Masuknya Paham Radikal ke Dunia Pendidikan Dinilai Merisaukan

Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan merasa khawatir atas informasi tentang masuknya sebuah organisasi yang dianggap sebagai radikal

oleh Reza diperbarui 26 Mei 2017, 16:37 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2017, 16:37 WIB
Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan
Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan merasa khawatir atas informasi tentang masuknya sebuah organisasi yang dianggap sebagai radikal

Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan merasa khawatir atas informasi tentang masuknya sebuah organisasi yang dianggap sebagai pembawa paham radikal yang ingin mengganti Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia ke dalam lingkungan pendidikan.

“Setiap organisasi yang mengajarkan kepada mahasiswa maupun generasi muda untuk menentang Pancasila, saya kira sudah melawan dan sangat mengkhatirkan sekali. Hal itu karena negara Indonesia dibangun atas berbagai unsur yang ada. Indonesia memiliki 700 suku bangsa, 1100 bahasa dan terdiri dari berbagai agama, keniscayaan itulah yang tidak bisa kita pungkiri,” ujarnya.

Sofyan mengatakan, ideologi Pancasila yang lahir dan digali para pendiri bangsa, harusnya menjadi satu ideologi yang dijalankan dan diimplementasikan oleh para generasi penerusnya, sebab kalau tidak negara ini akan terpecah-pecah.

Sofyan juga meminta kepada pihak penanggungjawab di lembaga pendidikan terkait, apakah Rektor atau Dekan yang membidangi kemahasiswaan, untuk lebih jeli dan mawas diri melihat semua kegiatan yang dilakukan para mahasiswanya.

“Kita pernah menemukan kegiatan-kegiatan Porseni yang dilakukan didalam kampus, tetapi ternyata digunakan juga untuk tindak kekerasan dan sebagainya. Perhatian kepada kegiatan mahasiswa penting sekali untuk selalu dicermati,” ungkapnya.

Ia menduga, kalau suatu organisasi yang menjurus radikal bisa berkembang didalam sebuah Kampus, maka dimungkinkan karena kurangnya pengawasan yang dilakukan pihak Kampus. Selain itu mungkin juga disebabkan karena ada hubungan keterkaitan pihak-pihak dalam Kampus itu sendiri dengan organisasi tersebut.

“Karena biasanya tidak mungkin bisa berkembang kalau tidak ada suasana kondusif bagi mereka untuk berkembang,” tegasnya.

Pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila bukan hanya di lingkungan Kampus, lanjutnya. Dan untuk melakukan upaya pencegahannya memang membutuhkan waktu yang lama. Artinya bahwa pencegahan itu bukan dimulai dari Kampus tetapi sejak anak-anak masuk ke bangku sekolah.

“Saat ini kami juga sedang membahas hal itu. Pendidikan Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan itu sudah semakin tidak ada. Sekarang yang dikejar adalah nilai-nilai akademis yang berkaitan dengan sains, itukan tidak benar,” tandas Sofyan.

 

(*)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya