Harkitnas, Ahok Soroti Cengkeraman Penjahat ke Orang Miskin

Meski berkali-kali terjatuh, namun pencapaian untuk bangkit kembali harus lebih tinggi dari pada saat terjatuh dan mengalami keterpurukan.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 20 Mei 2016, 11:37 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2016, 11:37 WIB
Ahok
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, politikus yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyatakan makna Hari Kebangkitan Nasional adalah bagaimana sebuah bangsa dapat terus bangkit kembali, meski mengalami berbagai gejolak dan berbagai persoalan rumit yang harus dihadapi.

"Kita peringati tiap tahun supaya ingatkan kita, kita memperjuangkan RI ini, memperjuangkan keadilan sosial ini, kita bisa jatuh. Jatuh 7 kali, bangkit 7 kali," ujar Ahok di lapangan IRTI Monas Jakarta, Jumat (20/5/2016).

Menurut Ahok, meski berkali-kali terjatuh, namun pencapaian untuk bangkit kembali harus lebih tinggi dari pada saat mengalami keterpurukan.


"Jadi kita boleh jatuh bangun. Tapi kalau digambarkan grafik tren bangsa ini tetap harus ke atas. Hidup bangsa pasti jatuh bangun. Tapi hidup bangsa yang kita harapkan itu grafiknya harus ke atas. Nah ini prinsip," ucap mantan Bupati Belitung Timur itu.

Menurut Ahok, untuk mewujudkan cita-cita kebangkitan nasional, yang harus dilakukan oleh anak bangsa saat ini tidak lagi perlu dengan mengangkat senjata atau bertempur melawan penjajah. Cara yang paling tepat salah satunya melawan kejahatan korupsi yang marak saat ini.

"Mewujudkan keadilan sosial, berantas korupsi, pelayanan, dan yang lebih penting lagi, dalam konteks Jakarta saat ini melepaskan orang-orang miskin dari cengkeraman penjahat yang memaksa mereka tinggal di rumah yang tidak layak," Ahok menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya