Ketika 'Pembunuh Bayi' Dipamerkan di CFD Bundaran HI

Sejumlah netizen berkumpul menunjukan kepedulian terhadap bayi di Indonesia, dengan cara menunjukan 'pembunuh bayi' yang paling mematikan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 27 Des 2015, 11:51 WIB
Diterbitkan 27 Des 2015, 11:51 WIB
20151004- Car Free Day CFD-Jakarta
Ribuan warga melakukan olah raga saat Car Free Day di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (4/10/2015). Minggu pertama CFD di awal bulan ini dimanfaatkan warga Jakarta maupun dari luar Jakarta untuk berolah raga.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ada yang berbeda dengan Car Free Day (CFD) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (27/12/2015). Sejumlah netizen berkumpul menunjukan kepedulian terhadap bayi di Indonesia, dengan cara memamerkan 'pembunuh bayi' yang paling mematikan.

Menurut Julia (38) dia ingin publik mengetahui bahaya akan penyakit Atresia Bilier atau gangguan fungsi hati, sebagai salah satu penyakit berbahaya yang dapat membunuh bayi.

"Atresia Bilier, memang penyakit yang membunuh anak atau bayi. Apalagi kalau sudah sampai mengeluarkan gumpalan darah," ujar Julia di lokasi.

Julia menegaskan, bukannya tidak percaya dengan obat dan dokter. Sebab, untuk menyembuhkan penyakit tersebut diperlukan cangkok hati.

"Kita ingin memperkenalkan bukannya untuk menegaskan ketidakpercayaan dengan obat dan dokter. Tapi 95 persen, obatnya memang cangkok hati," tegas dia.
Kampanye Atresia Bilier. (Putu Merta/Liputan6.com)
Julia yang bukan dari yayasan manapun, melainkan bergerak melalui facebook atau dunia maya, telah mengumpulkan Rp 90 juta untuk membantu para penderita Atresia Bilier.
 
"Kita sudah kumpulkan Rp 90 juta dari bulan September. Ini kita juga ingin kumpulkan 10.000 pendukung agar pemerintah peduli dengan bahaya Atresia Bilier, salah satu yang terkenal adalah kasus bapak yang ingin menjual ginjalnya kepada Presiden guna mengobati anaknya yang terkena Atresia Bilier," pungkas Julia.

Jual Ginjal ke Jokowi

Seorang ayah akan berbuat apapun demi keluarganya. Seperti yang dilakukan Susanto, dia rela menjual ginjalnya kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi senilai Rp 1,2 miliar, untuk mengobati penyakit anaknya, Adrian (5). Adrian mengidap Atresia Bilier.
Susanto (28) melakukan aksi jual ginjal di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (20/11). Dalam aksinya, bapak muda itu meminta Presiden Jokowi membeli ginjalnya guna membiayai operasi transplantasi hati sang anak. (Liputan6.com/Gempur M Surya)
"Cara halal apapun akan saya lakukan demi kesembuhan anak saya. Saya sudah tidak punya cara lagi mencari uang sebesar itu. Hanya menjual ginjal solusi terbaik untuk menyembuhkan anak saya," kata Susanto, Pandeglang, Banten, Jumat 20 Oktober 2015.

Pria 28 tahun ini bercerita dirinya akan berjalan kaki dari Kabupaten Pandeglang menuju Istana Negara, untuk menawarkan langsung ginjalnya kepada Jokowi. Warga Kampung Kalapa Cagak, RT 01 RW 07, Desa Teluk Lada, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Banten ini sangat berharap, Jokowi mendengar keluh kesahnya.

Dengan berkemeja lengan panjang merah dan menggendong ransel, dia berdiri di seberang Istana Negara sambil membawa poster berbunyi, "Pak Jokowi tolong beli ginjal saya, anak saya butuh operasi Rp 1,2 M".

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya