Cerita Ahok Tantang 'Duel' Semua Pejabat Dinas Perumahan

Ketika itu dia ingin melihat kondisi nelayan di sana, termasuk waktu tempuh dari Marunda ke Muara Angke.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 02 Feb 2016, 20:33 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2016, 20:33 WIB
20160114-gubernur-jakarta-ahok batik
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkenal suka gonta-ganti pejabat. Rupanya, pengalaman pahit memimpin Ibu Kota bersama Joko Widodo 2014 lalu, membuat dirinya tak ragu lagi memecat pejabat yang malas melayani rakyatnya.

Pria yang akrab disapa Ahok itu tidak bisa melupakan pengalamannya, saat meninjau kawasan Marunda, Jakarta Utara. Ketika itu dia ingin melihat kondisi nelayan di sana, termasuk waktu tempuh dari Marunda ke Muara Angke.

Saat tiba di Marunda, dia dihampiri nenek-nenek yang mengadu tidak kunjung dapat rumah susun, padahal sudah 3 tahun berusaha mendaftar. Lalu, Ahok memanggil pegawai Dinas Perumahan yang ada di lokasi.

"Dia cuma jawab, iya pak, nanti diurus. Tapi kok saya enggak yakin ya melihat wajah dia," cerita Ahok saat memberikan pengarahan di Ruang Pola, Balai Kota Jakarta, Selasa (2/2/2016).

Akhirnya, suami Veronica Tan itu berangkat dengan kapal menuju ke Muara Angke. Tiba di sana, sang ajudan menyarankan pulang ke kediamannya, karena jaraknya cukup dekat. Tapi, ada yang mengganjal di hati Ahok.

"Kok, saya enggak yakin ya sama pegawai tadi. Ya sudah saya putuskan untuk balik ke Marunda," kata Ahok.

Benar saja, sesampainya di Marunda, Ahok masih melihat sang nenek masih termenung. Perempuan itu mengatakan belum juga didaftarkan, karena ditinggal pegawai yang tadi disuruh Ahok membantu nenek itu.

Saat itu, Ahok mengantar nenek ke meja pendaftaran, meminta petugas di lokasi untuk mendaftarkan sang nenek. Petugas malah berbelit dan pura-pura sibuk kerja.


"Ya sudah kalau kamu enggak bisa ngetik, biar saya yang ketikin. Enggak dikasih juga. Kepala dinasnya malah pergi," kenang mantan Bupati Belitung Timur itu.

Saat itu, Ahok sadar di lapangan itu sudah tidak bisa lagi membedakan mana aparat, PNS, atau preman, karena kondisi sudah malam hari. Dia lalu meminta ajudan bersiap-siap.

"Saya katakan sama ajudan, Bimo isi semua peluru. Saya katakan, gini aja kita selesaikan saja satu lawan satu, duel sama saya tinju sekalian. Keterlaluan banget, wagub lho yang mau ngetik," ujar dia.

Keesokan harinya, pria berkaca mata itu mendapat surat bernada ancaman dari para PNS. Surat itu menyatakan bila Ahok memecat Kepala Dinas Perumahan yang saat itu dijabat Novrizal, seluruh pejabat di bawahnya akan mogok kerja.

Dalam surat itu, bahkan disebut sudah ditembuskan kepada Jokowi. Penasaran, Ahok langsung menghadap ke ruangan Jokowi dan membahas surat tersebut.

"Setelah saya cek, ternyata suratnya belum diterima Pak Jokowi. Mereka pikir Pak Jokowi akan lunak, karena orang Jawa kan bisa nunda. Pak Jokowi langsung panggil kepala dinas, ditanda tangani, dipecat, distafkan langsung sama Pak Jokowi," ungkap dia.

"Jadi urusan pecat-memecat mah sudah dari dulu. Kalau dibilang saya takut, enggak ada PNS salah. Justru demen saya, enggak ada PNS bisa hemat anggaran," tutup Ahok.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya