Liputan6.com, Jakarta - PDIP mantap mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI 2017. Namun, jalan terjal terus terjadi.
Pada awal pencalonan, PDIP sudah harus menghadapi kasus dugaan penistaan agama yang membuat Ahok duduk di meja hijau. Bukan itu saja, kampanye Ahok-Djarot sempat diadang oleh kelompok tertentu. Terakhir, kader partai berlambang banteng bermoncong putih itu, terkena bogem mentah usai mengawal Djarot.
"Kami melihat bahwa di balik itu, ada upaya-upaya yang memang secara sengaja untuk menggunakan cara-cara yang tidak benar," ucap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Selasa 10 Januari 2017.
Advertisement
Namun, dia menegaskan PDIP tak memanfaatkan kasus Ahok untuk menaikkan kadernya, Djarot, sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Menurut dia, PDIP terus berupaya agar Ahok bisa bebas.
"Dari partai kami terus memberi dukungan pada pasangan Ahok-Djarot, kami tidak punya agenda lain. PDIP selalu konsisten dalam menyatakan sikap. Kami berjuang agar tim hukum kami dapat menyampaikan saksi-saksi yang baik, sehingga hukum dapat ditegakkan di atas keadilan dan kebenaran di atas kebenaran," tutur Hasto.
Dia menilai kejadian ini sebagai pembelajaran bagi partainya, juga Ahok.
"Kami berpikir positif menempuh jalan hukum, karena kami percaya karena Ahok menjadi korban, karena ini kami menggunakan ini sebagai otokritik. Bagi Pak Ahok sendiri, momentum untuk memperbaiki diri dan terus mengabdi untuk kepentingan masyarakat DKI," kata Hasto.
Saat ditegaskan, apa yang dimaksud Ahok menjadi korban, dia mengatakan, "Ini kan ujung-ujungnya masalah pilkada."
Namun, PDIP tidak mau gegabah. PDIP, kata dia, memiliki skenario sendiri dalam menghadapi kasus-kasus tersebut.
"Skenario kami percaya bahwa keadilan hukum itu sendiri. Kami percaya kebenaran untuk mengikuti proses hukum," pungkas Hasto.