Waspada, 17 Kabupaten di NTT Rawan El Nino

"Hanya lima kabupaten yang masih aman dari bencana kekeringan."

oleh Liputan6 diperbarui 22 Jun 2015, 08:57 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2015, 08:57 WIB
Musim Kemarau
Kekeringan di musim kemarau. (Antara)

Liputan6.com, Kupang - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Yohanes Tay Ruba mengatakan, sebanyak 17 dari 22 kabupaten di daerah berbasis kepulauan itu setiap tahunnya sering dilanda gelombang panas El Nino. Sehingga membuat para warga di wilayah tersebut harus selalu waspada.

"Kewaspadaan itu perlu diimplementasikan, dengan solusi nyata yang telah ditawarkan para penyuluh pertanian lapangan di setiap daerah, yang setiap tahunnya sering dilanda masalah kekeringan," kata Yohanes di Kupang, Senin (22/6/2015).

Menurut Yohanes, hal itu terkait identifikasi Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat terhadap daerah-daerah mana saja di NTT yang rawan diterpa gelombang panas El Nino. Kabarnya akan mulai melanda sejak Juni hingga mencapai puncaknya pada November 2015.

Dia menyebut, 17 kabupaten yang dimaksud itu antara lain, Kabupaten Ende, Lembata, Alor, Sumba Timur, Sumba Tengah, Kupang, Nagekeo, Flores Timur, Sabu Raijua, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sikka, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), Belu, Malaka, dan Sikka.

"Hanya 5 kabupaten yang masih aman dari bencana kekeringan ini yakni Ngada, Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur dan Kota Kupang. Semua kabupaten mengalami kekeringan dan yang palin parah adalah 17 kabupaten itu," tutur dia.

Yohanes memaparkan, untuk mengatasi kekeringan ini, petani dianjurkan menyiapkan lahan untuk pada waktunya menanam tanaman umur pendek dan cepat dipanen.

"Tanaman umur pendek ini wajib dilakukan petani setempat karena cepat dipanen dan tidak terdahului kemarau panjang yang berdampak kekeringan," jelas Yohannes.

Tanaman padi INPARI 19 yang jenjang umurnya 94 hari, papar dia, sangat dianjurkan diminati petani karena tergolong varietas yang umur jenjangnya pendek.

"Kalau perlu yang umurnya 90 hari sudah dapat dipanen. Jangan yang umurnya empat bulan, karena nanti kehabisan air dan gagal panen," ucap dia.

Langkah lain yang harus diambil, tambah Yohanes, yaitu dengan merancang dan melaksanakan program padat karya penghijauan. Hal itu sekaligus untuk membuka lapangan kerja bagi pekerja yang sedang menganggur, juga mencegah tindakan merusak hutan.

"Langkah menanam pohon dan tidak membakar hutan lewat program padat karya itu. Maka El Nino dapat diartikan dengan meningkatnya suhu muka air laut atau pemanasan global yang diprediksi terus akan berulang tahun, apabila tidak sejak dini dicegah," ujar Yohanes.

Selain itu, sambung dia, petani harus memanfaatkan embung, yakni cadangan air di pematang sawah untuk menampung air hujan. "Pemerintah setempat telah membangun sejumlah embung. Terutama embung yang sudah 5 tahun ke atas dan telah menampung air, wajib dimanfaatkan untuk mengairi atau menyiram tanaman kalau terancaman kekeringan," pungkas Yohanes. (Ant/Tnt)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya