Ridwan Kamil: Perubahan Itu Harus Dijemput, Bukan Ditunggu

Menurut Emil, selama Indonesia menunggu perubahan, maka perubahaan tidak akan pernah datang.

oleh Oscar Ferri diperbarui 22 Agu 2016, 01:29 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2016, 01:29 WIB
20160523-Ridwan Kamil-IA
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil saat memeriahkan HUT Liputan 6 di Senayan City, Jakarta, Senin (23/5). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengakui Indonesia mengalami banyak kemajuan, meski di satu sisi perlu diakui Indonesia masih mengalami banyak permasalahan.

Hal itu dikatakan wali kota yang akrab disapa Kang Emil itu saat menjadi pembicara dalam Supermentor 14 'Abad 21 Sebagai Zaman Kecermelangan Indonesia' di Djakarta Theater, Jakarta Pusat.

"Kita hari ini 71 tahun. Kita harus fair. Kita ada kemajuan, orang-orang makin pintar. Kita bisa memilih mimpi kita jadi apa. Para wanita bebas merdeka. Tapi kita juga harus fair, di 71 tahun ini problem masih banyak," ujar Emil, Minggu (21/8/2016).

Kata dia, dunia di masa depan makin kompetitif. Karenanya, orang-orang pintar saja tidak akan cukup. Dalam dunia yang semakin kompleks, diperlukan individu-individu yang bisa multitasking. Tak hanya mengandalkan satu kemampuan semata.

"Manusia di zaman modern yang dicari adalah manusia yang bisa multitasking. Tapi saya percaya Indonesia insya Allah jadi negeri luar biasa. Indonesia bisa menjaga pertumbuhannya," ujar Emil.

Tak cuma itu, lanjut dia, dunia juga ke depan semakin berbahaya. Di mana banyak negara yang mengalami peperangan. Baik peperangan dalam negeri maupun antarnegara.

"Dulu saya menyangka orang makin pintar‎ dunia makin modern, orang sekolah makin tinggi dunia makin damai. Tapi tidak. ISIS misalnya datang di Timur Tengah. Libya hancur, Afganistan hancur, Suriah hancur, Yaman hancur oleh sesuatu yang tidak kita mengerti," ucap Emil.

"Dubes Saudi Arabia dalam suatu kesempatan mengatakan, 'saya membandingkan jazirah Timur Tengah dengan Indonesia. Indonesia penduduknya 200 jutaan, tapi presidennya satu, panglimanya satu, tentaranya satu. Tapi di Timur Tengah dibelah-belah jadi 22 negara, 22 panglima, 22 tentara. Setelah kami analisa, karena Indonesia punya Pancasila'," kata Emil.

Dia mengingatkan generasi muda, bahwa Indonesia di tingkat Asia akan menghadapi persaingan ketat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Pasar Bebas ASEAN. Kalau mau berubah, maka perubahan itu tidak bisa ditunggu. Selama Indonesia menunggu perubahan, maka perubahan tidak akan pernah datang.

"Kita yang tentukan pilihan. Kita mau jadi pecundang apa pemenang. Sebaik-sebaiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat. Saya mempercayai dan meyakini perubahan itu harus dijemput, bukan ditunggu," tegas Emil.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya