63 Jenazah Korban Kecelakaan Hercules C-130 Teridentifikasi

Namun Arthur belum dapat memastikan berapa jumlah jenazah korban kecelakaan Hercules secara keseluruhan.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 02 Jul 2015, 13:55 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 13:55 WIB
20150702-Puluhan Peti Mati bagi Korban Hercules Jatuh Berjejer di RS Adam Malik-Medan 4
Petugas menggotong peti jenazah korban Hercules C-130 yang telah teridentifikasi untuk dipulangkan ke keluarga korban, di RSUP Haji Adam Malik, Medan, Sumatera utara, Kamis (2/7/2015). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Mabes Polri terus mengindetifikasi korban kecelaakan pesawat Hercules C-130. Jumlah korban yang berhasil teridentifikasi kini mencapai 63 jenazah.

"Yang sudah teridentifikasi totalnya 63 jenazah. Sampai saat ini proses identifikasi masih terus berlangsung di kamar jenazah," ujar Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Mabes Polri Brigjend Pol Arthur di RSUP Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Kamis (2/7/2015).

Namun Arthur belum dapat memastikan berapa jumlah jenazah keseluruhan. Karena satu kantong jenazah belum pasti berisi 1 jenazah utuh.

"Ya itu, karena ada beberapa jenazah yang secara visual kondisinya sangat memprihatinkan. Jadi jumlah kantong jenazah tidak dapat menjadi acuan. Tapi akan kita report terus," jelas dia.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) yang berada di bawah koordinasi Pusdokkes Mabes Polri melakukan  identifikasi dengan berbagai metode. 63 Jenazah yang telah teridentifikasi awal dinyatakan cukup mudah diidentifikasi melalui data primer yang tersedia.

"63 Yang sudah teridentifikasi untuk primer sidik jari, sekunder properti dan tanda khusus. Tidak perlu sampai DNA. Sudah diserahkan ke keluarga. Yang mengantar TNI AU," pungkas Arthur.

Pesawat Hercules C-130 dengan nomor ekor A-1310 jatuh dengan posisi terbalik di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Selasa 30 Juni kemarin sekitar pukul 11.50 WIB. Pesawat tersebut lepas landas dari Pangkalan Udara Suwondo, Medan, sekitar pukul 11.48 WIB.

Pesawat buatan tahun 1960-an itu hendak menuju Kepulauan Natuna untuk menjalankan misi Penerbangan Angkutan Udara Militer (PAUM), yakni pengiriman logistik.

Burung besi yang dipiloti Kapten Pnb Sandy Permana itu sempat menghubungi menara Air Traffic Control (ATC) 2 menit usai take off dan menginformasikan telah terjadi kerusakan. Saat itu, pilot juga meminta untuk return to base (RTB) ke Lanud Soewondo. Belum sempat dibalas, ATC sudah kehilangan kontak. Pesawat kemudian diketahui jatuh di Jalan Jamin Ginting. (Rmn/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya