Indra Piliang: Saling Menyingkirkan Itu Kiamat bagi Golkar

Konflik internal berkepanjangan dikhawatirkan bisa menyebabkan elektabilitas Golkar merosot dan disalip Partai Demokrat.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 16 Des 2014, 00:16 WIB
Diterbitkan 16 Des 2014, 00:16 WIB
anas-4-131025c.jpg
Indra J Piliang menilai kekuasaan yang ada sekarang sudah cenderung memanipulasi peran pemuda (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) akan memutuskan kepengurusan Partai Golkar yang sah pada Selasa 16 Desember 2014, apakah kepengurusan kubu Aburizal Bakrie (Ical) atau kubu Agung Laksono yang disahkan.

Setelah itu, sangat diharapkan rekonsiliasi akan terjadi antar-kedua kubu. Sebab, kalau tidak terjadi dan saling menyingkirkan, menurut politikus Partai Golkar Indra J Piliang, Golkar akan berakhir.

"Kalau ada kubu yang menang dan menyingkirkan kubu yang kalah itu kiamat bagi Golkar," kata Indra J Piliang di kawasan Jakarta Pusat, Senin (15/12/2014).

Menurut dia, hal tersebut tentu sangat dihindari, baik kubu Ical maupun Agung Laksono. Oleh karena itu, komunikasi informal mulai dibuka antar-kedua belah pihak.

"Pembicaraan informal sudah terjadi. karena masing-masing kubu juga punya kubu netral yang banyak. Artinya sekarang yang memberikan pengaruh kan kubu netral. Ya mudah-mudahan ada beberapa ide yang mencuat," ungkap Indra.

Pria yang menjabat sebagai Ketua DPP bidang Pengkajian dan Litbang Kubu Agung itu meyakini Ical maupun Agung masih memiliki rasionalitas politik yang cukup baik. Paling tidak hal itu terlihat dari kicauan Ical dalam mendukung Perppu Pilkada langsung.

"Cuma yang saya lihat, body guard-nya ingin menjadikan konflik ini menjadi pribadi. Padahal banyak orang di Golkar yang dewasa lebih banyak orang yang menempatkan debat politik sebagai masalah pribadi. Dan saya yakin antara pak Ical dan pak Agung punya rasionalitas yang sama," ujar dia.

Indra juga mengungkapkan sudah ada komunikasi informal yang terjalin antara Ical dan Agung. Hanya saja dia tidak bisa mengungkapkan isi pembicaraan itu. "Saya yakin ada. Cuma ada komunikasi yang bisa disampaikan ada yang tidak," tandas Indra.

Disalip Demokrat

Selain itu, Indra juga khawatir jika konflik internal berkepanjangan, elektabilitas Golkar akan merosot dan disalip Partai Demokrat.

"Saya dapat informasi, hasil survei sekarang, Golkar ada di posisi nomor 3 di bawah PDIP dan Gerindra. Ini menunjukkan pilihan politik saat ini yang sedang dibangun Golkar misalnya dengan KMP sama sekali tidak ada dampak elektabilitas pada partai," ujar Indra.

Menurut Indra, koalisi yang dibangun ditambah konflik yang terjadi hanya menguntungkan PDIP dan Partai Gerindra yang kini menduduki posisi teratas. Hal ini merupakan efek pilpres yang menampilkan sosok dari partai masing-masing.

"Yang akan mendapat keuntungan dari 2 model koalisi politik sudah pasti PDIP dan Gerindra karena tokoh yang bersaing pada pilpres kemarin adalah Jokowi dan Prabowo dan itu identik dengan PDIP dan Gerindra," terang Indra.

Saat ini, menurut dia, yang harus dilakukan Golkar adalah menata kembali partai dan menentukan sikap yang tegas. Bahkan, jika harus menyandarkan diri pada salah satu koalisi.

"Kalau model kerja politik Golkar masih seperti sekarang kita akan ada di posisi 3 atau malah disalip oleh demokrat. Jadi warning yang jelas pada Golkar dimana keputusan politik justru menurunkan elektbilitas partai," tandas Indra. (Riz)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya