Liputan6.com, Sidoarjo - Sebuah patung berwarna emas nampak tegak berdiri di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Tepatnya, patung itu berada pinggir jalan Nganjuk-Madiun, sehingga sangat mudah terlihat bagi mereka yang melewati jalan ini. Apalagi di depannya ada sebuah prasasti dari batu marmer yang bertuliskan: Pahlawan Buruh Marsinah.
Itulah patung Marsinah, wanita pemberani asal Nganjuk yang tewas di usia muda demi membela hak-hak kaum buruh. Wanita kelahiran 10 April 1969 itu ditemukan tewas dengan kondisi tragis pada 9 Mei 1993 di hutan jati Wilangan, Nganjuk. Hingga kini misteri masih menyelimuti tewasnya Marsinah.
Tak hanya patung, jalan utama masuk Desa Nglundo yang berada tepat di depan patung Marsinah juga diberi nama Jalan Marsinah. Warga memberikan nama itu untuk mengenang sekaligus menghormati perempuan yang telah berkorban nyawa untuk membela kaum buruh itu.
Advertisement
Tak jauh dari patung itu atau sekitar 200 meter, terlihat pemakaman umum Desa Nglundo. Di situlah jenazah Marsinah dimakamkan. Tak sulit menemukan makam Marsinah karena tampilannya yang berbeda dari makam lainnya.
Selain dikelilingi pagar besi, makam ini berbeda dari yang lainnya karena menggunakan cungkup atau atap yang memayungi makam Marsinah. Tembok makam itu berwarna biru dengan tulisan yang menunjukkan Marsinah meninggal dunia pada 9 Mei 1993 atau pada Minggu Pon.
Pabrik dan Kontrakan
Kampung kelahiran Marsinah tergolong beruntung karena masih punya cerita sekaligus bukti peninggalan seperti patung, nama jalan serta makam. Sementara di kawasan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, yang menjadi lokasi pabrik tempat Marsinah bekerja dan tinggal, nyaris tak ada lagi yang tersisa selain cerita dari mulut ke mulut.
Lokasi pabrik arloji PT Catur Putra Surya (CPS) di kawasan Porong, misalnya, kini sudah tak terlihat karena terendam keganasan lumpur Lapindo. Pabrik tempat Marsinah dulunya bekerja itu lenyap dari pandangan mata sejak akhir 2006.
"Letak pabrik tempat kerja Marsinah tepat di sebelah barat semburan, hanya berjarak 500 meter," kata Abdul Rohim, warga sekitar yang menemani Liputan6.com menelusuri jejak-jejak Marsinah di Porong, Sidoarjo, akhir pekan lalu.
Demikian pula dengan rumah kontrakan atau kost Marsinah, kini tak lagi bersisa. "Rumah kost Marsinah itu berlantai dua, nama pemiliknya Pak Nyoman," jelas Abdul.
Namun, nasibnya tak berbeda dengan pabrik arloji tersebut, karena jarak antara tempat kost Marsinah dengan pabrik PT CPS hanya sekitar 200 meter.
"Tempat kost Marsinah juga ikut tertimbuh lumpur Lapindo, kan jaraknya dengan pabrik cuma 200 meter," papar Abdul sambil menunjukkan lokasi keduanya dari atas gunungan lumpur yang sudah mengeras itu.
Soal keseharian Marsinah semasa hidupnya, Abdul mengaku tidak tahu banyak dan tidak mengenal dekat almarhum. Hanya saja, sebagai orang yang ketika itu masih tinggal di kampung yang sama, paling tidak dia mengenal sosok Marsinah.
"Paling ketemunya kalau lagi berpapasan di jalan, cuma itu. Tidak kenal secara dekat," pungkas Abdul.