Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menegaskan Indonesia memerlukan pemimpin 'gila' yang dekat dengan rakyat dan memikirkan kesejahteraan rakyat serta memimpin dengan hati.
"Kita mempunyai 50 persen lebih dari 500-an pemimpin (kepala daerah) yang menjadi pasien KPK. Karena itu kita perlu pemimpin 'gila' yang aneh untuk ukuran Indonesia saat ini," kata Abraham Samad di hadapan seribuan peserta Kongres Pelajar Nusantara di Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/11/2014).
Dia menjelaskan pemimpin 'gila' itu adalah pemimpin yang tidak berjarak dari rakyatnya.
"Pejabat sekarang cenderung menjaga jarak atau sulit bertemu dengan rakyat yang dipimpinnya sendiri, tapi kita mempunyai pemimpin 'gila' seperti Jokowi, Risma (Walikota Surabaya Tri Rismaharini), dan semacamnya," kata dia.
Menurut Abraham, pemimpin 'gila' juga selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya. Bahkan mereka tidak akan hidup mewah bila rakyatnya belum sejahtera. "Pemimpin gila juga selalu mewujudkan kata dalam perbuatan," tegas dia.
Ditanya seorang pelajar asal Kalimantan tentang pemimpin korup tapi bisa terpilih lagi dalam pilkada langsung, ia mengatakan itu terjadi karena perilaku korup sudah dianggap biasa di Indonesia.
Baca Juga
KPK sendiri, menurut dia, memperluas perhatian dari penindakan kasus korupsi menuju pencegahan kasus-kasus korupsi. "Caranya, kita lakukan perbaikan sistem dan pendidikan antikorupsi mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dengan dongeng hingga universitas," jelas dia.
Advertisement
Dalam kesempatan itu, Abraham menyebut 9 nilai antikorupsi yakni kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.
"Karena itu, kalau adik-adik masih suka menyontek atau berbohong, maka hal itu harus diakhiri, karena kalau diteruskan akan bisa menumbuhkan perilaku koruptif," pungkas Abraham Samad. (Ant/Ans)