Firasat Keluarga tentang Kepergian Agus di Perairan Malaysia

Agus berangkat dari Batam ke Malaysia karena akan meneruskan usahanya sebagai pemborong di negeri jiran itu. Agus bukan TKI Ilegal.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 28 Jan 2016, 12:21 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2016, 12:21 WIB
Diduga Terkait Insiden Kapal Tenggelam, 2 WNI Ditahan Malaysia
Tim pencari dari Malaysia. (Bernama)

Liputan6.com, Kendal - Hujan yang turun di Cepiring, Kendal, Jawa Tengah seolah mengerti suasana hati Sri Badiah. Perempuan 68 tahun itu tengah berduka, walau ketegaran tegas terlihat di wajahnya.

Sang putra, Agus Susanto (36), menjadi korban kecelakaan kapal laut di perairan Malaysia.

Ibu 8 anak ini mengaku pasrah dengan garis takdir anak kelimanya itu. Sri bersama adik perempuan dan anak-anaknya tengah duduk di ruang depan. Kepada Liputan6.com, dia bercerita tentang Agus.

Sampai hari ini, Sri mengaku belum mendapat kelanjutan tentang kabar anaknya menjadi korban kapal tenggelam. Dia hanya tahu kabar awal dari istri Agus, Siti Maimunah, yang menjadi buruh migran di Singapura.

"Maimunah itu istri anak saya Agus. Dia dihubungi oleh polisi Johor. Polisi menemukan berkas milik Agus dan ditemukan terdapat nama dan telepon Maimunah," kata Sri Badriah.

Bukan TKI Ilegal

Agus Susanto sudah 2 kali menikah. Dari pernikahannya yang pertama, dia dianugerahi 2 anak. Sedang dengan istri keduanya, Siti Maimunah, Agus mendapatkan 3 anak. Anak pertama bernama Erik (9), keuangan bernama Abdul Ghofar, dan yang ketiga bernama Dian (5).

"Anak-anak itu di sini semua ikut saya," kata Sri Badriah.

Sebelum meninggal, kehidupan Agus sudah sangat akrab dengan iklim pekerjaan di Malaysia. Sebab, selepas SMA, dia sudah ikut kakaknya yang memiliki usaha di Malaysia. Namun, karena suatu kecelakaan lalu lintas, Agus kemudian pulang ke kampung halamannya di Kendal.

Sri Badriah sendiri adalah mantan buruh migran di Malaysia dan sempat menikah dengan warga setempat.

Agus merintis usaha sebagai pemborong di Malaysia. Namun, karena kecelakaan yang mengakibatkan cedera pundak, Agus pulang ke Kendal untuk menjalani perawatan. Hampir setahun dia menjalani terapi. Setelah sembuh, dia kembali ke Malaysia pertengahan Desember 2015.

Lama berada di Indonesia, ternyata visa Agus ditolak di Malaysia. Agus berinisiatif mengurus visa itu dan memilih Batam sebagai tempat pengurusannya. Namun, tidak semudah yang diduganya. Pengurusan visanya di sana berbelit sampai beberapa kali ditolak.

"Senin kemarin, sempat nelpon saya, mau berangkat ke Malaysia. Kemudian hari Selasa, istrinya yang menelepon dan mengabari, anak saya itu menjadi korban kapal tenggelam," kata Sri Badriah.

Titip Anak

Duka yang sama juga dirasakan Budi, adik kandung Agus. Dia bercerita, sejak mengalami kecelakaan, ayahnya menjadi pelupa. Berkali-kali, ia membuat kesalahan pengucapan. Hanya saja, karakter Agus yang lembut tak berubah.

"Sebelum berangkat ke Malaysia pada Desember kemarin, dia sempat menemui Atik, sepupu saya. Sambil menangis, dia minta maaf kepada Atik, dan mau titip ketiga anaknya," kata Budi.

Sebenarnya, keluarga sudah mempunyai firasat tidak enak, sebelum tahu Agus meninggal.

"Waktu makan, nenek saya tersedak. Menurut orang tua, hal itu pertanda tidak baik," kata Budi.

Tim SAR mengangkut jenazah korban tewas kapal tenggelam di perairan Sabak Berenam, Selangor, Malaysia. (AFP/The Malaysian Insider)

Jenazah Budi diperkirakan akan tiba di rumah duka, malam ini. Berdasarkan penjelasan dari konsulat, rencananya jenazah diberangkatkan pukul 12.15 waktu Malaysia, dengan transit di Jakarta sebelum diterbangkan ke Semarang.

Sebelumnya, kecelakaan kapal terjadi di perairan Malaysia. 13 korban di antaranya adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Agus Susanto, warga Desa Botomulyo RT 05 RW VII Kecamatan Cepiring, Kendal, Jawa Tengah adalah satu di antaranya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya