Derita Mala dan Buah Hati yang Nyaris Dijual Sang Suami di Bekasi

Saat bersalin, suaminya, Buyung, malah pergi tanpa kabar meninggalkan Mala.

oleh Fernando Purba diperbarui 09 Sep 2016, 05:31 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2016, 05:31 WIB
Mala dan Buah Hatinya
Saat bersalin, suaminya, Buyung, malah pergi tanpa kabar meninggalkan Mala. (Liputan6.com/Fernando Purba)

Liputan6.com, Bekasi - Air mata Mala tak habisnya berlinang. Warga asal Cibitung, Kabupaten Bekasi, Bekasi itu tengah murung, lantaran putra yang baru dilahirkan hendak dijual sang suaminya, Nasrul alias Buyung, sang suaminya. 

Namun, balita berusia tiga bulan bernama Arjuna Buana Syahputra itu berhasil diselamatkan Dinas Sosial Kota Bekasi dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Bekasi, setelah sang bunda memilih melarikan diri dari dekapan suaminya tersebut, pada Rabu 7 September lalu.

Terungkapnya peristiwa pilu tersebut, bermula saat Mala bertemu dengan Buyung, setahun lalu. Perempuan 35 tahun itu diketahui sebagai anak broken home, yang akhirnya memilih hidup di jalanan Kota Bekasi.

Singkat cerita, Mala akhirnya bertemu Buyung. Ia adalah lelaki jalanan yang berprofesi sebagai pemulung. Mereka akhirnya menikah tanpa adanya ikatan.

Dalam kesehariannya, Mala mengaku hidup di emperan pertokoan wilayah Bulan-Bulan dan Stasiun Bekasi. Tak hanya itu, perempuan berdarah Aceh itu juga kerap mendapatkan penganiayaan suaminya.

"Aku selalu dipukul terus, dijedotin tembok. Buyung kerjanya pemulung, aku pingin pisah dari dulu sejak bulan puasa, tapi enggak tahu mau ke mana," kata Mala saat ditemui di rumah singgah milik Dinas Sosial Kota Bekasi, Villa 200, Bekasi Selatan, Kamis 8 September malam.

Kekerasan itu pun kian merajalela. Khususnya, saat Mala tengah hamil usia tiga bulan ke atas. Bahkan, saat bersalin, suami yang berumur 29 tahun itu malah pergi tanpa kabar meninggalkan Mala.

"Waktu hamil gede, saya dibawa sama warga ke Dinas Sosial. Saya lahir pakai biaya Dinas Sosial di RSUD Bekasi. Buyung saat itu kabur, enggak megang uang," kisah Mala, seraya berlinang air mata.

Hari-hari sulit itu akhirnya berhasil dilalui Mala. Ia memilih kembali mengais rezeki di jalan, setelah putranya Arjuna Buana Syahputra berumur tiga hari. Sedangkan suaminya baru bisa ditemui, setelah sepekan usia kelahiran buah hati mereka.

Setelah kehadiran Arjuna, sikap Buyung rupanya lebih kasar. Puncaknya, saat Mala menolak setiap keinginan suaminya menjual anaknya.

"Waktu itu saya dipukul, terus tarik-tarikan ini anak sama dia. Pas tarik-tarikan ada warga yang lihat, namanya Arum. Dia pisahin, saya teriak, enggak mau, enggak mau dijual anak saya. Habis dipisahin, Buyung lari. Saya takut, lalu saya ke Dinsos lagi untuk ngadu," kisah Mala.

Menebus Sepeda Motor

Buyung rencananya akan menjual putranya kepada kenalannya di Jakarta seharga Rp 10 juta. Uang dari penjualan putranya tersebut, rencananya akan dibelanjakan untuk menebus sepeda motor yang sedang digadai.

"Aku dijedotin ke tembok gara-gara bayi itu mau dijual, saya enggak mau, karena itu perhiasan aku satu-satunya. Aku enggak lihat duitnya, yang penting anakku selamat, udah kamu jual aja anak aku nebus motor. Uang buat nebusnya kata dia Rp 3 juta. Setiap nolak, aku enggak mau, aku selalu dipukul terus," keluh Mala.

Tak tahan atas perlakuan suaminya tersebut, Mala lalu memilih kabur dan meminta pertolongan ke Dinas Sosial, hingga diteruskan ke KPAI Kota Bekasi.

"Kalau kami dari KPAI, bekerja sama dengan Dinsos, fokus kepada persoalan bayinya dan sekarang alhamdulillah bayi tersebut sudah terselamatkan. Untuk sementara penanganan kesehatan bagi bayi mereka dirawat di rumah singgah, sampai persoalanya selesai," kata Komisioner KPAI Kota Bekasi Sugeng Wijaya.

Kasus tersebut telah dilaporkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Bekasi Kota, lantaran sang Buyung melarikan diri. KPAI juga khawatir kasus tersebut modus baru penjualan anak.

"Ini ada indikasi ke arah sana. Ditakutkan juga ada modus baru penjualan anak, di mana saat mengandung, ibu didorong memakai fasilitas negara (Dinsos) karena tidak mampu. Setelah anak lahir, barulah aksi tidak terpuji tersebut bisa terjadi, karena selama ini logistik yang diberikan oleh Dinsos disalahgunakan," pungkas Sugeng.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya