Liputan6.com, Pekanbaru - Mario Steven Ambarita, si penyusup di rongga Pesawat Garuda tujuan Jakarta dari Pekanbaru, kabur dari rumahnya. Penahanan Mario sebelumnya ditangguhkan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) Kementerian Perhubungan.
Mario kabur dari kediamannya di Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, pada Jumat 17 April 2015 dini hari. Ada sepucuk surat yang ditinggalkan Mario buat ibunda Tiar Sitanggang dan keluarga.
Tiar didampingi Tim Advokasi Aliansi Perjuangan Rakyat Riau (Perari) melaporkan kaburnya Mario ke Polsek Bagan Sinembah. Tiar ingin Mario dicari kepolisian dan dikembalikan lagi ke rumahnya.
Kepala Bidang Humas Perari Hermansyah Rahim dikonfirmasi, Sabtu (18/4/2015), membenarkan hal tersebut. Mario pergi tanpa diketahui satupun pihak keluarga. Dalam surat yang ditinggalkan, ia meminta orangtuanya tidak khawatir atas kepergiannya kali ini.
"Dalam surat yang ditinggalkan, Mario mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya. Alasan kepergian, yang ditulis Mario dalam surat itu, untuk mengubah kehidupan lebih baik lagi. Namun, dia tidak menuliskan ke mana tujuannya," sebut Hermansyah.
Hermansyah menuturkan, dalam surat itu, Mario menyebut sangat sayang dengan mama dan ayahnya. Mario juga mengucapkkan terima kasih karena sudah dirawat kedua orang tuanya sampai dewasa.
"Dalam surat, Mario juga mengaku bangga dengan ayah dan mamanya. Mario mendoakan agar keluarganya selalu sehat dan panjang umur," kata dia.
Dia menambahkan, dalam surat, Mario menulis sudah dewasa dengan umurnya yang sekarang, sehingga harus mencari cara mengubah hidup.
Mario nekat bersembunyi di rongga pesawat untuk bisa terbang ke Jakarta karena ingin bertemu Presiden Joko Widodo.
Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia Pujobroto mengungkapkan, kejadian itu bermula pada Selasa 7 April 2015 pukul 14.00 WIB di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Mario menerobos pagar bandara dan masuk ke landasan. Dia menunggu pesawat berhenti sejenak, kemudian lari masuk ke rongga roda pesawat.
Sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, kondisi Mario lemas karena kekurangan oksigen saat di ketinggian. (Mvi/Ein)