawa makanan ringannya ke seluruh negeri. Doolin bermitra dengan pengusaha keripik kentang Herman W. Lay untuk merilis Cheetos secara nasional, serta produk kentang bernama Fritatos.
Cheetos terbukti sangat sukses sampai pada 1961, Doolin dan Lay menggabungkan dua perusahaan mereka untuk membentuk Frito-Lay Inc. Produk Cheetos pertama yang dirilis adalah Crunchy Cheetos. Kemudian, pada 1971, barulah muncul produk Cheetos lainnya, yakni Cheetos Puffs.
Cheetos membuka restoran pop-up-nya sendiri di New York City pada 2017 bernama Spotted Cheetah. Restoran ini menampilkan dekorasi yang terinspirasi Cheetos dan menu yang menampilkan makanan ringan klasik.
Cheetos memiliki sejumlah kolaborasi makanan cepat saji yang berbeda, termasuk bermitra dengan Taco Bell. Cheetos juga bermitra dengan Burger King untuk membuat Mac n 'Cheetos, dan KFC, dengan peluncuran sandwich ayam goreng Cheetos.
Advertisement
