Liputan6.com, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Tito Karnavian tidak menampik pernyataan yang menyebutkan, Santoso adalah pahlawan bagi orang-orang muslim di Poso, Sulawesi Tengah.
Saat jenazah pemimpin Mujahidin Idonesia Timur (MIT) itu dimakamkan akhir Juli lalu, ratusan orang berbondong-bondong mengusung jenazahnya. Namun, kata Tito, masyarakat yang datang dan mengusung jenazahnya tidak mendukung terorisme yang dilakukan Santoso.
"Bagi mereka, dia (Santoso) adalah pahlawan. Karena saat konflik, Santoso datang dan menjadi pembela berada di garis depan untuk kaum Muslim minoritas di Poso," ujar Tito di Kantor Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), Jakarta Pusat, Kamis (4/8/2016).
Tito menerangkan, sebelum Santoso menjadi radikal, ia dan kawan-kawannya menjadi garda terdepan di kampung-kampung yang terjadi konflik. Kampung yang dibela Santoso adalah kampung yang memiliki kaum muslim minoritas.
Namun, pasca-konflik, Santoso menjadi radikal tapi beberapa masyarakat masih menanggapnya sebagai pahlawan.
"Untuk itulah, saat konflik dan pascakonflik, polisi, pemerintah, dan stakeholder harus segera membangun kembali masyarakat dan society," ujar Tito.
Adapun peran polisi, ucap mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini, cenderung sebagai 'pemadam kebakaran' saat konflik terjadi. Hal inilah, kata Tito, yang menjadi kelemahan polisi dalam pencegahan konflik.
"Kita punya Babinkamtibmas, tapi jika tak didukung FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) itu percuma, harusnya FKUB lebih pro aktif," jelas Tito.
Tito sudah berupaya dan mengajukan ke Mendagri agar anggaran di FKUB ditambah. Sebab, dari analisa yang dilakukannya, FKUB di daerah-daerah dan akar rumput lebih efektif daripada hanya nota kesepahaman tingkat elit yang membuat perjanjian damai.
"Kita ambil contoh di Poso, benar sudah ada perjanjian damai, tapi itu hanya di tingkat eksekutifnya saja, tak sampai ke grassroot, sehingga dendam masih ada di Poso," kata Tito.
Tito juga menyatakan kerusuhan di Tanjungbalai beberapa waktu lalu, berawal dari tidak tercegahnya masalah kecil. Ditambah lagi dengan adanya provokasi di media sosial.
"Padahal itu cuma masalah antar tetangga, tapi karena dipanas-panasi di medsos, pecahlah. Ini (menjaga kedamaian antar umat beragama) tanggung jawab kita bersama," kata Tito.
Kapolri Tito: Bagi Sebagian Masyarakat, Santoso Pahlawan
Namun, pasca-konflik, Santoso menjadi radikal tapi beberapa masyarakat masih menganggapnya sebagai pahlawan.
Diperbarui 04 Agu 2016, 16:17 WIBDiterbitkan 04 Agu 2016, 16:17 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian memberi keterangan pers usai melihat jasad Santoso di RS Bhayangkara Palu (Liputan6.com/Dio Pratama)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
5 Bahan Tambahan Semangka untuk Meningkatkan Nilai Gizinya, Salah Satunya Bermanfaat Mencegah Lonjakan Gula Darah
Arti Mimpi Melihat Emas: Tafsir, Makna dan Penjelasan Lengkap
Daya Tarik Citumang Body Rafting, Wisata Menantang di Pangandaran
3 Alasan Mengapa Ikan Pari Berbahaya
AHY Resmikan Terminal Feri Internasional Gold Coast, Dorong Batam jadi Katalis Wisata dan Investasi
Awas! Rajin Ibadah tapi Tersiksa di Akhirat, Perbaiki Hal Ini Mulai Sekarang Pesan Buya Yahya
Trump Bebaskan Smartphone hingga Chip dari Tarif Impor, China: Langkah Kecil Perbaiki Praktik Keliru
Berat Badan Bella Hadid Terlihat Turun Drastis, Fans Sontak Khawatir
3 Paslon PSU Pilkada Tasikmalaya 2025 Berkomitmen Damai, Siap Menang-Kalah
Masuk Islam karena Mau Menikah Sah tapi Lebih Baik Begini, Kata Ustadz Felix Siauw
1,1 Juta Batang Lebih Rokok Ilegal Disita di Garut, Kerugian Cukai Nyaris Rp1 Miliar
Wakil Wali Kota Depok Temui Warga yang Bersitegang soal Penutupan Akses Jalan