Hilangnya Daeng Azis di Akhir Riwayat Kalijodo

Beberapa kali Azis absen di detik akhir penertiban Kalijodo. Padahal di awal mencuat isu penertiban, Azis pasang badan.

oleh Oscar FerriNafiysul QodarPutu Merta Surya PutraAudrey SantosoMuslim AR diperbarui 22 Feb 2016, 09:03 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2016, 09:03 WIB
6 Fakta Tentang Daeng Azis, Pentolan Kalijodo
Selain pernah menodongkan pistol ke Kombes Krishna Murti, inilah beberapa fakta tentang Daeng Azis, pentolan Kalijodo yang kamu harus tahu.

Liputan6.com, Jakarta - Abdul Azis alias Daeng Azis 'menghilang' saat ratusan polisi dan TNI merazia kawasan Kalijodo, Sabtu 20 Februari 2016. Begitu pula saat polisi merangsek masuk ke Intan Cafe miliknya.

Intan Cafe adalah tempat hiburan megah dibanding tempat hiburan lainnya di Kalijodo. Bangunannya berdinding permanen. Ada sofa untuk pengunjung di situ. Sementara tempat lainnya hanya menyediakan kursi plastik.

Aparat gabungan yang merazia mendapati hal mengejutkan. Di dalam kafe tersebut ditemukan beragam senjata tajam dan gudang minuman keras. Memang, pentolan Kalijodo ini dikenal sebagai pengusahan bir di kawasan tersebut.

Bukan kali ini saja Azis hilang. Padahal sebelumnya dia getol muncul ke publik saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta baru akan melangkahi tahapan-tahapan penertiban.

Sebut saja saat Azis bersama warga lainnya mendatangi Komnas HAM, Senin 15 Februari 2016. Atau keesokan harinya saat dia berkeliling Kalijodo dengan topi koboi dan sepatu kulit putih. Azis membuka pintu pada puluhan awak media yang ada di sana untuk mewawancarainya.

Namun tidak saat ini. Beberapa kali dia absen dari sorotan publik. Beberapa warga yang mengadu ke DPRD DKI Jakarta terkait nasib mereka, tanpa kehadiran Azis.

"5 atau 4 hari yang lalu masih lihat, tapi sejak ramai-ramai di media (Kalijodo) mau ditertibkan sudah enggak kelihatan," ujar Nurlaela (50), pemilik warung yang lokasinya berjarak 3 rumah dari Intan Cafe, Minggu 21 Februari 2016.

Berikut jejak hilangnya Azis di detik akhir Kalijodo, Senin pekan depan (29/2/2016). Kamis 18 Februari 2016, Pemprov DKI Jakarta telah mengirimkan Surat Peringatan (SP) 1 ke warga Kalijodo. Surat tersebut berlaku 7 hari atau Kamis 25 Februari 2016.

Pemprov lalu melayangkan SP 2 untuk para pemilik bangunan membongar sendiri bangunannya dan pindah dari Kalijodo. Tenggang waktu yang diberikan adalah 3 hari. Selanjutnyam adalah SP 3, dalam peringatan ini pemerintah hanya memberikan 1 hari batas toleransi. Selanjutnya, pemerintah akan membongkar paksa bangunan yang tetap berdiri.

1. Mengadu ke Komnas HAM

Tokoh Kalijodo Daeng Azis saat mendatangi Kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (15/2). Daeng ke Komnas HAM bermaksud mengadukan rencana relokasi red light district Kalijodo oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Warga Kalijodo merasa terganggu dengan kedatangan personel Pemerintah Daerah DKI bersama ratusan aparat gabungan dari Satpol PP, Polisi, dan TNI. Sebabnya, aparat tersebut datang dengan bersenjata lengkap, Minggu 14 Februari pagi kemarin.

Buntut peristiwa itu, puluhan warga Kalijodo melapor ke Komisi Nasional Hak Azazi Manusia (Komnas HAM). Mereka melapor karena merasa kedatangan aparat keamanan bersenjata lengkap itu merupakan sebuah intimidasi kepada warga Kalijodo yang gencar direncanakan akan direlokasi. Laporan warga Kalijodo ini diterima langsung Ketua Komnas HAM‎, Haffid Abbas.

"Mereka datang saat Kalijodo sedang sepi. Mereka datang tanpa pemberitahuan kepada kami, RT, dan RW," ujar Leonard Eko Wahyu, warga Kalijodo di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin 15 Februari 2016.

Selengkapnya...

2. Tanpa Daeng Azis di DPRD

Tokoh Kalijodo Daeng Azis berjalan saat Sosialisasi Relokasi warga kalijodo Kecamatan Tamboradi, Jakarta, Selasa (16/2). Kawasan Kalijodo akan dijadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan tawaran bagi warga untuk beralih profesi. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Ratusan warga Kalijodo mendatangi gedung DPRD DKI Jakarta. Sebanyak 10 perwakilan warga Kalijodo kemudian ditemui pimpinan DPRD DKI Jakarta.

Warga menuntut peran aktif DPRD DKI Jakarta untuk bisa berbicara pada Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama agar menunda penertiban.

Dalam pertemuan itu, tidak terlihat pentolan Kalijodo Abdul Aziz atau karib disapa Daeng Aziz. Warga kali ini diwakili kuasa hukum mereka, Razman Arif Nasution.

"Daeng Aziz tidak hadir dalam pertemuan ini. Saya tegaskan dia bukan preman. Tidak ada preman di Kalijodo. Dia sempat membuat spanduk, lalu diturunkan warga. Sekarang dia menyerahkan keputusan pada rakyat," ujar Razman di ruang rapat lantai 9 Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat 19 Februari 2016.

Selengkapnya...


3. Razia Kalijodo, Cari Daeng Aziz?

Petugas TNI AD saat melakukan operasi Pekat di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, Sabtu (20/2). Operasi ini bukanlah dalam rangka penggusuran yang direncanakan oleh Pemprov DKI Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jajaran Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menggelar patroli di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, Kamis 18 Februari 2016. Razia itu langsung dipimpin Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti. Diketahui, 15 tahun silam Krishna pernah meratakan zona merah itu dan menertibkan 290 preman yang berkuasa di sana.

Kedatangan Krishna disebut-sebut pengacara warga Kalijodo, Razman Nasution, untuk mencari Abdul Aziz atau yang dikenal dengan nama Daeng Aziz. Namun Krishna meluruskan ihwal kedatangan bukan untuk bertemu Daeng Aziz. Ia mengatakan, semalam Polda melakukan pemetaan untuk persiapan Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) Kalijodo.

"Saya pemetaan. Tadi malam patroli saja. Karena kebijakan Kapolda (Metro Jaya Irjen Tito Karnavian) rencana Operasi Pekat, saya harus memberi masukan. Enggak rencana cari dia (Daeng Aziz)," ucap Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (19/2/2016).

Selengkapnya...

4. Gudang Miras di 'Istana' Daeng Azis

Petugas menumakan botol miras di salah satu caefe di kawasan kalijodo, Jakarta, Sabtu (20/2/2016). Polda Metro Jaya bersama TNI serta Satpol PP, Operasi penyakit masyarakat di kawasan kalijodo. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Aparat gabungan dari Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya mulai menyisir semua kafe di kawasan Kalijodo, Jakarta. Salah satu kafe yang menjadi sasaran adalah Intan Cafe, yang dimiliki pentolan Kalijodo Daeng Aziz.

Pantauan Liputan6.com, Sabtu 20 Februari 2016 di lokasi, 5 wanita sempat diamankan di sana. Kelimanya langsung didata dan dites urine. Polwan yang mendata mereka menduga, mereka adalah pekerja seks komersial serta muncikari.

Polisi anti huru hara pun dikerahkan ke kafe tersebut. Mereka menjaga ketat kafe milik pentolan Kalijodo tersebut. Bukan hanya itu, polisi juga menemukan 1 gudang berisi penuh minuman bir yang masih terisi.

Selengkapnya...

5. Aparat Datang, Daeng Azis Hilang

Ribuan aparat gabungan dari Polda Metro Jaya, TNI, Satpol PP saat melakukan operasi Pekat di Kalijodo, Jakarta Utara, Sabtu (20/2). Dalam operasi Pekat, Tito Karnavian mengatakan dia tidak ingin ada korban sama sekali. (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Abdul Azis, pria asal Makassar yang ditokohkan sebagai Daeng oleh warga Kalijodo menghilang sejak beberapa hari belakangan. Terhitung sejak Rabu 16 Februari, pria yang dikenal dengan nama Daeng Azis itu tak menunjukkan kehadirannya di tengah masyarakat Kalijodo yang galau karena menjadi korban penertiban.

"5 atau 4 hari yang lalu masih lihat, tapi sejak ramai-ramai di media (Kalijodo) mau ditertibkan sudah enggak kelihatan," ujar Nurlaela (50), pemilik warung yang lokasinya berjarak 3 rumah dari Intan Cafe milik Daeng Azis, Kalijodo, Jakarta Utara, Minggu 21 Februari 2016.

Ia mengaku bersama-sama Daeng Azis pindah ke Kalijodo pada tahun 1980-an. Kala itu populasi warga perantauan Makassar menguasai pemukiman di seberang Kalijodo, namun akhirnya direlokasi karena adanya proyek pembangunan Jalan Tol Layang Teluk Intan.

Selengkapnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya