Liputan6.com, Jakarta - Kamis malam, 20 Maret 2025, sejumlah anggota Kabinet Merah Putih dan Komisi VII DPR memenuhi Studio 3 Bioskop Plaza Indonesia XXI. Di antara wajah yang familiar adalah Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya, Wamenekraf Irene Umar, Wamenpar Ni Luh Puspa, WamenPPPA Veronica Tan, hingga Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar.
Mereka berbondong-bondong datang untuk menonton Jumbo, film animasi produksi Visinema Pictures yang diproduksi selama lima tahun oleh sekitar 400 pekerja kreatif dari 15 studio di Indonesia. Film itu sedianya akan tayang secara resmi di berbagai bioskop di Indonesia pada Lebaran 2025, disusul dengan penayangan di 17 negara.
Baca Juga
"Kurang lebih ada 200 bioskop, mungkin sekian ratus layar, begitu harapannya hingga seribu layar. Kemudian juga akan dirilis di 17 negara," kata Menekraf dalam sambutannya sebelum pemutaran film.
Advertisement
Ia menyebut kehadiran jajaran kabinet dan anggota parlemen merupakan dukungan nyata untuk perjuangan tim produksi yang 'berdarah-darah' selama lima tahun. "Kehadiran kita malam ini adalah bentuk kepedulian dan dukungan terhadap industri kreatif Indonesia, dan khususnya malam ini adalah industri film animasi Indonesia," katanya.
Teuku Riefky pun berharap musim Lebaran 2025 akan membawa banyak penonton Jumbo ke bioskop, terlebih hasilnya tak kalah dari buatan studio besar berskala internasional. "Kita tahu biasanya juga salah satu acara keluarga di hari libur adalah menonton. Ada yang di bioskop, ada yang di televisi, ada yang di gadget-nya. Tetapi kalau teman-teman punya kesempatan untuk nonton di bioskop, mari kita saksikan film animasi nasional kita yang membanggakan ini," kata Riefky.
Berawal dari Fakta IP Lokal yang Menyedihkan
Produser eksekutif film Jumbo, Angga Dwimas Sasongko, mengurai latar belakang film tersebut dibuat. Bermula dari pertemuannya dengan Herry Salim yang sebelumnya masih bekerja untuk Walt Disney Indonesia, enam tahun lalu, mereka mendiskusikan fakta tentang betapa animasi dengan IP lokal tidak 'diingat' oleh mayoritas anak-anak Indonesia.
"Bahwa tokoh animasi atau IP nomor 1 di Indonesia yang dikenal oleh anak-anak Indonesia adalah Upin Ipin dari Malaysia, nomor 2 adalah Frozen Elsa, dan nomor 3 Spiderman. Bahkan di lima besar, enggak ada satu pun karakter, IP, atau cerita yang dibuat oleh orang Indonesia dan bercerita tentang Indonesia," celoteh Angga.
"Semenjak saat itu, kami bercita-cita untuk membuat sebuah game changing, bagaimana Indonesia bisa punya karakter, bisa punya cerita, bisa punya IP yang bisa jadi nomor 1 di Indonesia. Mungkin bukan kami, tapi kami ingin jadi yang memulai," sambungnya.
Ia mengakui bahwa perjuangan menghasilkan film animasi yang layak tayang di bioskop itu tidak mudah. Sendiri, kata dia, ia dan kawan-kawannya mengerjakan semua yang harus dikerjakan, termasuk mencari pendanaan yang tak sedikit. "Enggak tahu juga bagaimana waktu itu dapat uangnya, karena membuat film seperti ini sangat luar biasa mahal," curhatnya.
Advertisement
Produksi Mandiri di Dalam Negeri, Termasuk di Cimahi
Meski begitu, ia merasa bangga karena semua produksi melibatkan SDM lokal dan diproduksi di dalam negeri. "Ini dirender di Cimahi, bukan di Los Angeles... Dirender di Cimahi dengan perangkat yang ada," katanya.
Ia juga memuji kerja timnya yang berhasil mengerjakan film tersebut menggunakan software open source, bukan dengan perangkat lunak yang disewa. "Semua efeknya kami kerjakan sendiri sehingga teknologinya dimiliki oleh semua yang ada di Indonesia," imbuh Angga.
Meski kini sudah berhasil menelurkan karya secara mandiri, ia tetap berharap dukungan pemerintah yang nyata. Misalnya, dukungan promosi dari Kemenekraf dinilainya seperti cahaya di dalam terowongan.
"Setelah lima tahun sendirian, saya bisa merasakan, ini saya sampai gemetaran, kalau negara ternyata hadir. Dan mudah-mudahan, ini langkah yang kita bisa gandengan sama-sama, saya percaya ekonomi kreatif, IP, intangible asset kita bisa jadi kekuatan ekonomi baru," ujarnya.
Film Jumbo direncanakan juga akan tayang di antaranya di Turki, Rusia, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Film itu dibintangi oleh Den Bagus sebagai Don kecil, Prince Poetiray sebagai Don, Yusuf Ozkan sebagai Nurman, Graciella Abigael sebagai Mae, Quinn Salman sebagai Meri, dan Muhammad Adhiyat sebagai Atta.
Sinopsis Film Jumbo
Film Jumbo berkisah tentang seorang anak bernama Don (suaranya diisi oleh Prince Poetiray) yang ditinggalkan kedua orangtuanya dan hidup bersama sang nenek. Sebelum pergi, kedua orangtuanya meninggalkan buku cerita fiksi buatan mereka tentang pangeran yang hidup di kerajaan gelembung.
Kisah berkembang menjadi petualangan Don dan dua sahabatnya, Mae dan Nurman, karena pertemuan tidak sengaja dengan karakter Meri. Bersama-sama, mereka mewujudkan mimpi, belajar tentang menjaga kepercayaan satu sama lain, hingga saling tolong-menolong di antara mereka yang kesulitan.
Drama semakin seru dengan kehadiran karakter Atta yang terkesan arogan tetapi memiliki hati yang lembut. Bagaimana kisah itu terjalin? Anda bisa menyaksikan langsung di bioskop-bioskop terdekat.
Lewat petualangan Don bersama teman-temannya, JUMBO mengajak penonton melihat dunia dari sudut pandang anak-anak dan kembali memeluk inner child dalam diri kita, mengingatkan kita akan kenangan-kenangan hangat semasa kecil yang hanya dilalui sekali seumur hidup.
"Bagaimana dari film JUMBO bercerita, anak-anak dapat menikmati petualangannya, persahabatannya, visualnya, tetapi dari penonton dewasa juga dapat mendapatkan makna emosi di dalamnya," ujar Ryan Andriandhy, sutradara film JUMBO pada saat Press Conference, Epicentrum XXI, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Maret 2025, dikutip dari kanal Showbiz Liputan6.com.
Advertisement
