Modal Seadanya, Para Perantau Nekat ke Ibukota

Mufidah yang hanya berbekal ijazah SMP itu mengaku belum tahu apa yang akan ia kerjakan.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 03 Agu 2014, 07:07 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2014, 07:07 WIB
pemudik

Liputan6.com, Jakarta - Kemilau Jakarta membuat para pendatang dari dari berbagai daerah berbondong-bondong ke Ibukota. Sebagian mereka mengadu peruntungan dengan alasan, Jakarta mampu memberikan limpahan rupiah yang tidak bisa didapat di kampung halamannya.

Mufidah salah satunya, perempuan asal Tegal itu mengaku sengaja datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Perempuan yang mengaku baru pertama kali ke Jakarta ini yakin bisa mendapat pekerjaan, karena selama di Jakarta ada yang menjamin kehidupannya.

"Ya kebetulan ada keluarga disini, saya tinggal dengan kakak saya yang sudah lebih dulu di Jakarta. Kalau ndak seperti itu, mana berani saya datang ke Jakarta," ucap perempuan berumur 35 tahun itu kepada Liputan6.com, Sabtu (2/8/2014).

Mufidah yang hanya berbekal ijazah SMP itu mengaku belum tahu apa yang akan ia kerjakan. Namun dengan sedikit keahlian menjahit pakaian, ia mengaku dapat bertahan hidup di Jakarta.

"Yah, awal niatnya nyoba-nyoba peruntungan aja di Jakarta siapa tahu bisa sukses, seperti saudara lain. Di kampung kerja gitu-gitu aja toh. Ke sini modal nekat aja. Mungkin aja ada yang mau nerima saya jadi penjahit," ucapnya.

Namun bila pada akhirnya tidak kesampaian menjadi penjahit, Mufidah mengaku siap bekerja apapun, asal dapat bertahan di Jakarta. "Di kampung nggak ada kesempatan kerja sapa tahu datang ke kota bisa dapat kerja."

"Kerja apa aja, mau jadi tukang bersih-bersih jalan juga nggak apa," sambungnya.

Tak jauh beda dengan Mufidah, Joko, pemudik asal Probolinggo Jawa Tengah itu mengajak adiknya yang baru saja lulus SMA ke Jakarta. Ia sengaja membawa adiknya ke Ibukota agar bekerja di pabrik seperti dirinya. Ia yakin dengan ijazah SMA, ada perusahaan yang mau menerimanya.

"Ya ajak saja ke Jakarta, dari pada di kampung nyangkul sawah. Lebih baik ikut di Jakarta, jadi buruh seperti saya. Moga saja ada yang mau terima," ucapnya.

Menurut Joko, walau upah buruh tergolong kecil bila dibanding kebutuhan hidup di Jakarta, namun ia menilai gaji buruh di Jakarta sudah cukup besar, bila dibanding upah buruh di kampung halamannya.

"Ya kalau Probolinggo UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) nya kecil sekalu, kalau di Jakarta kan sudah 2 juta ke atas. Malah, tiap tahun banyak buruh yang demo, akhirnya naik terus. Prospeknya bagus," ucap Jokowi yakin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya