Liputan6.com, Jakarta - Setelah balita tertangkap kamera pengawas diperlakukan kasar oleh pengasuhnya di Duri Kepa, Jakarta Barat, kini tangan bayi terblender diduga akibat kelalaian pengasuhnya di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
Adalah Noura, bayi perempuan buah hati Erico dan Nabilla, yang jari kelingking atasnya putus akibat terpotong pisau blender.
"Kejadiannya Kamis (26 Mei 2016) pagi. Jadi saya pukul 09.30 WIB, pas di kantor BBM (kirim BlackBerry Messenger) susternya (pengasuh), tanya anak saya lagi apa. Dia bilang, 'Lagi tidur, bu. Pules.' Lalu jam 10 saya ditelepon orang rumah, suami saya, mereka sudah nangis-nangis bilang tangan anak saya ke-blender," kata Nabilla ketika dihubungi Liputan6.com, Senin (30/5/2016).
Nabilla langsung meminta izin pulang kepada atasannya, untuk bertemu anaknya di rumah sakit tak jauh dari rumahnya. Dokter menyatakan tak dapat menangani luka tangan Noura karena parah, dan menyarankan membawa anaknya ke dokter spesialis.
"Lalu saya bawa anak saya ke Medistra. Di sana dokternya mengatakan harus dioperasi. Anak saya jari kelingking atasnya putus, kelingking bagian tengahnya hampir putus, jari manis bagian atasnya tersayat dan ada tiga sayatan di tangannya yang hampir menembus tulang," dia membeberkan.
Buah cintanya dengan suami yang baru berusia lima bulan 27 hari itu, akhirnya menjalani operasi selama lima jam lebih di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.
Kronologi
Nabilla menceritakan kronologi peristiwa tersebut berdasarkan pengakuan si pengasuh, Maesaroh, yang baru tiga bulan bekerja merawat Noura.
Awalnya, pengasuh berumur 39 tahun itu hendak mencabut aliran listrik blender di stop kontak listrik, sambil menggendong Noura.
Namun, tangan Maesaroh tak sengaja menyentuh blender hingga akhirnya menyala. Saat itu tangan Noura menggapai ke dalam blender tersebut.
"Saya juga belum tahu kronologi pastinya. Blender saya itu kan kalau disentuh menyala. Kalau dilepas pegangannya, mati sendiri," kata Nabilla.
"Nah, kalau kata susternya, dia saat itu menggendong anak saya sambil mencabut stop kontak. Tangannya kesentuh blender makanya nyala, dan tangan anak saya berusaha mengapai-gapai bagian dalam blender," ia menambahkan.
Baca Juga
Nabilla pun naik pitam saat mengetahui buah hatinya terluka akibat kelalaian Maesaroh. Dia tak ingin bertemu perempuan asal Lampung itu hingga hari ini. Nabilla hanya meminta Maesaroh menjelaskan kronologi tangan Noura terluka melalui secarik surat.
"Dia jelasin di kertas kronologinya. Saya sudah enggak mau ngomong sama dia. Yang masih komunikasi sama dia itu suami dan kakak ipar saya," kata dia.
Nabilla mempekerjakan Maesaroh, setelah membayar Rp 2 juta dari salah satu yayasan yang menyalurkan tenaga pengasuh.
Dalam perjanjian dengan pihak yayasan yang berkantor di bilangan Mampang itu, mereka menjamin Maesaroh tidak akan keluar dari pekerjaan dalam waktu tiga bulan.
"Saya ambil dari yayasan di daerah Mampang juga. Waktu itu saya diminta membayar uang Rp 2 juta sebagai biaya ambil, dan per bulannya Rp 2,7 juta untuk gajinya. Saya direkomendasikan kakak ipar saya," Nabilla menerangkan.
Efek Jera
Saat ini, Nabilla dan suaminya meminta pihak yayasan bertanggung jawab atas kelalaian Maesaroh. Bukan bertanggung jawab masalah biaya berobat Noura.
Namun, dia ingin memberi efek jera kepada yayasan tersebut, agar ke depannya tidak lagi menyalurkan pengasuh bayi yang dinilainya ceroboh.
"Apalagi pengasuh bayi, seharusnya ada pelatihannya agar hati-hati. Saya tidak ingin ada orangtua lain yang mengalami kejadian sama," Nabilla menegaskan.
Nabilla dan suaminya kini tengah mempertimbangkan membawa kasus ini ke ranah hukum. Karena, Nabilla mengaku pihak yayasan hingga saat ini tak menunjukkan itikad baik, menjenguk atau minta maaf kepada pihaknya.
"Saya dan keluarga lagi mikirin, gimana kalau lapor polisi. Saya ingin ada efek jera untuk yayasan. Minta maaf aja tidak ada, mereka malah salahkan anak saya. Masa bayi disalahkan," ujar Nabilla.