Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengatakan, penanganan masalah stunting harus dilakukan secara sinergis. Karenanya, penanganannya harus dilakukan secara keroyokan.
Stunting adalah kurang gizi kronis yang disebabkan asupan gizi kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tak sesuai kebutuhan gizi.
Baca Juga
“Penurunan jumlah stunting dilakukan dengan intervensi 13 kementerian dan lembaga secara terkoordinir,” ujar Menko PMK Puan Maharani usai memimpin rapat koordinasi penanganan stunting di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (1/11/2017).
Advertisement
Puan menambahkan, hasil penurunan angka stunting sejauh ini sudah sesuai target. Tahun 2016, angka stunting sekitar 30% dan tahun 2017 sudah turun menjadi 27,5%. Padahal target yang disasar tahun ini sebeaar 29%.
“Walau begitu kita tetap harus buat sinergi dan gebrakan percepatan menurunkan angka stunting,” ungkap dia.
Lebih detail Puan menjelaskan bahwa jika sebelumnya ada 8 kabupaten yang mendapat intervensi khusus penurunan angka stunting, maka 2018 akan ditambah menjadi 100 kabupaten yang mendapat intervensi khusus dengan lokus desa-desa tertinggal.
Puan menegaskan, penanganan masalah stunting hanya akan berhasil jika dilakukan secara simultan di berbagai sektor. Karena itu, sinergi 13 kementerian dilakukan. Misalnya dengan Kementerian Desa yang mengurus Dana Desa sehingga penggunaannya diarahkan juga untuk memberi intervensi menangani stunting di desa tertinggal.
“Jadi akan terukur bahwa stunting berkurang dan manfaat dana desa terasa. Ekonomi masyarakat lebih maju dan masyarakat sejahtera. Maka stunting juga bisa ditekan,” jelas Puan.
Rapat dihadiri oleh Menkes, Nila F Moeloek, Mendes PDT Eko Putro Sandjojo, Seskemenko PMK YB Satya Sananugraha, Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Sigit Priohutomo, Staf Khusus Menko PMK Dolfie OFP, dan Staf Ahli Menko PMK bidang Kependudukan Sonny HB Harmadi.
Saksikan video pilihan berikut ini: