Kemarau Panjang, 8.000 Hektar Sawah di Merauke Terancam Puso

Saat musim tanam April-September tahun ini, ada 13.100 hektar sawah yang ditanami padi.

oleh Katharina Janur diperbarui 07 Agu 2015, 09:05 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2015, 09:05 WIB
20150729-Sawah-Kekeringan
Sawah Kekeringan (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jayapura - Tiga distrik di Kabupaten Merauke dilanda kekeringan, akibatnya 141 hektar areal sawah yang ditanami padi mengalami puso atau tidak mengeluarkan hasil. Ketiga distrik itu adalah Distrik Semangga yakni di daerah Waninggap Nanggo, Distrik Tanah Miring di Asam Mulia, Waninggal Said dan Hidup Baru serta di Distrik Kurik di Jaya Makmur dan Salur Indah.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Papua, Samuel Siriwa mengatakan, saat musim tanam April-September tahun ini, ada 13.100 hektar sawah yang ditanami padi. Akibat kekeringan itu, 8.000-an hektar sawah lainnya bakal mengalami puso, jika pemerintah setempat tidak segera mengantisipasi musim kemarau ini.

"Mulai saat ini harus dilakukan upaya pompanisasi air dari Kali Kumbe atau Kali Maro di Merauke. Sebab jika tak cepat dipompa atau dilakukan penyedotan, pada Agustus-September air kali akan asin, karena naiknya air laut ke kali tersebut. akan asin dan air laut asin, Di Merauke kalau bisa dari balai rawa dan sungai bisa melakukan pompanisasi," jelasnya di Jayapura, Jumat (7/8/2015).

Meskipun lahan yang dilanda kekeringan baru berkisar 2% dari lahan yang ditanam musim ini, namun target Merauke pada musim tanam tahun ini bisa menggunakan 17 ribu hektar sawah untuk padi.

"Tahun ini ada penambahan areal pencetakan sawah hingga 10 ribu hektar. Minggu lalu, baru dibuka 400 hektar dari 10 ribu lahan tambahan. Pembukaan lahan 400 hektar didaerah Satuan Pemukiman (SP) 9. Pada pembukaan lahan juga dilakukan dengan ritual adat setempat," ucap dia.

Kendala pemerintah lainnya untuk mengatasi kekeringan di Merauke, adalah sebagian besar pipa pengairannya sudah tua karena peninggalan zaman Belanda, sehingga banyak pipa yang sudah berkarat dan bocor.

"Kondisi sejumlah rawa di Merauke yang dulunya pada musim kering, airnya masih ada. Saat ini air di rawa-rawa tersebut kering. Belum lagi pompa yang digunakan oleh Dinas Pekerjaan Umum adalah pompa tua dan sudah tak efisien lagi. Bahkan kemampuan sedot pipa, kurang dari 50%, serta banyaknya jaringan yang sudah bocor, sehingga jika air itu sampai ke petani, airnya tak sampai 20%. Bagaimana mau membangun petani, jika tak ada air?" tutur Samuel.

Upaya ke depan untuk membangun Merauke menjadi lumbung pangan nasional adalah memanfaatkan Kali Digul untuk dijadikan pengairan ke sawah-sawah yang ada di Merauke dan kali tersebut bisa difungsikan menjadi kebutuhan air minum masyarakat setempat. (Tnt/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya