Liputan6.com, Jakarta Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jakarta Selatan Sulton Mu'minah mengatakan, antusiasme warga datang tahlilan ke rumah Nenek Hindun merupakan pertanda suatu penerimaan warga setempat. Menurut Sulton, itu bukan suatu penolakan seperti sebelumnya.
"Tadi di dalam juga dijelaskan kembali oleh keluarga bahwa tidak benar jika tidak diterima oleh masyarakat. Buktinya, malam ini di acara almarhumah, warga sangat antusias dan ramai," ucap Sulton di Jakarta Selatan, Senin (13/3/2017).
Baca Juga
Terkait masih adanya spanduk provokasi yang belum diturunkan, Sulton meminta masyarakat untuk tetap tenang. Begitu juga masalah pemilihan kepala daerah (pilkada) akan selesai secara sendirinya hingga Mei 2017.
Advertisement
"Apalagi kita hidup bermasyarakat, selesai pilkada juga masyarakat akan terus jalin gotong royong, jalin persaudaraan dan kebinekaan. Jadi intinya bagaimana kita ibadah sama Allah dan sesama manusia saling menghormati," papar dia.
Pada kesempatan ini, Sulton meminta agar pihak yang berwenang segera menurunkan spanduk yang isinya bernada provokatif.
Sulton juga mengimbau agar masyarakat tidak langsung menyebarluaskan sesuatu yang belum diketahui kebenarannya.
"Sehingga kita harus menciptakan suasana yang sekondusif mungkin, senyaman mungkin, dan setenang mungkin. Karena kami dari GP Ansor dan Banser bukan melihat ini dari soal pilkada, tetapi lebih ke persaudaraan dan berbangsa kita seterusnya," kata Sulton.
Kasus Nenek Hindun menjadi sorotan publik setelah jenazahnya ditolak untuk disalatkan di musala dekat rumahnya. Ustaz Ahmad Syafii beralasan tak ada orang yang menggotong jenazah Hindun ke musala, sehingga sang ustaz menyalatkan jenazah Nenek Hindun di rumah almarhumah.