Dalang Tamu Tengah Malam Ahok

Wagub Djarot menduga sama, demonstrasi pada tengah malam itu bukan murni dilakukan warganya.

oleh Hanz Jimenez SalimNafiysul Qodar diperbarui 28 Mei 2015, 00:10 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2015, 00:10 WIB
Ahok Jadi Saksi Penandatangan Kontrak MRT
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama berjalan menuju ruang pertemuan untuk penandatangan kontrak antara PT MRT Jakarta dengan Sumitomo Corp di Balaikota, Jakarta, Selasa (3/3/2015).(Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Seratusan warga yang berkonvoi menggunakan sepeda motor, tiba-tiba memarkirkan kendaraannya tepat di depan kompleks perumahan Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara pada Selasa 26 Mei 2015 malam. Kompleks tempat tinggal Gubernur DKI Jakarta Ahok.

Massa yang tiba sekitar pukul 23.00 WIB itu mengaku datang dari kawasan Pinangsia, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Mereka rupanya akan menggelar demo di kompleks permukiman orang nomor satu di Jakarta itu.

Di tengah unjuk rasa, massa menggedor-gedor pagar kompleks, sambil mendesak gubernur yang bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu keluar dari rumahnya, menemui mereka malam itu juga.

Mereka berteriak dan membuat pengunjung Taman Waduk Pluit kebingungan. Massa bahkan ada yang nekat memanjat pagar kompleks yang tak jauh dari kawasan Waduk Pluit itu. Aksi ini pun menyita perhatian warga di sekitar kompleks.

Rupanya warga yang berunjuk rasa pada tengah malam itu, lantaran tak ingin rumah mereka yang berada di bantaran Kali Ciliwung, kawasan Ancol digusur Pemprov DKI.

"Demonya di luar kompleks perumahan. Mereka menuntut adanya pembatalan eksekusi lahan di daerah Pademangan dan Pinangsia," kata Kanit Reskrim Polsek Penjaringan Kompol Bungin Misalayuk kepada Liputan6.com, Jakarta, Rabu 27 Mei 2015.

Camat Penjaringan, Jakarta Utara, Yani Wahyu Purwoko juga membenarkan, tujuan warga melakukan unjuk rasa terkait rencana penggusuran rumah warga di bawah kolong Tol Ancol.

"Mereka demo karena tempat tinggal yang ada di bawah kolong Tol Ancol akan digusur. Yang jelas (demo) itu tidak berizin, kami akan bubarkan," kata Yani.  

Ahok akhirnya menemui warga. Dia mengaku tak terima dengan aksi mereka yang menggedor-gedor pintu kompleks perumahannya. "Kalian kenapa tengah malam datang ke rumah saya? Kalian mau main preman?"

"Kamu jangan ganggu kompleks saya. Saya ini bisa diusir dari kompleks. Makanya saya nggak suka Anda datang ke kompleks saya, saya nggak suka," sambung mantan Bupati Belitung Timur itu, saat menceritakan kejadian malam itu di kantornya.

Ahok pun menegaskan, Pemprov DKI Jakarta tak bakal menunda penggusuran rumah-rumah di bantaran Kali Ciliwung Lama. Meski warga membawa denah lahan sebagai bahan rujukan.  

"Kami nggak mau tunda, asumsi ini nggak bisa," ujar dia.

Namun salah satu warga bertahan dan mengaku tak terima jika wilayahnya digusur hingga lebar 10 meter dari bibir Kali Ciliwung Lama. Sedangkan warga di Jakarta Utara atau di Pademangan cuma digusur selebar 5 meter dari bibir kali.

Menanggapi hal itu, Ahok lantas menghubungi Walikota Jakarta Barat Anas Effendi dan meminta penjelasan. Setelah itu, ia juga meminta warga agar menanyakan langsung masalah itu kepada pejabat terkait.

"Ini soal pertimbangan kebijakan, saya sudah biasa hadapi seperti ini. Maling itu bukan cuma oknum pejabat. Saya sudah kesal banget ini. (Lahan) ini yang anda duduki itu jalur hijau," kata dia.

Demo yang berlangsung damai dan tertib itu juga diwarnai dengan orasi. Setelah unjuk rasa berlangsung sekitar 1 jam, mereka akhirnya membubarkan diri.   

Tetap Menggusur

Kendati bagi Ahok, didemo warganya adalah hal yang biasa. Dia tidak mempermasalahkan. Karena ini sudah menjadi bagian dari risiko memimpin Ibukota.

"Saya pikir, ya biasa ya orang kayak gitu, mau bilang gimana lagi," kata gubernur yang memiliki nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama di Balaikota DKI Jakarta, Rabu 27 Mei 2015.

Meski didemo, Ahok menegaskan, tetap akan menggusur permukiman warga yang dianggap kumuh dan berada di bantaran Kali Ciliwung. Apalagi diduga ada praktik sewa-menyewa tanah di lahan yang seharusnya dibenahi Pemprov DKI.

"Penggusuran kita nggak ada toleransi. Harus tetap digusur. Nanti kalau kamu nggak ada rumah, yang sewa pasti sewa tempat lain. Kalau kamu nyewa, masak kamu mau belain tempat kamu. Yang ribut ini yang sewa tanah sebetulnya," tegas Ahok.

Mantan politisi Partai Gerindra ini menyayangkan, banyak warga yang permukimannya digusur tapi tidak mau dipindahkan ke rumah susun (rusun). Padahal, pihaknya telah menyiapkan sejumlah rusun bagi warganya.

"Kalau nggak ada rumah lapor kita, kita ada rusun bisa titipin. Kalau nggak mau ke rusun, ya risiko kamu, orang kamu nggak punya rumah kok, gimana?" tegas Ahok.

Unjuk rasa pada tengah malam itu pun disesalkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saaiful Hidayat. Menurut dia aksi tersebut harus ditindak tegas.

"Itu tindakan yang nggak benar, memaksakan kehendak. Itu cara-cara liar yang enggak benar, jadi harus ditindak dengan tegas," kata Djarot di Balaikota DKI Jakarta, Rabu 27 Mei 2015.

Djarot juga mengaku kali ini tidak akan bertoleransi terhadap warga Pinangsia, Ancol, Pademangan. Pemprov DKI tetap akan menggusur pemukiman mereka.

"Tetap digusur, sudah dikasih solusi kok, disediain rusunawa. Apalagi mereka menggunakan tanah negara kan? Ya sudah," tegas Djarot.

Campur Tangan Parpol?

Ahok mengatakan, unjuk rasa warga yang menyasar kompleks perumahannya tidak hanya terjadi Selasa kemarin. Saat pembongkaran permukiman warga di Waduk Pluit, sejumlah warga juga berdemo di kawasan perumahannya.

"Dulu waktu Waduk Pluit juga gitu kan? Waduk Pluit juga ngancem seribu orang mau nyerbu ke rumah. Ya udah sering lah, itu risiko," ucap Ahok.

Karena itu Ahok mengaku tak peduli dengan aksi warga Ancol malam itu. Dia memilih tidur dari pada mengurusi warga. "Ya saya tidur ajalah," seloroh Ahok.

Menurut Ahok, menertibkan pemukiman warga memang tidak mudah. Ia kerap kali diminta tidak menggusur kawasan itu oleh sejumlah orang dari partai politik tertentu.

"Makanya banyak orang politik dari partai BBM saya, SMS saya, dan telepon minta jangan dibongkar (permukiman warga Pinangsia). Nah saya pikir untuk kepentingan politik, jangan bongkar berapa ratusan orang," kata Ahok.

Ahok lagi-lagi menegaskan tetap pada keputusannya menggusur rumah warga. Sebab jika hal itu tidak dilakukan, ia khawatir penanganan masalah banjir di Jakarta tidak maksimal.

Dia juga mengaku tidak masalah jika kebijakannya mengatasi banjir malah membuat warga Pinangsia kesal. "Apa kamu mau korbanin 10 juta orang kena banjir? Nah saya sih ngerti nggak populer gitu lho."

"Tugas saya kan bukan soal populer, tugas saya membuat Jakarta nggak banjir dan nggak macet," tegas Ahok," sambung dia.

Djarot juga menduga sama, demonstrasi pada tengah malam itu bukan murni dilakukan warganya. Melainkan sejumlah preman yang menyewakan lahan mereka kepada warga. Maka itu, dia berencana menyelidiki masalah ini.

"Kita juga cek apakah yang demo itu memang betul-betul warga situ apa penyewa?" tanya Djarot. (Rmn/Ali)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya