Waspadai 8 Penyebab Asam Urat ini, Kenali Apa Saja Gejalanya

Kenali berbagai faktor penyebab asam urat, mulai dari makanan tinggi purin hingga faktor genetik, dan cegah penyakit sendi ini!

oleh Fitriyani Puspa Samodra Diperbarui 09 Apr 2025, 07:40 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 07:40 WIB
Ilustrasi penderita asam urat/freepik.com
Ilustrasi Asam Urat (Sumber: Freepik).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Asam urat bisa menyerang siapa saja, tanpa pandang usia maupun jenis kelamin. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, semuanya berpotensi mengalami gangguan kesehatan ini. Sayangnya, gejala awal asam urat sering kali disepelekan, karena kerap disalahartikan sebagai rasa pegal-pegal biasa akibat kelelahan. Padahal, jika dibiarkan, nyeri yang ditimbulkan bisa sangat menyiksa, disertai pembengkakan dan rasa panas luar biasa pada sendi.

Penyebab utama dari penyakit ini adalah penumpukan zat purin dalam tubuh. Zat ini banyak ditemukan dalam makanan seperti seafood, daging merah, serta makanan tinggi lemak dan protein. Dalam kondisi normal, purin akan diolah oleh tubuh dan dibuang melalui ginjal. Namun, jika jumlahnya berlebihan atau fungsi ginjal terganggu, maka kristal asam urat bisa menumpuk di persendian dan memicu peradangan.

Tak jarang penyakit ini disalahartikan sebagai rematik. Padahal, meski keduanya menyerang persendian, rematik merupakan istilah umum untuk nyeri akibat peradangan, bukan karena penumpukan asam urat. Berikut ulasan lebih lanjut tentang penyebab asam urat yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (8/4/2025)

1. Konsumsi Makanan Tinggi Purin

Salah satu penyebab utama meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh adalah konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi. Purin adalah senyawa alami yang, setelah diuraikan oleh tubuh, akan menghasilkan asam urat. Sumber purin yang umum ditemukan antara lain daging merah (sapi, kambing), jeroan seperti hati dan ginjal, makanan laut (terutama ikan sarden, makarel, kerang), serta beberapa jenis minuman seperti bir dan alkohol lainnya.

Ketika makanan-makanan tersebut dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, tubuh menghasilkan asam urat lebih banyak dari yang bisa dibuang oleh ginjal. Akibatnya, asam urat akan menumpuk dalam darah dan mengendap di sendi dalam bentuk kristal tajam yang memicu peradangan dan nyeri hebat. Oleh karena itu, pengaturan pola makan sangat penting bagi penderita asam urat maupun bagi orang yang ingin mencegahnya.

2. Ketidakmampuan Ginjal Menghilangkan Asam Urat

Ginjal memiliki peran penting dalam menjaga kadar asam urat dalam tubuh agar tetap seimbang. Organ ini bertugas membuang kelebihan asam urat melalui urine. Namun, jika fungsi ginjal menurun—baik karena faktor usia, dehidrasi, atau penyakit ginjal kronis—maka proses pembuangan asam urat pun terganggu. Akibatnya, kadar asam urat dalam darah meningkat dan mudah mengendap di persendian.

Gangguan fungsi ginjal sering tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Itulah sebabnya penting menjaga kesehatan ginjal melalui pola hidup sehat, seperti minum cukup air, tidak mengonsumsi obat secara sembarangan, dan menghindari makanan yang membebani kerja ginjal.

3. Obesitas

Obesitas atau kelebihan berat badan berhubungan erat dengan risiko tinggi terkena asam urat. Orang dengan indeks massa tubuh (IMT) tinggi cenderung memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi karena lemak tubuh dapat memengaruhi metabolisme purin. Selain itu, obesitas juga menghambat kerja ginjal dalam membuang asam urat secara efisien, sehingga memperbesar kemungkinan terjadi penumpukan.

Tak hanya itu, sel-sel lemak dapat memicu peradangan sistemik di dalam tubuh yang memperparah gejala asam urat. Menurunkan berat badan secara bertahap melalui diet sehat dan olahraga teratur terbukti efektif dalam mengurangi kadar asam urat dan mencegah serangan berulang.

4. Faktor Genetik

Faktor keturunan juga memiliki peran besar dalam menentukan risiko seseorang terkena asam urat. Jika ada anggota keluarga—terutama orang tua atau saudara kandung—yang pernah menderita asam urat, kemungkinan Anda mengalaminya juga lebih tinggi. Gen yang diwariskan dapat memengaruhi cara tubuh memproses purin, serta seberapa efisien ginjal membuang asam urat.

Meski tidak bisa diubah, risiko genetik ini bisa dikelola dengan gaya hidup sehat dan pola makan yang tepat. Pemeriksaan kesehatan secara rutin juga penting dilakukan, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini.

5. Penuaan

Seiring bertambahnya usia, fungsi organ tubuh termasuk ginjal cenderung menurun. Hal ini menyebabkan kemampuan tubuh dalam membuang kelebihan asam urat menjadi tidak seefektif saat muda. Oleh karena itu, orang lanjut usia memiliki risiko lebih tinggi mengalami penumpukan asam urat dan terkena serangan nyeri sendi.

Pada pria, risiko mulai meningkat sejak usia 30 tahun, sedangkan pada wanita umumnya terjadi setelah menopause, ketika hormon estrogen yang membantu pengeluaran asam urat mulai menurun. Oleh sebab itu, penting bagi lansia untuk lebih memperhatikan pola makan, aktivitas fisik, dan asupan cairan harian.

6. Penyakit Kronis

Beberapa penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit ginjal, diabetes, dan psoriasis memiliki kaitan erat dengan peningkatan kadar asam urat. Dalam kondisi ini, terjadi gangguan metabolisme dan inflamasi yang dapat memperburuk proses pembuangan asam urat dari tubuh.

Penderita penyakit kronis juga kerap mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang, yang mungkin memberi dampak terhadap fungsi ginjal. Oleh karena itu, penanganan yang tepat terhadap penyakit kronis serta pemantauan kadar asam urat secara rutin sangat disarankan.

7. Efek Stres

Stres tidak hanya berdampak pada kondisi mental, tetapi juga dapat memicu berbagai reaksi kimia di dalam tubuh yang berpengaruh pada keseimbangan hormonal dan sistem imun. Salah satunya adalah peningkatan produksi asam urat. Selain itu, stres juga dapat mendorong seseorang untuk menerapkan gaya hidup tidak sehat seperti pola makan tidak teratur, konsumsi alkohol, kurang tidur, dan aktivitas fisik yang minim—semua hal ini merupakan faktor risiko tambahan bagi asam urat.

Mengelola stres dengan baik, seperti dengan meditasi, olahraga ringan, atau aktivitas yang menyenangkan, dapat membantu menjaga keseimbangan metabolisme tubuh, termasuk kadar asam urat.

8. Efek Samping Obat-obatan

Beberapa jenis obat diketahui dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Di antaranya adalah obat diuretik (obat untuk mengeluarkan cairan tubuh melalui urine), yang sering digunakan untuk mengatasi hipertensi atau gagal jantung, serta aspirin dalam dosis tinggi. Obat-obatan tersebut menghambat pengeluaran asam urat oleh ginjal atau meningkatkan produksinya di dalam tubuh.

Jika Anda harus mengonsumsi obat-obatan ini secara rutin, penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai alternatif lain atau pengawasan kadar asam urat secara berkala. Dengan begitu, risiko komplikasi bisa diminimalkan.

 

Faktor Risiko Penyakit Asam Urat

Asam urat bisa menyerang siapa saja, tetapi ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalaminya. Mengetahui faktor risiko ini sangat penting untuk mencegah kemunculan penyakit dan menghindari kekambuhan. Berikut adalah beberapa faktor risiko utama penyakit asam urat yang perlu Anda pahami.

1. Pola Makan Tidak Seimbang

Pola makan memainkan peran besar dalam munculnya penyakit asam urat. Konsumsi berlebihan terhadap makanan tinggi purin seperti daging merah, jeroan, dan makanan laut (terutama kerang dan ikan tertentu) bisa meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Selain itu, konsumsi minuman manis yang mengandung fruktosa (gula buah), seperti soda atau jus kemasan, juga dapat merangsang produksi asam urat dalam tubuh.

Tak kalah penting, alkohol—terutama bir—memiliki dampak ganda: meningkatkan produksi asam urat sekaligus menghambat proses pembuangannya melalui ginjal. Oleh karena itu, menjaga pola makan seimbang dan membatasi konsumsi makanan serta minuman tersebut sangat penting untuk mencegah risiko asam urat.

2. Berat Badan Berlebih (Obesitas)

Kelebihan berat badan membuat tubuh menghasilkan lebih banyak asam urat sebagai bagian dari metabolisme. Di saat yang sama, ginjal bekerja lebih keras dan menjadi kurang efisien dalam membuang kelebihan asam urat. Akibatnya, kadar asam urat dalam darah meningkat dan memicu pembentukan kristal di persendian.

Penurunan berat badan yang sehat dan bertahap terbukti bisa menurunkan kadar asam urat dan mengurangi serangan. Namun, perlu diingat bahwa penurunan berat badan yang terlalu cepat justru dapat memperburuk kondisi, karena bisa meningkatkan kadar asam urat secara tiba-tiba.

3. Riwayat Medis Tertentu

Beberapa penyakit kronis dapat memperbesar risiko seseorang mengalami asam urat. Di antaranya:

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol
  • Diabetes
  • Penyakit jantung
  • Penyakit ginjal
  • Sindrom metabolik, yaitu kombinasi dari tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, lemak tubuh berlebih di sekitar pinggang, dan kadar kolesterol abnormal

Kondisi-kondisi tersebut dapat mengganggu metabolisme tubuh dan memperlambat proses pengeluaran asam urat dari darah, sehingga meningkatkan potensi penumpukan.

4. Penggunaan Obat-obatan Tertentu

Beberapa jenis obat dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Contohnya:

  • Obat diuretik (obat untuk buang air kecil), yang sering digunakan untuk menangani tekanan darah tinggi dan gagal jantung.
  • Aspirin dalam dosis rendah, yang dapat memengaruhi fungsi ginjal.
  • Obat imunosupresan, yang digunakan pada pasien pasca transplantasi organ.

Konsultasikan dengan dokter jika Anda mengonsumsi obat-obatan tersebut secara rutin, agar dapat dilakukan pemantauan kadar asam urat secara berkala.

5. Riwayat Keluarga

Jika salah satu anggota keluarga Anda, seperti orang tua atau saudara kandung, pernah atau sedang menderita asam urat, maka risiko Anda untuk mengalaminya juga meningkat. Faktor genetik dapat memengaruhi cara tubuh memetabolisme purin dan seberapa efisien ginjal dalam membuang asam urat.

Meski tidak bisa dihindari, risiko ini tetap dapat diminimalkan dengan menerapkan gaya hidup sehat dan waspada terhadap gejala awal.

6. Usia dan Jenis Kelamin

Secara statistik, pria memiliki risiko lebih tinggi terkena asam urat dibandingkan wanita, khususnya di usia 30 hingga 50 tahun. Ini berkaitan dengan kadar hormon testosteron yang mempengaruhi metabolisme purin dan asam urat.

Pada wanita, risiko meningkat setelah menopause karena kadar hormon estrogen yang sebelumnya membantu pengeluaran asam urat menjadi menurun. Oleh karena itu, wanita pasca-menopause juga perlu lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan sendi dan pola makan.

7. Konsumsi Fruktosa Berlebih

Fruktosa adalah gula alami yang ditemukan dalam buah, namun ketika dikonsumsi dalam bentuk tambahan—seperti dalam minuman manis, sirup jagung fruktosa tinggi, atau makanan olahan—dapat menjadi pemicu peningkatan asam urat. Fruktosa merangsang hati untuk memproduksi asam urat dalam jumlah tinggi, dan konsumsi berlebihan bisa memicu serangan mendadak.

Mengurangi asupan fruktosa tambahan merupakan salah satu langkah penting dalam pencegahan asam urat.

8. Pasca Operasi atau Trauma

Beberapa orang mengalami serangan asam urat pertama kali setelah menjalani operasi atau mengalami cedera serius. Trauma fisik maupun stres metabolik akibat operasi besar dapat menyebabkan perubahan dalam keseimbangan kimia tubuh dan memicu pelepasan kristal asam urat yang sebelumnya tersembunyi di dalam jaringan.

Dalam kasus seperti ini, pemulihan pasca-operasi yang cermat serta pengawasan kondisi metabolik sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat asam urat atau faktor risiko lainnya.

Gejala Asam Urat

Mengenali gejalanya asam urat sejak awal sangat penting agar penderita bisa segera mendapatkan penanganan dan mencegah kerusakan sendi lebih lanjut. Berikut ini adalah beberapa gejala khas asam urat yang perlu Anda perhatikan.

1. Nyeri Sendi yang Intens

Gejala utama dan paling khas dari asam urat adalah rasa nyeri hebat pada sendi, terutama pada jempol kaki. Ini adalah lokasi paling umum dari serangan pertama penyakit ini. Namun, rasa nyeri juga bisa terjadi di berbagai sendi lain seperti:

  • Pergelangan kaki
  • Lutut
  • Siku
  • Pergelangan tangan
  • Jari tangan

Nyeri ini biasanya datang secara tiba-tiba, sering kali di malam hari, dan dapat berlangsung selama 4 hingga 12 jam pertama dengan intensitas yang sangat tinggi. Banyak penderita menggambarkan rasa sakitnya seperti “sendi terbakar” atau “tertusuk jarum tajam”.

2. Rasa Tidak Nyaman yang Bertahan Lama

Setelah rasa nyeri puncak mereda, biasanya penderita tetap merasakan ketidaknyamanan atau ngilu di area sendi yang terdampak. Gejala ini bisa bertahan selama beberapa hari hingga beberapa minggu, terutama jika tidak segera diobati.

Yang perlu diwaspadai, serangan berikutnya bisa lebih parah dan melibatkan lebih banyak sendi. Jika tidak dikontrol, gejala-gejala ini akan semakin sering kambuh dan lebih sulit dikendalikan.

3. Peradangan dan Kemerahan pada Sendi

Selain nyeri, gejala umum lainnya adalah tanda-tanda peradangan lokal, yaitu:

  • Pembengkakan pada sendi
  • Sendi terasa hangat saat disentuh
  • Kulit di sekitar sendi tampak merah atau keunguan
  • Area terasa lunak jika ditekan

Gejala ini bisa terlihat jelas secara kasat mata dan kerap disalahartikan sebagai infeksi sendi atau radang lainnya. Namun, bila disertai dengan riwayat pola makan tinggi purin atau kondisi metabolik lain, asam urat perlu dicurigai sebagai penyebab utama.

4. Rentang Gerak Menjadi Terbatas

Seiring berkembangnya penyakit, penderita akan mulai merasakan kesulitan dalam menggerakkan sendi yang terdampak. Kekakuan ini bukan hanya akibat nyeri, tapi juga karena peradangan dan penumpukan kristal asam urat yang mengganggu struktur sendi.

Dalam jangka panjang, sendi bisa mengalami kerusakan permanen jika serangan asam urat terus berulang dan tidak ditangani dengan benar.

Gejala asam urat bisa muncul tiba-tiba dan menimbulkan rasa sakit luar biasa. Jangan sepelekan rasa nyeri di jempol kaki atau sendi lainnya, terutama jika disertai pembengkakan dan kemerahan. Mengenali gejala-gejala di atas adalah langkah awal untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya