Liputan6.com, Jakarta - Terdakwa kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyampaikan nota keberatan atau eksepsi usai pembacaan dakwaan jaksa. Dia mengaku tidak mengerti dengan tudingan penistaan agama yang ditujukan kepadanya.
Sebab, dakwaan jaksa yang menyebut bahwa dia menista agama dengan menyebut Surat Al-Maidah 51 tidak berdasar.
Menurut Ahok, ketika dia mengutip Surat Al-Maidah 51 di Kepulauan Seribu, hal itu dia tujukan kepada para oknum politikus yang memanfaatkan Surat Al-Maidah 51.
Advertisement
"Ucapan itu, saya maksudkan untuk para oknum politisi yang memanfaatkan Surat Al-Maidah 51 secara tidak benar karena tidak mau bersaing secara sehat dalam persaingan pilkada," ujar Ahok dalam persidangan di PN Jakarta Utara, Selasa (13/12/2016).
Ahok mengatakan, ada pandangan yang mengatakan bahwa hanya orang tersebut dan Tuhan-lah yang mengetahui apa yang menjadi niat pada saat orang tersebut mengatakan atau melakukan sesuatu.
"Dalam kesempatan ini di dalam sidang yang sangat mulia ini, saya ingin menjelaskan apa yang menjadi niat saya pada saat saya berbicara di Kepulauan Seribu tersebut," kata dia.
Ahok pun meminta izin pada hakim untuk membacakan salah satu subjudul dari bukunya yang berjudul "Berlindung di Balik Ayat Suci" yang ditulis pada 2008.
Pada tulisannya itu, dia menilai isu ini sengaja digunakan elite politik untuk memenangkan perebutan kursi jabatan dengan memecah belah rakyat.
"Selama karier politik saya dari mendaftarkan diri menjadi anggota partai baru, menjadi ketua cabang, melakukan verifikasi, sampai mengikuti pemilu, kampanye pemilihan bupati, bahkan sampai gubernur, ada ayat yang sama yang saya begitu kenal, digunakan untuk memecah-belah rakyat dengan tujuan memuluskan jalan meraih puncak kekuasaan oleh oknum yang kerasukan roh kolonialisme," ucap Ahok.
"Ayat itu sengaja disebarkan oleh oknum-oknum elite karena tidak bisa bersaing dengan visi misi program dan integritas pribadinya. Mereka berusaha berlindung di balik ayat-ayat suci itu agar rakyat dengan konsep seiman memilihnya," lanjut dia.
Mantan Bupati Belitung Timur itu mengatakan banyak elite politik pengecut yang tidak yakin bisa menang demokrasi. Mereka pun mengandalkan strategi ini.
"Karena banyaknya oknum elite yang pengecut dan tidak bisa menang dalam pesta demokrasi akhirnya mengandalkan hitungan suara berdasarkan SARA tadi, maka betapa banyaknya sumber daya manusia dan ekonomi yang kita sia-siakan," Ahok menjelaskan.