Alasan Donald Trump Tunda Tarif Impor Resiprokal Selama 90 Hari

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan kalau langkah menunda tarif tersebut telah dipertimbangkan beberapa hari terakhir.

oleh Agustina Melani Diperbarui 10 Apr 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 17:00 WIB
Alasan Donald Trump Tunda Tarif Impor Resiprokal Selama 90 Hari
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengejutkan pasar pada Rabu, 9 April 2025.(AP Photo/Evan Vucci)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengejutkan pasar pada Rabu, 9 April 2025. Ia mengumumkan menunda rencana tarif timbal balik atau resiprokal untuk semua negara kecuali China.

Kepada wartawan,Donald Trump menuturkan kalau langkah itu dilakukan seiring negara yang kena tarif menjadi "gelisah" dan "takut”. "Mereka menjadi sedikit gelisah, sedikit takut,” ujar dia seperti dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (10/4/2025).

Trump menuturkan, langkahnya tersebut dipertimbangkan dalam beberapa hari terakhir. "Kami memutuskan untuk mengambil tindakan dan kami melakukannya hari ini dan kami senang tentang itu,” ujar dia.

Kenaikan tajam di pasar terjadi setelah Trump menunda banyak tarif tetapi mempertahankan bea masuk 10 persen untuk semua negara. Bea masuk dasar itu tidak berlaku untuk Meksiko dan Kanada yang masih hadapi serangkaian bea masuk terpisah terkait fentanil. Tarif khusus industri terpisah untuk baja, aluminium dan mobil juga tetap.

Seiring aksi Trump itu mendorong indeks S&P 500 melonjak lebih dari 9,5 persen, dan catat kenaikan terbesar sejak 2008.

Penundaan tarif timbal balik oleh Presiden AS Donald Trump memiliki satu pengecualiaan penting yakni China. Trump mengumumkan kalau pihaknya secara sepihak menaikkan tarif untuk China hingga 125 persen.

Ia juga melontarkan gagasan mungkin pertimbangkan untuk bebaskan beberapa perusahaan AS dari tarif. Ia menuturkan, keputusan itu akan dibuat secara naluriah.

Adapun tarif Trump ini terus berubah dan terjadi kurang dari satu jam setelah Menteri Keuangan Scott Bessent menuturkan kalau keputusan presiden tidak ada hubungannya dengan kekacauan di pasar saham dan obligasi pekan lalu. Ia menuturkan, ini adalah strateginya selama ini.

 

 

75 Negara Hubungi AS

Presiden AS Donald Trump berpidato dalam sebuah acara tentang produksi energi di East Room Gedung Putih, Selasa, 8 April 2025, di Washington. (AP/Alex Brandon)
Presiden AS Donald Trump berpidato dalam sebuah acara tentang produksi energi di East Room Gedung Putih, Selasa, 8 April 2025, di Washington. (AP/Alex Brandon)... Selengkapnya

Trump dan anak buahnya menyebutkan kalau lebih dari 75 negara telah hubungi Amerika Serikat untuk memulai pembicaraan mengenai tarif timbal balik. Tim Trump menjanjikan jeda 90 hari yang akan memungkinkan AS untuk menciptakan solusi “khusus” bagi mereka semua.

Namun, Trump dinilai mengakui reaksi pasar adalah bagian dari kalkulasinya untuk mengumumkan penundaan itu. Ia menyebutkan kalau perhatikan pasar obligasi dan menilai Anda harus fleksibel.

Langkah tersebut juga semakin memusatkan perhatian pada China karena Gedung Putih tampaknya mencoba mengisolasi ekonomi terbesar kedua di dunia dengan memulai perundingan dengan negara-negara tetangga Tiongkok sambil terus menaikkan bea masuk yang dihadapi China sendiri.

Langkah yang diambil pada Rabu juga akan menurunkan bea masuk terhadap Uni Eropa dari tarif 20% menjadi 10% yang mulai berlaku pada 5 April. Penurunan tersebut terjadi bahkan ketika kelompok tersebut menyetujui tarif balasan mereka sendiri pada Rabu sebelumnya, tetapi Trump mengatakan mereka akan mendapatkan penangguhan karena bea masuk tersebut belum berlaku.

"Negara-negara ini tidak, atas saran saya yang kuat, melakukan pembalasan dengan cara, bentuk, atau rupa apa pun terhadap Amerika Serikat. Saya telah mengesahkan PENGHENTIAN selama 90 hari, dan tarif timbal balik yang diturunkan secara substansial selama periode ini, sebesar 10%, yang juga berlaku segera," kata Trump dalam unggahan awalnya yang mengumumkan langkah tersebut.

Reaksi Pasar di Asia

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)... Selengkapnya

Sementara itu, bursa saham Jepang dan Korea Selatan mencatat lonjakan tertinggi sejak Agustus pada Kamis, 10 April 2025. Hal ini seiring penangguhan tarif AS pada sebagian besar negara.

Indeks acuan Topix di Jepang melonjak 8,3 persen dan indeks Nikkei 225 melambung 9 persen. Obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun melemah seiring risiko yang mereda. Indeks Kospi di Korea Selatan menguat 5,5 persen sehari setelah memasuki pasar yang melemah.

Di Asia, pasar saham kembali bangkit dengan tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan tarif terhadap mitra dagang selama 90 hari. Namun, kehati-hatian tetap ada karena pelaku pasar masih belum yakin terhada prospek ke depan.

“Investor di seluruh Asia dan sekitarnya bernafas lega. Penundaan tarif timbal balik oleh AS memberikan lebih banyak waktu untuk negosiasi. Bagi ekonomi Asia yang berpusat pada ekspor, hal ini sangat penting, mengingat dampak pertumbuhan yang akan ditimbulkan oleh tarif tinggi AS,” ujar Ekonom HSBC Holdings Plc, Frederic Neumann.

Di Jepang, semua 33 subsektor pengukur Topix menguat, dengan eksportir seperti peralatan listrik dan produsen mobil berada di antara kontributor terbesar terhadap kenaikan indeks.

Di Korea Selatan, reli dipimpin oleh perusahaan eksportir chip dan mobil berkapitalisasi besar.  Saham SK Hynix Inc. melonjak hingga rekor 15% pada pembukaan, sementara Samsung Electronics Co. melonjak hampir 7%. Pelaku pasar mengatakan rebound yang tajam dan tiba-tiba dapat mendorong penjual short untuk menutup posisi bearish.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya