Kota Besar di Indonesia Tak Nyaman untuk Dihuni

Hampir 50 persen penduduk kota di Indonesia merasa kotanya tidak nyaman dihuni, sehingga harus ditangani multidimensi.

oleh Rinaldo diperbarui 20 Jun 2014, 01:27 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2014, 01:27 WIB
apartemen-mewah130506b.jpg
Gedung dan apartemen mewah pun menghiasi pemukiman warga yang terlihat kumuh dan tidak rapih. (Liputan6.com/Abdul Aziz Prastowo)

Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) mengungkapkan, kota-kota besar di Indonesia dalam 5 tahun terakhir relatif kurang nyaman dihuni, sehingga harus ditangani multidimensi dengan pendekatan manajemen pembangunan kota inovatif.

"Data tentang itu akan disampaikan dalam pertemuan pemangku kepentingan kota dunia, Kongres Dunia ke-24 tentang Kota-kota Dunia di Jakarta," kata Ketua Umum IAP Bernardus Djonoputro di Jakarta, Kamis 19 Juni 2014.

Pada kesempatan itu 50 walikota dan pemimpin daerah Asia Pasifik dan nusantara yang hadir dalam Kaukus Walikota akan menghasilkan pandangan dan posisi para walikota dalam tata kelola kota-kota menuju kota nyaman dan cerdas serta berketahanan.

"Hal-hal terkait kenyamanan dan ketersediaan satu kota di Indonesia itu terangkum dalam Most Livable City Index (MLCI) dan data 2009 dan 2011, yakni hampir 50 persen penduduk kota di Indonesia merasa kotanya tidak nyaman dihuni," kata dia.

Kondisi ini menurutnya masih belum berubah dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga perlu adanya program yang jelas dari para walikota untuk meningkatkan kenyamanan hidup warganya.

"Tidak berubah banyak dalam 5 tahun terakhir. MLCI pada 2014 akan melihat kembali kondisi ini dan diharapkan menjadi referensi bagi para walikota dalam menyusun prioritas programnya ke depan," imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengatakan, dengan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah kongres dunia itu bisa dimanfaatkan secara baik dalam menjawab isu-isu perkotaan.

Di antaranya, isu pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, pemanfaatan energi yang semakin meningkat, sehingga menyebabkan daya saing perkotaan tersebut menurun. (Ant)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya