Liputan6.com, Selat Karimata - KRI sebagai kapal komando pencarian pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Laut Jawa, banyak menampung ratusan tim SAR dari TNI AL dan awak media. Tentu membutuhkan logistik dan perbekalan yang tidak sedikit agar misi kemanusiaan ini tetap berjalan baik.
Liputan6.com dan sejumlah awak media Senin 5 Januari 2014 berkesempatan mengintip ruangan mesin KRI Banda Aceh di dek paling dasar dan ruang dapur di dek pertama.
Di ruang mesin ini, kapal buatan PT DI 2011 ini cukup luas. Namun dipenuhi mesin-mesin berukuran besar. Pipa dan kabel di setiap sudut, ditambah lagi udara pengap karena hawa panas mesin. Beruntung di ruangan kontrol menggunakan pendingin ruangan.
Di ruang kontrol tersebut ada sekitar 10 prajurit bertugas. Setiap ada mesin yang mengalami masalah akan terdeteksi. Bersyukur, selama perjalanan tidak ada masalah berarti.
"Alhamdulillah sepanjang perjalanan seminggu ini tidak ada masalah signifikan. Ya cuma masalah-masalah kecil saja," ujar Kadepsin KRI Banda Aceh 593 Mayor Laut Teknik Fahmi Arian saat berbincang dengan Liputan6.com.
Ruang kontrol mesin ini tidak cukup luas. Hanya seperti sebuah lorong berukuran lebar sekitar 2 meter dan panjang 8 meter. Ruangan ini dijaga prajurit 24 jam selama kapal berlayar.
Menurut Fahmi, mesin kapal ini terdiri 2 bagian, mesik pokok dan bantu. Mesin pokok berfungsi sebagai pendorong kapal secara menyeluruh. Fungsi bantu seperti untuk pasokan listrik dan sebagainya.
"Masa penggunaan 2 mesin itu berdasarkan jam putar. Semakin banyak berlayar semakin cepat mesin. Untuk kapal ini bisa berumur 30 tahun. Bisa di-upgrade, 2-3 kali," jelas dia.
Pasokan Listrik dan Bahan Bakar>>>
Pasokan Bahan Bakar
Secara umum, kapal yang memiliki panjang 125 meter ini memang didesain untuk kapal tempur yang mengangkut persenjataan, tanker, helikopter, dan personel TNI AL.
Rata-rata per hari, kapal ini menghabiskan pasokan listrik 400 KW untuk 2 generator jika berlayar. Sedangkan jika kapal berhenti atau pasang jangkar hanya menghabiskan separuhnya atau 200 KW, karena hanya menghidupkan 1 generator.
"Kalau normal bahan bakar sehari maksimal rata-rata menghabiskan 34.000 liter solar," ujar Fahmi.
Sementara konsumsi air bersih selama misi pencarian AirAsia sepekan ini sebanyak 570 ribu liter atau rata-rata 30 ribu liter per hari. "Pasokan air baku dari darat dan laut, ada pengolahan dari air laut juga," pungkas Fahmi.
Konsumsi Makanan>>>
Advertisement
Konsumsi Makanan
Sementara saat Liputan6.com melongok di ruang dapur, ruangan ini dibagi menjadi 2 bagian. Yakni ruang utama khusus untuk memasak yang kurang lebih berukuran 8 x 6 meter.
Sedangkan ruang lainnya khusus untuk freezer yang menyimpan bahan baku seperti sayuran, daging, dan ikan. Penyimpanan beras terpisah, ada lift khusus menuju dapur.
Untuk konsumsi makanan, selama sepekan pencarian AirAsia KRI Banda Aceh menghabiskan beras 600 Kg dan 50 Kg ayam atau rata-rata 16 ekor sehari.
"Kalau sekarang ada 4 orang yang masak, untuk 3 kali makan. Semua yang kerja di dapur ada 8 orang, cuma 4 orang libur," ujar Koordinator Dapur Pelda Iskandar saat berbincang dengan Liputan6.com.
Para prajurit biasanya memulai masak pukul 05.00 untuk sarapan pagi. Sedangkan untuk makan siang mereka mulai memasak pukul 08.00 - 13.30, termasuk untuk makan malam.
"Biasanya, saat masak dibantu Kowal (Korps Wanita Angkatan Laut)," ujar prajurit yang sudah bekerja 20 tahun itu.
Sedangkan konsumsi air minum, para juru masak ini menyediakan 100 liter per hari. "Biasanya kan prajurit sudah punya air minum sendiri, jadi kita paling menyediakan air minum untuk buat kopi, atau masak mi instan," ujar Iskandar.
Menu masakan pun cukup bervariasi. Ayam, ikan, tempe, sayuran dan buah-buahan menjadi menu utama makan sehari-hari selama misi pencarian AirAsia.
"Makanan di kapal ya itu, apa adanya. Antara prajurit dan perwira sama saja, tidak ada yang beda," pungkas Iskandar. (Ali/Riz)