Kapolri: Indonesia Kokoh, Beda dengan Suriah yang Cerai Berai

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menegaskan, kebinekaan Indonesia bukan menjadi masalah lagi.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 19 Des 2016, 14:24 WIB
Diterbitkan 19 Des 2016, 14:24 WIB
20161216-Diskusi-Titio-HA1
Kapolri Jendral Tito Karnavian saat memberikan materi dalam acara Diskusi Kebangsaan di Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Senin (19/12). Diskusi yang diadakan oleh UNJ ini bertemakan Merangkai Indonesia Dalam Kebhinekaan. (Liputan6.com/Helmi Affandi)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menegaskan, kebinekaan Indonesia bukan menjadi masalah lagi. Karena sudah 71 tahun merdeka, Indonesia masih tetap kokoh berdiri.

"Tujuh puluh satu tahun merdeka, Indonesia masih kokoh berdiri. Hal ini beda dengan lain yang sudah cerai berai kayak Soviet, Suriah, Irak," ungkap Tito ketika mengisi acara seminar bertajuk "Merangkai Indonesia dalam Kebhinekaan" di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur, Senin (19/12/2016).

Meski begitu, Tito menyatakan masalah kebinekaan harus terus diperbarui. Karena, Bhinneka Tunggal Ika sifatnya tidak taktis.

"Permasalahan kebinekaan harus terus update, karena kalau tidak, bisa jadi potensi. Karena dia (Bhinneka Tunggal Ika) dinamis, tergantung kondisi. Keberagaman ini unity in diversity sangat dipengaruhi faktor-faktor internal dan eksternal," kata Tito.

Mantan Kapolda Metro Jaya ini menjelaskan, faktor internal adalah sandang, pangan, dan papan. Juga, adanya ketidakadilan sosial, penangguran, dan keadilan, sehingga semua masalah internal ini haruslah diselesaikan agar tidak menjadi masalah.

"Kalau tidak selesai, ini akan jadi masalah, negara bisa pecah dari dalam sendiri," kata Tito.

Selain masalah internal, ada pula masalah eksternal Indonesia yang perlu diwaspadai. "Rasa kebangsaan itu dinamis, enggak statis, peta politk internasional berpengaruh besar. Kita satu bangsa karena faktor eksternal adanya common enemy, sama-sama merasa dijajah oleh Belanda," tutur dia.

"Faktor eksternal pengaruh ke suatu bangsa karena dunia ini enggak punya presiden, enggak ada satu otoritas tunggal yang menguasai, maka tidak ada keteraturan. Lembaga internasional kayak PBB bukan yang punya power kekuatan bangsa satu negara. Jadi momentum internasional selalu pengaruhi politik dalam negeri," ucap Tito.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya