Lembaga Adat Suku Kamoro: Jangan Ada Penembakan Lagi

Mathea mendesak berbagai lembaga dan organisasi untuk melakukan investigasi secara terbuka dan transparan atas kasus penembakan itu.

oleh Liputan6 diperbarui 31 Agu 2015, 13:35 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2015, 13:35 WIB
Perbatasan RI-Papua Nugini
Tarian kolosal di Skow, Merauke, Papua yang masuk dalam perbatasan Indonesia-Papua Nugini. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Jayapura - Kematian dua pemuda Suku Kamoro di Kabupaten Mimika, Papua telah menyisakan duka mendalam. Kedua pemuda itu tewas akibat tembakan anggota TNI.

Agar peristiwa ini tidak terulang lagi, Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro (Lemasko) mengingatkan agar aparat keamanan tidak lagi membunuh warga Suku Kamoro yang merupakan pendukung setia Merah Putih.

"Lain kali ke depan dan di masa yang akan datang, bapak-bapak dorang jangan bikin lagi kepada anak-anak kami dan orang tua kami Suku Kamoro dari Nakai sampai Farifi. Kami adalah bangsa Indonesia, Merah Putih. Jangan nodai kesetiaan orang Kamoro terhadap Merah Putih. Cukup sudah, jangan terulang lagi," kata Wakil Ketua Lemasko Marianus Maknaipeku di Timika seperti dikutip dari antaranews, Senin (31/8/2015).

Marianus mengajak semua pihak untuk bersama membangun Tanah Papua dan Tanah Mimika dengan hati tulus dan kasih yang besar, sesuai prinsip yang dipegang teguh warga Suku Kamoro secara turun temurun yaitu "Nimao Witimi" (saya sayang semua orang, semua orang sayang saya).

Mantan anggota DPRD Mimika periode 2004-2009 itu menilai, warga Suku Kamoro semakin tergeser, malah telah dirampas hak-haknya di negeri mereka sendiri.

Sekretaris Komisi I DPR Papua Mathea Mameyao mempertanyakan alibi yang dikemukakan pihak tertentu bahwa kasus penembakan terhadap warga Kamoro di kompleks Gereja Katolik Koperapoka pada Jumat 28 Agustus lalu, dipicu oleh ulah warga yang hendak merampas senjata api dari oknum anggota TNI AD.

"Saya dengar anak-anak Kamoro melakukan tindakan melawan hukum. Katanya mereka mau rampas senjata. Saya sama sekali tidak percaya itu, karena pada dasarnya orang Kamoro itu penakut. Mereka tidak mungkin melakukan tindakan seperti itu," ujar Mathea yang merupakan putri Suku Kamoro.

Mathea mendesak berbagai lembaga dan organisasi untuk melakukan investigasi secara terbuka dan transparan atas kasus tersebut.

"Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau ini menimpa saudara-saudara dari suku lain, apa yang akan terjadi di atas tanah ini. Dengan keterbelakangan orang Kamoro, jangan saudara-saudara gunakan untuk menindas kami," tandas Mathea.

Dia mengatakan, penembakan terhadap sejumlah warga Suku Kamoro beberapa hari lalu sangat mencederai kepercayaan masyarakat setempat terhadap aparat TNI dan pemerintah.

Padahal warga Suku Kamoro merupakan pendukung setia Merah Putih sejak Papua kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi pada periode 1960-an.

Sementara itu Komandan Korem 174/Anim Ti Waninggap Merauke Brigjen TNI Supartodi menegaskan, oknum anggota TNI AD yang menembak dua warga Suku Kamoro akan diadili di Timika.

"Saya sudah meminta agar mereka diadili dan dihukum di Timika. Keadilan dan hukum harus ditegakkan. Tidak ada yang tutup-tutupi dan tidak boleh ada campur tangan dari dalam maupun dari luar," ujar Brigjen Supartodi. Hingga kini, lanjut Supartodi, Sub Denpom XVII/Cenderawasih masih menyelidiki kasus penembakan ini. (Sun/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya