Nafas Islam dan Betawi di Jakarta

Jejak sejarah Islam masih dapat ditelusuri di salah satu masjid bersejarah di Jakarta.

oleh Winda Ayu Larasati diperbarui 22 Jun 2017, 07:53 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2017, 07:53 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini Jakarta berusia 490 tahun sejak Kesultanan Islam Demak menguasai Sunda Kelapa dan menggantinya menjadi Kota Jayakarta. Jejak-jejak sejarah Islam masih bisa ditelusuri di sini. Di antaranya berada di Masjid Assalafiyah, Jatinegara Kaum, Jakarta.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (22/6/2017), Jatinegara Kaum merupakan tempat Pangeran Jayakarta dan pengikutnya melarikan diri setelah dikalahkan pasukan VOC. Di sekitar Masjid Assalafiyah, yang didirikan pada 1620 ini, terdapat sejumlah makam. Di antaranya diyakini sebagai makam Pangeran Jayakarta. Banyak versi sejarah terkait hal ini, yang pasti tempat ini telah diresmikan Gubernur Ali Sadikin.

Selama 490 tahun Jakarta berkembang menjadi kota yang ramai dan sibuk oleh para pendatang dari berbagai bangsa dan agama, membuat Jakarta lebih berwarna.

Sehingga terjadi interaksi budaya, hal ini tercermin dalam tradisi warga Betawi meski sangat taat menjalankan agama Islam, masyarakat sangat terbuka terhadap pengaruh tradisi bangsa lain.

Berbagai jejak sejarah memperlihatkan berbagai etnis dan agama yang hidup berdampingan di Jakarta. Salah satunya di Masjid Latze yang bernuansa Tionghoa, merupakan gambaran penghormatan terhadap perbedaan.

Sikap terbuka serta menghargai berbagai agama dan etnis tentu menjadi pilar dalam menghormati perbedaan dan keberagaman.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya