Alasan Ketua MUI Ingin Pengajaran Kitab Kuning Dinasionalkan

Ketua MUI, Kiai Ma'ruf Amin berpendapat pengajaran kitab kuning di Purwakarta perlu dinasionalkan.

oleh Liputan6 diperbarui 27 Feb 2017, 16:39 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2017, 16:39 WIB

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum MUI Pusat sekaligus Rais 'Aam Nahdhatul Ulama, Kiai Ma'ruf Amin mengatakan Pengajaran Kitab Kuning bagi pelajar yang menjadi program unggulan di Kabupaten Purwakarta harus ditintaemaskan atau dibuat program yang sama untuk diterapkan di seluruh Indonesia.

"Kalau santri diintelektualkan, itu sudah umum. Tetapi di Purwakarta, kaum intelektual disantrikan. Nah, ini saya kira harus ditintaemaskan, program ini harus menasional, bukan hanya di Purwakarta dan Jawa Barat," kata Kiai Ma'ruf ketika dalam sambutannya di acara Launching Program Pendalaman Kitab al Qur'an dan Kitab Kuning bagi pelajar di Bale Maya Datar Purwakarta, Kamis (23/2) lalu.

Kitab kuning, menurut Kiai Ma'ruf, merupakan alat untuk melawan fundamentalisme sekaligus sekulerisme yang hari ini berkembang secara massif. Ia berujar, kitab kuning bukan hanya berisi tentang disiplin ilmu fiqih, akan tetapi juga mengajarkan sikap hidup kepada sesama, kasih sayang dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.

"Hari ini kita berhadapan dengan fundamentalisme dan sekulerisme. Kalau anak-anak kita belajar kitab kuning sejak dini, habislah sudah kedua hal tersebut. Kitab kuning itu tidak melulu fiqih, melainkan cara berkasih sayang antar sesama juga diajarkan, sehingga kita bisa hidup damai," uajr Ma'ruf Amin yang juga keturunan ke-14 dari Syaikh Nawawi Al Bantani.

 

Usai kegiatan launching, Kiai Ma'ruf didampingi oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi berkunjung ke SMPN I Purwakarta dan SDN I Nagri Kidul untuk melihat metodologi pengajaran kitab kuning yang telah dimasukan ke dalam kurikulum tersebut.  

"Silakan pelajari dengan tekun, seluruh ilmu kehidupan ada dalam kitab ini, jadilah intelektual yang nyantri, punya jiwa keindonesiaan dan kebangsaan yang kuat," ucap Kiai Ma'ruf di depan para pelajar.

Pola pendidikan ala pesantren ini telah lama mengundang decak kagum Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sehingga ia mencoba menterjemahkan pola tersebut dalam kurikulum pendidikan di daerah yang ia pimpin.

"Kitab Kuning itu sumber pengetahuan yang terbuka, bangsa eropa mengadopsinya dan mereka berhasil membangun peradaban yang luar biasa," ujar pria yang akrab disapa Kang Dedi tersebut.

Mengenai cara penyampaian materi, Dedi juga sempat memberikan penjelasannya. Ia mengatakan bahwa kelas 1 sampai kelas 5 SD akan fokus pendalaman cara membaca kitab al Qur'an. Sementara, kelas 6 SD sampai seluruh kelas yang ada di SMP dan SMA akan fokus terhadap cara membaca dan pemahaman kitab kuning.

"Jadi nanti itu, kelas 1 sampai kelas 5 SD fokus baca Qur'an dulu, mulai kelas 6 SD dan seterusnya sudah bisa kitab kuning. Metode nya kan bisa di dalam kelas juga bisa sistem 'balaghan' ala pesantren, guru kitab kuning nya juga dari pesantren," pungkasnya.

Powered By:

Kabupaten Purwakarta

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya