Liputan6.com, Jakarta - Muktamar VIII menetapkan Muhammad Romahurmuziy alias Romi sebagai Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Romi terpilih secara aklamasi setelah disepakati oleh peserta muktamar melalui Sidang Paripurna Pemilihan Ketua Umum dan Ketua Formatur.
"Apakah sepakat dengan nama saudara Ir Muhammad Romahurmuziy?" tanya Ketua Sidang Suharso Monoarfa yang langsung disambut kata sepakat dan sorak sorai peserta sidang di arena Muktamar VIII, Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (9/4/2016).
Suharso pun langsung mengetuk palu tanda pengesahan Romi sebagai ketua umum periode 2016-2020.
Baca Juga
"Dengan demikian, saudara Ir Muhammad Romahurmuziy terpilih sebagai Ketua Umum DPP PPP," ucap Suha‎rso sambil mengetuk palu yang langsung disambut gema salawat dari peserta sidang.
Setelah mendapat persetujuan dari peserta muktamar partai berlambang Kabah ini, Suharso kemudian mempersilakan Romi maju ke depan dan menyatakan kesanggupannya menjadi Ketua Umum DPP PPP.
Advertisement
Baca Juga
"Sebuah kehormatan luar biasa, saya dipercaya memimpin partai ini. ‎Dengan mengucap Bismillah sekalian Innalillahi karena jabatan tidak lepas dari fitnah, saya memberanikan diri menjabat sebagai Ketua Umum DPP PPP," ucap Romi dalam sambutannya.
Terpilihnya Romi langsung mendapat sambutan hangat dari Indah Suryadharma Ali. Istri mantan Menteri Agama ini mendukung Romi sebagai pucuk pimpinan partai berwarna hijau ini.
"Saya mengucapkan selamat kepada Pak Romahurmuziy. Saya juga menyampaikan salam dari Pak Suryadharma Ali. Yakinlah, meskipun beliau ada di sana, tapi jiwanya ada di sini bersama kita," ucap Indah.
Dalam kesempatan yang sama, Romi‎ langsung meminta agar istri SDA itu bersedia menjadi bagian DPP PPP.
Sempat Memanas
Muktamar VIII PPP sempat ‎memanas saat rapat paripurna dengan agenda pengesahan mengenai tata cara pemilihan Ketua Umum atau Ketua Formatur dan Anggota Formatur diskors, lantaran terdapat perbedaan pendapat.
Wakil Ketua Umum DPP PPP kubu Djan Faridz, Epyardi Asda mengatakan, dihentikannya sidang paripurna itu lantaran terjadi perdebatan setelah ada wacana bahwa pemilihan ketua umum berlangsung secara aklamasi atau melalui musyawarah, bukan voting.
Dia meminta panitia jangan memaksakan kehendak di mana biasanya pemilihan ketua dalam muktamar adalah selalu one man one vote. Hal inilah yang memicu memanasnya situasi dalam arena muktamar.
"Tolong berikan kebebasan mereka pilih siapa ketum. Mereka tidak ingin aklamasi, hak mereka dibajak," ujar Epyardi di arena muktamar.
‎Epyardi mencium adanya gelagat bahwa dalam tata tertib pemilihan ketua umum dilakukan secara aklamasi. Salah satu calon ketua umum ini pun mendukung agar dilakukannya voting untuk menentukan pemimpin baru di PPP.
"‎Jangan memaksakan kehendak pimpinan sidang itu, jangan paksakan aklamasi. Siapa pun yang menang kami dukung," kata dia.
Selama skorsing, sejumlah pendukung yang ada di luar arena muktamar ricuh. Mereka saling berteriak meminta agar pemilihan ketua dilakukan dengan cara one man one vote.