Liputan6.com, Jakarta - Keinginan Jessica Kumala Wongso untuk mencari pekerjaan di Indonesia kini tinggal keinginan. Alih-alih dapat pekerjaan, Jessica kini harus berhadapan dengan masalah besar, yang membuat namanya menjadi sorotan publik se-Tanah Air.
Nama Jessica tiba-tiba menjadi popular setelah seorang temannya, Wayan Mirna Salihin, meregang nyawa usai menyeruput es kopi Vietnam di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu 6 Januari 2016. Jessica saat itu tengah berada di samping Mirna, bersama seorang teman lainnya bernama Hanny.
Baca Juga
Meski saat kematian Mirna, ada Jessica dan Hanny, namun semua mata tertuju kepada Jessica. Karena dialah yang datang lebih dulu ke kafe dan memesan kopi untuk Mirna dan Hanny.
Advertisement
Mata public semakin tajam melihat ke arah Jessica setelah pada Jumat (29 Januari 2016) malam, Direktorat Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) resmi mencekal perempuan berambut sebahu itu.
"Telah dicegah Jessica Kumala Wongso," kata Kabag Humas Ditjen Imigrasi Heru Santoso melalui pesan singkat yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Jumat kemarin.
Menurut Heru, pencekalan berdasarkan permintaan kepolisian melalui surat No.R/541/I/2016/DATRO, tertanggal 26 Januari 2016.
"Pencekalan berlaku 6 bulan ke depan sampai 26 Juni 2016," kata Heru.
Sebelumnya beredar kabar polisi menyita paspor Jessica. Namun Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti membantahnya.
Baca Juga
"Enggak ada sita-sita. Saya enggak tahu. Nanti saya cek," ujar Krishna.
Dihubungi terpisah, Jessica terkejut mendengar pecekalannya itu. "What is that? Dicekal?" ujar Jessica dalam pesan singkat kepada Liputan6.com. "Dicekal bikin gua stres," ujar Jessica lagi.
Adapun terkait kabar penyitaan paspornya, Jessica menyerahkannya kepada kuasa hukumnya, Mahyudi Wibowo Sukinto.
"Better ask (sebaiknya tanya) Pak Yudi for now (untuk sekarang). Aku enggak mau nanti disalahin lagi ngomong tanpa persetujuan dia," jelas Jessica.
Gerak-gerik Aneh
Berita pencekalan ini datang saat Jessica tengah bekerja keras untuk membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam kasus kematian teman semasa kuliahnya di Australia dulu. Kepada sejumlah media Jessica mengungkapkan, tertekan dengan masalah yang dihadapinya saat ini.
"Kesal. Lebih ke arah marah dan kecemasan dan sedih. Campur jadi satu. Kok saya kehilangan teman, kok satu negara curiga sama saya," jawab Jessica mengenai tudingan miring dan juga opini sebagai orang yang bertanggung jawab atas kematian Mirna.
Perempuan yang lama tinggal di Australia ini mengakui bila saat peristiwa pingsannya Mirna usai menyeruput es kopi Vietnam, dirinya melakukan hal-hal 'aneh'. Seperti datang lebih awal ke kafe dan memesan kopi untuk Hanny dan Mirna.
"Memang saya melakukan gerak-gerik aneh, memang saya melakukan itu. Tapi itu ada alasannya," kata Jessica.
"Kenapa saya datang lebih awal, karena hindari 3 in 1," jelas dia.
Mengenai sikapnya yang terlihat tenang saat melihat Mirna pingsan di hadapannya, Jessica mengatakan karena saat itu dia tidak tahu harus berbuat apa.
"Saya sangat panik ketika itu terjadi. Saya tidak pernah melihat seperti itu. Semua perasaan saya bercampur, tidak tahu harus berbuat apa," kata Jessica.
Pengacara Jessica, Yudi Wibowo mengungkapkan, kliennya tak punya alasan kuat untuk meracuni Mirna. Apalagi Mirna adalah teman baik Jessica meski keduanya tidak pernah bertukar cerita pribadi secara mendalam.
Menurut Yudi, Jessica belum pernah mengunjungi Olivier Cafe sebelumnya. Kunjungannya pada Rabu ( 6 Januari 2016) merupakan pertama kalinya Jessica ke Oliver untuk minum kopi bersama Mirna dan Hanny.
"Masak orang mau membunuh tapi tidak mempelajari tempatnya dulu," ujar Yudi kepada Liputan6.com.
Jessica pun, kata Yudi, tak memilih meja tempat ketiganya duduk. Menurut dia, pelayan restoranlah yang memilihkan tempat untuk Jessica usai memesan meja.
"Jessica pesan (tempat), yang ngarahkan duduk di mana-di mananya kan pelayannya. Bukan dia. Kalau dia mau membunuh, pasti dia pilih dong duduk di mana yang kira-kira tidak ketahuan. Ini dipilihkan kok (meja) sama pelayannya," kata Yudi.
Meski menganggap Mirna teman baik, namun ungkap Jessica, dia tidak terlalu dekat dengan Mirna. "Memang kami sering jalan. Tapi curhat detail, dalam sekali, tidak," ujar Jessica dalam wawancara dengan Liputan6.com, Liputan6 SCTV dan Fokus Indosiar di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (28 Januari 2016).
Menurut dia, 8 tahun lalu di Australia, keduanya sering pergi bersama karena merasa senasib. Keduanya merantau ke luar negeri dan masih minim teman.
"Tapi setelah lulus, tidak lagi, karena mereka pada pulang ke Indonesia dan saya menetap di sana," jelas Jessica.
Namun, bagi Jessica, Mirna adalah teman yang sangat berharga. Terlebih, dia mengenal Mirna sebagai sosok baik.
"Saya tidak tahu kalau ada orang di luar sana yang tega melakukan itu. Karena Mirna orangnya itu baik sekali," ujar Jessica.
Oleh karena itu, dia selalu menjaga hubungan baik dengan Mirna. Setiap kali pulang ke Indonesia, Jessica selalu menyempatkan bertemu dengannya dan teman lainnya yang dulu bersama-sama di Australia. Walaupun Jessica tidak memiliki waktu terlalu banyak.
Pakaian Dilucuti
Selain itu, hingga saat ini belum ada rekaman CCTV di kafe Olivier yang mampu membuktikan bahwa Jessica yang mencampurkan sianida ke es kopi Vietnam Mirna. Baik sebelum maupun sesudah Mirna dan Hanny datang ke kafe.
"Kopi dihidangkan di meja. Setelah itu jeda waktu 15 menit. Mirna dan Hanny kan datang. Itu waktu kritis, adakah Jessica menuangkan sianida tersebut? Kan ada CCTV yang membuktikan," kata Yudi.
Dia yakin pasti adegan Jessica menuangkan sianida dapat terekam dengan banyaknya kamera pengintai di tempat itu. Nyatanya, ujar dia, rekaman tersebut tak menggambarkan apa pun yang berkaitan dengan Jessica menaruh zat mematikan ke kopi Mirna.
Karena itu, Yudi meminta polisi lebih teliti dalam menganalisis rekaman CCTV di Olivier Cafe pada saat itu. "Kalau seandainya ada perbuatan Jessica masukkan racun, kan ketahuan CCTV. Harus ada penelitian yang hati-hati," kata Yudi.
Yudi juga membeberkan, Jessica sempat dilucuti pakaiannya dan diperiksa sekujur tubuhnya oleh polisi untuk mendeteksi sisa-sisa zat sianida yang mungkin menempel. Namun, hasilnya membuktikan tak ada zat sianida di permukaan tubuh Jessica.
"Kalau Jessica melakukan perbuatan menaruh racun, buka dan buktikan! Anggapannya polisi ada sianida yang tumpah, tapi sudah ditelanjangi tidak ada. Korelasinya apa Jessica sama sianida? Tidak ada buktinya," kata Yudi.
Menurut dia, penyidikan polisi hanya berkutat pada detik-detik menjelang Mirna menyeruput kopi dan setelah istri Arief Sumarko meninggal. Yudi berpendapat polisi seharusnya juga memeriksa kegiatan Mirna sebelum ke Olivier Cafe secara jeli.
"Seharusnya yang diperiksa sebelum Mirna datang itu ke mana dulu? Kan, enggak diungkap ke media. (Mirna) Ngapain? Ditarik ke belakang, dong (runutan kegiatan Mirna), jangan ke depan," kata Yudi.
"Sangat bodoh kalau Jessica masukin racun di tempat umum dan terbuka," kata Yudi.
Guna mengungkap siapa pembunuh Mirna, Komisaris Besar Krishna Murti berkoordinasi dengan Kejaksaan Tinggi. Pada Jumat kemarin, Krishna berada di gedung Kejaksaan Tinggi sekitar 4 jam untuk berkoordinasi tentang fakta-fakta dan kemajuan penyidikan kematian Mirna.
Tidak banyak yang disampaikan perwira menengah yang pernah bertugas di Markas PBB ini. Saat dicecar dengan berbagai pertanyaan, sambil tersenyum Krishna hanya menjawab singkat, "Insya Allah, jawaban saya Alhamdulillah," ujar Krishna di Gedung Kejati, Kuningan, Jakarta.