Pidato Jokowi di DPR Dinilai Realistis dan Sesuai Harapan Rakyat

Pidato Presiden Jokowi di hadapan anggota majelis sidang tahunan MPR/DPR/DPD mendapat respons cukup baik dari jajaran menteri Kabinet Kerja.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 14 Agu 2015, 14:52 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2015, 14:52 WIB
20150814-Sidang-Tahunan-MPR-Jakarta
Suasana dalam sidang tahunan MPR RI Tahun 2015 di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8/2015). Sidang dihadiri 470 anggota MPR RI. Hadir pula para menteri Kabinet Kerja, pimpinan lembaga negara, dan perwakilan duta besar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Dua pidato Presiden Joko Widodo atau Jokowi di hadapan anggota majelis sidang tahunan MPR/DPR/DPD mendapat respons cukup baik dari jajaran menteri Kabinet Kerja. Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani menilai apa yang disampaikan Jokowi merupakan harapan rakyat Indonesia yang harus dijawab dengan bekerja keras.
‎
"‎Harus dilakukan bergotong royong, bersinergi, bersatu padu bagaimana kita bisa menjalani semua masalah yang ada di bangsa ini dengan optimis dalam menyambut HUT RI.‎ Saya berharap ini bukan hanya satu imbauan tapi memang hal yang harus kita lakukan bersama dan dilakukan dalam satu gerakan nasional," ujar Puan di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8/2015).

‎Puan juga mendukung pernyataan presiden Jokowi yang meminta agar tiap lembaga negara bersatu padu dan tidak mengedepankan ego sektoral dalam  menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.

‎"Memang semua lembaga negara itu harus bersatu padu sesuai dengan tupoksi masing-masing, tidak ada ego sendiri-sendiri, tapi bagaimana menyelesaikan masalah yang selesai dengan kesepakatan musyawarah dan mufakat dgn azas gotong royongnya, jangan kemudian itu menjadi suatu hal yang sensasional," kata Puan. ‎

Sementara itu, Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan menilai Pidato Presiden sangat realistis dan menggambarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini.
‎
"Ini mencerminkan kita punya masalah, kita menginventarisasi masalah, kita mengatasi masalah itu. Beliau mengatakan, misalnya infrastruktur, beliau mengatakan mengurangi subsidi sekitar Rp 240 triliun, itu lah modal dasar kita. Memang, ‎pasti akan berpengaruh pada harga sementara, tapi lihat satu tahun ke depan, kita lihat perubahan," papar Luhut.

D‎alam pidato kenegaraan di dalam sidang bersama DPR dan DPD, Jokowi menyampaikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Sebagai bangsa yang besar, menurut Presiden Jokowi, Indonesia harus percaya diri dan optimis dapat mengatasi segala persoalan yang menghadang di hadapan kita.

"Selama ini kita terjebak pada pemahaman bahwa melambannya perekonomian global, yang berdampak pada perekonomian nasional adalah masalah paling utama," ucap Jokowi.

"Padahal kalau kita cermati lebih seksama, menipisnya nilai kesantunan dan tata krama. Sekali lagi, menipisnya nilai kesantunan dan tata krama, juga berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa," tegas Jokowi.

Dia menyoroti menipisnya budaya saling menghargai, mengeringnya kultur tenggang rasa, baik di masyarakat maupun institusi resmi seperti lembaga penegak hukum, organisasi kemasyarakatan, media, dan partai politik.

"Semua itu menyebabkan bangsa ini terjebak pada lingkaran ego masing-masing. Hal ini tentu saja menghambat program aksi pembangunan, budaya kerja, semangat gotong royong, dan tumbuhnya karakter bangsa," papar Jokowi.‎ (Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya