Quraish Shihab: Pesan Semua Agama Adalah Mencari Kedamaian

Quraish Shihab mengupas makna habib hingga gejolak yang berpotensi memecah-belah keutuhan bangsa Indonesia.

oleh Raden Trimutia HattaFarhannisa Nasution diperbarui 20 Jan 2017, 20:32 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2017, 20:32 WIB
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab. (Liputan6.com/Gempur M. Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah habib saat ini menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat di Tanah Air. Terutama, adanya pro dan kontra mengenai kiprah mereka.

Lalu, bagaimana sebenarnya makna habib? Menurut ulama Muhammad Quraish Shihab, habib adalah gelar yang diberikan kepada orang-orang tertentu.

"Gelar (habib) itu datang dari masyarakat, bukan dari sang habib," ucap Quraish Shihab saat berbincang dengan tim Liputan6.com di kediamannya, Jakarta, beberapa hari lalu.

Menurut Menteri Agama ke-16 RI tersebut, gelar habib itu seperti halnya dengan kiai. "Pak kiai itu bukan yang berkata saya kiai, tetapi masyarakat yang memberi gelar bahwa orang ini wajar dinamai kiai."

"Dan gelar habib itu menurut segi bahasa mempunyai dua makna, yang mencintai dan dicintai. Jadi tidak cukup dicintai, jadi harus pula mencintai," tutur mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

Pada mulanya, imbuh Quraish, ada tiga syarat yang harus dimiliki seorang habib. Yaitu, keturunan Nabi Muhammad SAW atau Rasulullah, berilmu luas, dan berakhlak luhur.

Pesan Damai

Ulama kelahiran Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan itu pun mencermati gejolak yang terjadi di Indonesia, belakangan ini. Quraish Shihab yang kini genap berusia 72 tahun menilai, gejolak tersebut lahir dari sesuatu yang tidak menyenangkan. Karena ada yang tidak menyenangkan, maka lahirlah protes sehingga ada upaya untuk mengubah apa yang tidak baik menjadi baik.

"Carilah sebabnya lalu kita perbaiki. Dalam konteks memperbaiki itu dalam agama dikatakan apabila Anda ingin memperbaiki sesuatu dengan mengambil suatu langkah, tapi langkah Anda berdampak lebih buruk dari apa yang Anda alami, maka jangan lakukan itu," ujar Quraish.

"Jadi jangan sampai gejolak yang ada ini menjadikan kita berpecah-belah, menjadikan negara kesatuan ini berantakan. Itu prinsip saya," guru besar bidang tafsir tersebut menambahkan.

Menurut Quraish, selain berupaya memperbaiki, semua pihak hendaknya mengintrospeksi diri. Bila masing-masing pihak bertahan dengan argumennya (bersikap keras), Indonesia bisa mengalami krisis seperti yang terjadi di Timur Tengah.

"Kita semua mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki apa yang bisa kita perbaiki. Membutuhkan introspeksi, dan juga kesadaran, dan boleh jadi yang keterlaluan membutuhkan ketegasan. Ketegasan itu bukan berarti membunuh, memukul. Kita sesuaikan dengan kondisi yang ada. Jangan sampai mengakibatkan sesuatu yang lebih parah," dia mengingatkan.

"Marilah kita kembali ke pesan semua agama, yaitu mari kita mencari kedamaian," Quraish Shihab memungkasi.

Lalu, apa alasan Quraish menolak dipanggil dengan sebutan habib? Simak selengkapnya video wawancara khusus bersama Quraish Shihab yang dipandu Farhannisa Nasution berikut ini.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya