Ketum TIDAR: Tantangan Pendidikan Anak Muda Bukan Hanya Jadi Pintar, tapi Cerdas

Orang pintar adalah mereka yang memiliki nilai akademis bagus, sementara orang cerdas adalah mereka yang pandai melihat peluang.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2021, 22:05 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2021, 19:54 WIB
Aryo Djojohadikusumo
Ketua Umum Tunas Indonesia Raya (TIDAR), Aryo Djojohadikusumo. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Tunas Indonesia Raya (TIDAR), Aryo Djojohadikusumo mengatakan bahwa, generasi muda harus mengenyam pendidikan non-formal, di samping pendidikan formal. Sebab, menurut dia, tantangan pendidikan anak muda saat ini bukan hanya menjadi pintar, tapi juga cerdas.

Hal itu disampaikan Aryo saat diskusi virtual dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2021. Diskusi yang digelar organisasi sayap Partai Gerindra ini mengangkat tema 'Pendidikan sebagai Kunci Generasi yang Kokoh'.

"Pendidikan formal bagi saya penting, tapi hal yang ada hubugannya dengan jati diri kita tidak kalah penting, meskipun hari ini kita bicara tentang pendidikan sebagai kunci generasi yang kokoh, kita juga mau mengingatkan hal-hal, kan pendidikan IQ, saya juga mengingatkan jangan lupa EQ bagi anak-anak muda. Komitmen, ketekunan, kesabaran juga enggak kalah, tidak semua harus instan," kata Aryo dalam keterangan tertulis, Jumat (7/5/2021).

Hal senada juga disampaikan, Rektor Universitas Mahakarya Asia, Ferro Ferizka. Dia mengatakan, pendidikan dalam situasi dan kondisi seperti saat ini tidak hanya dimaknai dengan sekolah saja.

"Pendidikan bagi saya adalah suatu proses pendewasaan, jadi kita maknai sebagai pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal itu kan mulai dari SD dan seterusnya, wajib," kata Ferro dalam diskusi yang sama.

Menurut dia, setelah mengeyam pendidikan baik formal maupun informal orang akan terbagi menjadi dua golongan, yakni golongan orang yang pintar dan cerdas.

"Orang yang pintar adalah orang yang nilai akademisi bagus. Orang cerdas adalah orang yang bisa melihat peluang. Ada orang yang cerdas saja dan ada orang pintar," kata Ferro.

Dia mencontohkan orang yang cerdas adalah mereka yang sukses, namun tidak mengenyam pendidikan secara formal. Orang seperti ini banyak ditemukan di Indonesia. Kebanyakan mereka membuka usaha.

"Banyak pengusaha sukses mungkin tidak lulus SD, SMP, SMA dan seterusnya, bukan berarti mereka tidak mampu secara otak, mereka mampu tapi mereka cerdas, mereka bisa melihat kesempatan, mereka bisa meraih kesempatan. Mereka bisa mencapai titik A ke titik B, tapi orang pintar hafal prosedur hafal ilmunya," kata dia.

Sementara orang yang pintar belum tentu dia sukses secara finansial. "Yang saya miris adalah banyak profesor di bidang IT, tapi kalau berbicara sofware enggenering atau kapan terakhir beliau membuat software, kadang-kadang mereka tidak pernah atau sama sekali tidak membuat software," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Jadi Pintar dan Cerdas

Maka dari itu, dia menyarankan kepada anak muda saat ini, jadilah orang yang pintar dan juga cerdas. Dengan demikian, orang tersebut dapat melewati setiap masalah dan tantangan yang dihadapi.

"Sebaiknya kita menjadi yang kedua-duanya, pintar, memiliki akademisi yang baik tapi juga cerdas. Artinya kita bisa melihat solusi dari setiap permasalahan, bukan melihat masalah dari setiap solusi," kata dia.

Apalagi, kata dia, anak yang hidup di era modern ini sangat mudah menjadi orang pintar, tapi belum tentu cerdas. Sebab, pengetahuan kini dapat dengan mudah dicari di internet. Sementara kecerdasan perlu diasah dengan pengalaman.

"Yang penting adalah mengasah critical thinking, ini bisa diasah ketika terbentur dengan kenyataan, konflik. Banyak orang tidak nyaman dengan konflik, permasalahan, padahal orang yang akan bertahan di masa depan adalah orang yang tertempa dari satu masalah ke masalah yang lain," kata dia.

"Nah untuk itu, sebagai anak muda tugas kita membangun karakter adalah dengan pendidikan sebaik-baiknya, tetapi eksposelah diri kita sebanyak-banyaknya dengan kesempatan, ekspose diri kita sebanyak-banyaknya dengan masalah. Karena dengan masalah membuat kita semakin pandai mencari solusi. Nanti semakin kita sering ketemu dengan masalah, maka semakin kita melihat pola bagaimana kita menyelesaikan masalah tersebut. Hingga ke depan kita bisa melihat masalah menjadi efisien," ucap Ferro memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya