Keluarga Pencari Kayu Bakar Ini Luput dari Program KKS

Walau mendengar ada program kompensasi kenaikan harga BBM, mereka belum memiliki Kartu Keluarga Sejahtera.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 02 Des 2014, 09:35 WIB
Diterbitkan 02 Des 2014, 09:35 WIB
Keluarga Sunari
Keluarga Sunari yang luput dari program KKS. (Liputan6.com/Edhie Prayitno Ige)

Liputan6.com, Kendal - Sebuah rumah berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah di Dukuh Mugas Desa Protomulyo, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah terlihat remang-remang. Tiga penghuninya sedang duduk-duduk mengobrol tentang kesulitan mereka masing-masing, terutama setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang memicu lonjakan harga berbagai barang kebutuhan pokok. Entah mereka mengetahui atau tidak adanya Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai program kompensasi kenaikan harga BBM.   

Yang jelas, kediaman mereka begitu sederhana. Rumah berukuran 4 x 6 meter itu terbagi menjadi dua ruangan. Ruangan pertama untuk tidur dan ruangan kedua untuk kandang dua ekor kambing. Penerangan lampu 5 watt dari bolam, terlihat sebagai satu-satunya sumber cahaya di rumah itu.

Di rumah itulah Sunari (60) tinggal bersama istri dan anaknya. Mereka bisa tinggal di rumah itu atas kebaikan seseorang yang masih kerabat jauh. Dari obrolan malam itu, terlihat bahwa Sunari, Nawiyah (56) istrinya, dan Sodri (22) anaknya tak mengeluhkan kehidupan mereka yang miskin.

"Saya tiap hari mencari kayu dan madu di hutan. Kalau ngomong penghasilan ya nggak mesti. Kadang dapat, kadang nggak ada sama sekali sampai berhari-hari," kata Sunari kepada Liputan6.com, belum lama ini.

Meski demikian, Sunari tergolong melek informasi. Ia mendengar adanya program bantuan sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sejak zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT)-nya, hingga pemerintahan Jokowi dengan Kartu Keluarga Sejahtera. Meski melek informasi, ternyata Sunari tak termasuk dalam penerima bantuan tersebut. Baik itu uang bantuan langsung tunai (BLT), maupun Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Saya sabar saja kok. Saya sudah menanyakan pada pak RT, kenapa saya tidak dapat uang bantuan dari pemerintah tapi pak RT hanya bilang, bersabar," tutut Sunari.

Selain rumah yang mungil dan berdinding anyaman bambu, ternyata keluarga Sunari harus jalan kaki ke sungai yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya saat hendak mandi atau buang air besar. "Kalau kencing, yang di kebun milik orang," beber Sunari.

Beruntung mereka masih mendapat bantuan dari musala, yang jaraknya sekitar 500 meter untuk penerangan rumahnya. Sunari lalu bercerita bahwa dua ekor kambing yang menemaninya tidur adalah milik saudaranya, yakni si pemilik tanah. Dia berharap kambing-kambing itu beranak sehingga ia bisa memiliki seekor anak kambing. Sementara istrinya, menderita sakit paru-paru dan asam urat. Seringkali jika udara dingin, Nawiyah sesak napas.

"Anak saya, Sodri yang menjaga emaknya di rumah dan mengantarkannya berobat. Sehingga Sodri, tidak bekerja. Biasanya, ia bekerja sebagai kenek tukang batu," kata Sunari.

Kemiskinan yang diderita oleh keluarga Sunari, rupanya diketahui oleh Serikat Rakyat Miskin Indonesia (RSMI) Kendal. Mereka kemudia menggalang dana untuk dibelikan satu karung beras (25 kg), kasur lempit, meja kursi, dan uang tunai.

"Ini tanda keprihatinan kami untuk warga miskin," kata koordinator SRMI Kendal, Mahsun.

Mahsun berharap pemerintah mengevaluasi kembali daftar masyarakat miskin, sehingga bisa tepat sasaran.

"Logikanya, karena keluarga Sunari tinggal di rumah berdinding anyaman bambu, berlantai tanah, tak berpenghasilan, seharusnya juga mendapat BLT yang kini menjadi KKS," ujar Mahsun.

Ya, Minggu malam itu, keluarga Sunari menghabiskan malam seperti malam-malam sebelumnya. Ditemani teh hangat tanpa gula, mereka bercerita apa-apa yang dialaminya hari itu sebelum berangkat tidur. Mungkin saja mereka bermimpi memperoleh Kartu Keluarga Sejahtera atau KKS, yang nominalnya terbilang lumayan untuk keluarga tak mampu. (Ans)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya