Kesimpulan Awal Tim Peneliti Usai Jembatan Cisomang Bergeser

Ada 200 kejadian pergeseran tanah di Indonesia dan 50 persen di antaranya terjadi di Jawa Barat.

oleh Abramena diperbarui 28 Des 2016, 07:51 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 07:51 WIB
20161224-cisomang-purwakarta-perbaikan
Perbaikan di Jembatan Cisomang. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Cipularang - Tim tanggap darurat gerakan tanah badan geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya alam terus meneliti lokasi pergeseran dan retakan di jembatan Cisomang, Kilometer 100.800 Tol Cipularang di wilayah Darangdan, Purwakarta, Jawa Barat.

Penelitian telah dilakukan selama tiga hari terakhir dengan menurunkan tim yakni tim geologi bidang teknik maupun tim geologi darurat gerakan tanah. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Alam mulai menyimpulkan, jembatan Cisomang berada di zona merah terdiri dari batuan lempung dan napalan yang mudah gembur.

Salah satu tim ahli teknik, Sugalang menyebutkan, dari hasil penelitian dengan kondisi tanah seperti itu, ditambah beban jembatan dan kendaraan serta adanya sungai serta air hujan diperkirakan pergerakan tanah terus terjadi setiap harinya. Sehingga pergerakan tanah tersebut akan membawa pilar penyangga jembatan yang bertumpu pada lempung ikut bergeser.

Dia mengatakan, pergeseran tanah dan pilar jembatan Cisomang juga terjadi dalam setiap harinya pada ukuran milimeter. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan jika terus dibiarkan.

"Perhitungan itu kan sudah dihitung, makanya bisa disebutkan sekian puluh sentimeter bergerak. Setelah akumulasi, pergeseran selalu apalagi musim hujan. Kisarannya kecil hanya milimeter, kalau disebut lambat ya pokoknya dalam milimeter lah. Tapi akibatnya ada kalau untuk bangunan yang demikian," kata Sugalang di jembatan Cisomang Tol Cipularang, Selasa 27 Desember 2016.

Untuk itu pihaknya juga menyarakan agar dilakukan penguatan terhadap lereng dan sungai yang ada di sekitar jembatan Cisomang.

Kepala Badan Geologi Ago Syahrial mengatakan, ada 200 kejadian pergeseran tanah di Indonesia dan 50 persen di antaranya terjadi di Jawa Barat termasuk jembatan Cisomang. Itu terjadi lantaran adanya lempengan yang terdapat di jalur tersebut.

"Memang karakteristik batuan di Jawa Barat batuannya lapuk dari hasil vulkanik dan memang di sini pertemuan tiga lempeng jadi gempa -gempa tidak terasa itu salah satu pemicu plus satu lagi yang kita alami sekarang curah hujan yang sangat di atas normal. Jadi lereng-lereng yang sudah berubah tata lahan adalah salah satu pemicunya," jelas Ago.

Sementara dari pantauan di lokasi, perbaikan jembatan Cisomang saat ini terus dilakukan sebagai upaya perbaikan awal. Yaitu dengan menyuntik pilar yang retak serta pelapisan pilar menggunakan bahan karbon.

Perbaikan ditargetkan selesai dalam tiga bulan ke depan dengan proses lanjutan yaitu perbaikan permanen yang akan dilakukan mulai Januari 2016.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya